Pewarna tekstil adalah zat warna yang dapat diserap oleh tekstil dan juga mudah dihilangkan kembali. Ada dua jenis pewarna tekstil yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis. Zat pewarna alam merupakan zat pewarna yang terbuat dari bahan-bahan alami yang ada dialam seperti kunyit, kulit soga, nila, mengkudu, daun jati, kayu secang. Sedangkan zat pewarna sintetis yaitu pewarna tekstil buatan pabrik dengan bahan dasar kimia sehingga warnanya mencolok. Contoh zat pewarna sintetis Naptol, benzena naftalena, rhodamin A, rodhamin B.
Zat pewarna tekstil yang lebih sering dipakai saat ini oleh perusahaan-perusahaan kain yaitu pewarna sintetis. Karena selain harganya yang murah, warna yang dihasilkan juga lebih cerah, tahan lama, proses pewarnaannya lebih cepat serta pilihan warnanya bermacam macam.
Akhir-akhir ini sering terdapat berita tentang penggunaan pewarna tekstil untuk pewarna makanan. Penggunaan zat warna tekstil untuk pewarna makanan ini disebabkan karena harga lebih murah dan warnanya lebih mencolok sehingga anak-anak suka. Mereka tidak memikirkan betapa bahayanya zat pewarna tekstil jika dikonsumsi tubuh manusia. Pedagang biasa menambahkan Rhodamin B pada produk kerupuk, terasi, cabe merah giling, aromanis, manisan, sosis, permen, kue, atau sirup agar mendapatkan warna merah yang cerah dan menarik.
Menurut peraturan Kepala BPOM RI No.37 tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pewarna, Rhodamin B dan methanil Yellow merupakan pewarna yang dilarang untuk pewarna makanan dalam kadar kecil sekalipun. Peraturaan Menteri Kesehatan RI Nomor 239/Men Kes/Per/V85 juga menyatakan Rhodamin B dan methanil yellow termasuk dalam zat warna bebahaya.
Rodhamin B banyak beredar dipasaran karena harganya yang murah. Rhodamin B berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, berwarna merah keunguan dalam prosentase tinggi dan berwarna merah terang pada prosentase yang sedikit. Rhodamin biasanya digunakan dalam industri sebagai bahan pewarna kain, produk pembersih mulut, dan sabun. Rodhamin B akan menyebabkan iritasi jika terkena mata, menyebabkan iritasi kulit dan jad berwarna kemerahan. Jika tertelan, memungkan terjadi iritasi para saluran pencernaan, mual, muntah, sakit perut, diare, dan demam. Dan bila dikonsumsi jangka panjang akan menyebabkan gangguan fungsi hati, kandung kemih, bahkan kanker.
Didalam Rhodamin B terdapat kandungan senyawa yang radikal klorin (senyawa halogen), sehingga berbahaya bila dikonsumsi manusia. Karena sifat halogen mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi sehingga senyawa tersebut berusaha mencapai kesetabilan tubuh yang menyebabkan kanker pada manusia. Klorin dalam suhu ruangan akan berbentuk gas beracun yang menyebabkaan iritasi sistem pernafasan.
Berikut ciri-ciri produk makanan yang mengandung Rhodamin B dan Methanol Yellow :
Pencegahan
Banyaknya kasus yang terjadi pada makanan yang mengandung pewarna tekstil membuat masyarakat menjadi resah dan mencoba mencari solusi terbaik untuk hal ini. Dan disinilah BPOM mempunyai peran yang sangat penting. Pemberian penyuluhan atau informasi kepada pedagang sangatlah penting unutk dilakukan, karena tidak dapat dipungkiri banyak para pedagang yang masih tidak tahu bahan-bahan apa yang memang diperbolehkan untuk tambahan makanan.
Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat umum agar dapat menghindarai makanan yang menggunakan pewarna tekstil:
Yang paling mudah untuk mengetahui makanan tersebut adalah makanan atau minuman terebut akan mempunyai warna yang cerah, mengkilat dan mencolok.
Jenis pewarna yang diizinkan untuk ditambahkan ke dalam pangan memilki nama jenis pewarna dan nomor indeks khusus (Nomor INS).