BahanKain.com - Saat ini banyak langkah yang ditempuh untuk terus meningkatkan daya saing batik dan tenun nusantara didalam negeri khususnya. Hal ini seperti yang dilakukan oleh kementerian Perindustrian. Alasan utama peningkatan ini adalah supaya produk yang dihasilkan mampu bersaing terutama untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor. Diharapkan para pengusaha batik dan tenun serta pengajin untuk semakin berinovasi khusunya dalam pemenuhan bahan baku.
Seperti yang di kutip dari www.kemenperin.go.id, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih, di Jakarta, Kamis 21 Maret 2019, “Kami sosialisasikan ke Industri Kecil dan Menengah (IKM) batik dan tenun bahwa ini ada bahan baku baru yang sangat mirip dengan benang sutra. Namanya Bemberg. Kami mendorong mereka untuk mencoba dan mengaplikasikannya.”
Menurut beliau, Bemberg merupakan merk dagang bagi kain yang terbuat dari bijih kapas yang selama ini dianggap sampah. Bahan ini dikembangkan di Jepang dan telah lulus uji coba, bahkan menjadi bahan baku yang ramah lingkungan. “Kami akan menggarap Bemberg sebagai bahan pengganti sutra, sehingga akan menjadi substitusi impor, menggantikan serat sutra yang digunakan bahan baku untuk industry batik dan tenun,” tambahnya.
Salah satu langkah yang akan dilakukan pemerintah guna melakukan substitusi Impor adalah dengan memboyong investor asal Jepang agar dapat membangun pabrik untuk memproduksi Bemberg di Indonesia. Dengan diproduksinya Bemberg di tanah air, diharapkan sejumlah pengrajin batik dan tenun yang sudah menggunakan Bemberg tidak lagi impor bahan baku dari Jepang.
Menurut Gati, alasan lain pemerintah mendorong penggunaan Bemberg sebagai bahan baku alternative pengganti sutra, karena semakin terbatasnya dan mahalnya bahan baku sutra. Bemberg sendiri terbuat dari serat cupro yang merupakan olahan biji kapas yang didaur ulang dengan cara dilelehkan. Meskipun benang serat cupro berkilau seperti emas, haragnya justru lebih murah. Selain itu, penetrasi pewarnaan yang masuk juga lebih bagus dan sudah digunakan di beberapa kain tradisional khas Indonesia.
Produk Bemberg lebih ramah lingkungan, karena industry tak harus memberikan warna pada benang lagi. Zainal Songket, Pengrajin Songket asal Palembang sebagai salah satu peserta di ajang Pameran Adiwastra 2019 di JCC yang telah menggunakan kain bemberg mengatakan,” Tidak ada limbahnya, produksi jadi lebih cepat, otomotis ongkos produksi semakin murah.” Tambahnya lagi bahwa benang Bemberg sangat ramah lingkungan, jadi tidak perlu repot untuk pembuangan limbahnya.