Bahan utama untuk kain linen adalah serat selulosa yang ditemukan di batang tanaman Linum Usitatissimum. Benang dan kain yang dibuat dari serat ini biasa di sebut linen. Dan jenis serat ini sudah ada ejak ribuan tahun lalu di Mesin Kuno dan Mesopotamia. Dalam tanaman serat flax 1 bundel terdiri dari 12 sampai 10 serat yang berhubungan sepanjang batang sampai 1 meter. Panjang serat elementer 2,3 cm sampai 3 cm dengan diameter 15 cm. Oleh karena biaya penanaman flax lebih tinggi dibanding serat lainnya, maka penanam serat flax masih jarang dan dalam jumlah yang sedikit.
Untuk mempersiapkan produksi linen, produsen serat ini mulai dengan memisahkan serat flax dari bagian dalam kayu dengan batang flax. Secara tradisional, langkah ini telah dicapai dengan merendam batang flax mentah, tetapi hari ini, produsen dapat menggunakan bahan kimia untuk mencapai efek yang sama. Sebelum serat flax dipintal menjadi benang, bahan kimia ini dihanyutkan, tetapi sisa zat beracun masih terendap pada serat flax yang dipisahkan secara kimia.
Tanaman flax merupakan tanaman lurus dengan ukuran batang yang kecil dengan diameter 25 mm sampai 38 mm dan tinggi tanaman 1 -1,25 meter. Tanaman ini dapat tumbuh di segala jenis tanah dan cuaca karena itulah tanaman ini disebut tanaman tahunan. Tananam ini dapat tumbuh dengan baik ditanah yang kurang subur, liat dan juga berpasir namun dapat mengalirkan air dengan baik. Didaerah dingin atau dengan curah hujan yang tinggipun tanaman ini juga mampu bertahan hidup. .
Flax akan siap dipanen pada umunya setelah berumur 100 hari. Setelah batangnya berwarna kuning dan bijinya berwarna coklat, tanaman ini siap dipanen. Panen batang flax biasanya dilakukan dengan cara dicabut atau dipotong, namun cara pemotongan akan menyebabkan ujung serat berwarna karena kelembabab dan pengaruh udara.
Pada mulanya, pencabutan batang flax dilakukan dengan menggunakan tangan secara manual, namun saat ini banyak dilakukan dengan menggunakan mesin. Pencabutan tanaman flax akan memberi dampak meningkatkan panjang serat dibanding dengan memotongnya.
Batang flax yang telah dicabut akan dibiarkan mengering selama dua hari lalu dilakukan pemisahan biji (rippling). Pemisahan biji dilakukan dengan cara menyisir batang flax tersebut. Biji dan daun akan dipreteli dari batang flax.
Untuk mendapatkan seratnya, batang kayu yang mengelilingi seratnya harus dipisahkan secara perlahan baik mengunakan air, acid atau cairan kimia. Proses ini disebut juga retting.
Proses retting ini harus dilakukan secara hati hati karena kualitas fiber serat tersebut tergantung dari prses ini. Proses retting yang kurang maksimal dapat menyulitkan terpisahnya serat tersebut dari batangnya, sedangkan proses retting yang berlebihan akan melemahkan atau menghancurkan kualitas serat fibernya itu sendiri. Retting menggunakan air biasanya memerlukan waktu 1 sampai 2 minggu, sedangkan retting menggunakan kimia tertentu hanya perlu sekitar 48 jam. Retting sering dilakukan di air sungai namun saat ini sudah banyak juga yang dilakukan di bak besar dengan air yg dicampur kimia.
Selanjutnya, batang-batang flax akan dikeringkan. Pada saat proses pengeringan ini, batang flax dipukuli dengan palu kayu untuk membuat batang tangkai pecah dan longgar sehingga proses ini dapat membantu memisahkan serat luar dari batang yang tidak dapat digunakan dengan serat bagian dalam yang dapat digunakan.
Proses selanjutnya adalah batang akan dipukuli sekali lagi dengan menggunakan kayu panjang yang berbentuk pisau agar sisa-sisa serpihan kayu yang menempel pada batang dapat terlepas.
Sekarang serat dalam dipisahkan dari serat lainnya, serat dapat disisir menjadi serat yang berukuran panjang ataupun pendek. Setelah serat disisir, serat akan siap untuk dipintal.
Pemintalan serat pada zaman dahulu dilakukan dengan roda bertenaga kaki,. Namun saat ini, sudah menggunakan mesin industri untuk efisiensi waktu, tenaga dan biaya. Untuk memutar serat, serat-serat pendek dan disisir ini terhubung dengan perangkat yang disebut penyebar, dan string yang dihasilkan, disebut roving, kemudian siap untuk dipintal.
Setelah dipintal pada bingkai pemintalan, benang yang dihasilkan digulung ke sebuah spul. Untuk memastikan bahwa benang tidak akan lepas, perlu untuk melakukan proses reeling ini dalam kondisi basah, lembab, dan benang pintal dijalankan melalui penangas air panas untuk lebih memastikan kohesi benang.
Proses yang terakhir adalah pengeringan benang jadi dan menggulungnya ke kumparan. Benang kemudian siap untuk dicelup, dirawat, dan dibuat menjadi pakaian, peralatan rumah tangga, atau jenis produk tekstil lainnya.
Proses yang panjang dan tidak mudah ini membuat kain linen mendapat posisi yang baik dalam segi kualitas dan harga. Selain itu, karena terbuat dari serat alami, kain linen juga dijamin ramah akan lingkungan.