Kain kanvas yang selama ini sudah kita kenal sebagai kain multifungsi ini menjadi bahan utama pembuatan totebag yang dapat menggantikan kantong plastik. Tas kanvas yang bisa digunakan berkali-kali daripada tas kantong plastik, juga dapat dibersihkan jika kotor bahkan dapat diperbaiki jika rusak atau robek. Dalam hal menjaga lingkungan, tas kanvas juga dapat terurai dan tentunya tidak mengedap hingga waktu yang lama di tempat pembuangan sampah bahkan dilautan. Beberapa hal tersebut yang membuat tas kanvas disebut-sebut menjadi alternative sebagai tas yang ramah lingkungan menggantikan fungsi tas plastik.
Namun, terdapat beberapa kasus yang menyatakan bahwa jejak karbon dan tingginya biaya produksi tidak seimbang dengan manfaat lingkungan yang dibawa dari tas kanvas.
Jadi pertanyaan mengenai apakah kain kanvas ramah lingkungan kembali diperdebatkan dalam dunia tekstil dan industri garment didunia. Jawaban yang dapat diambil kdalah ramah lingkungan yang diusung kain kanvas kembali pada pemahaman orang mengenai hal “ramah lingkungan”. Beberapa orang mempunyai persepsi “ramah lingkungan” mengacu pada hal yang tidak mencemari tempat pembuangan, aliran air, dan lautan.
Disisilain, sebagian orang melihat bahwa produk ramah lingkungan adalah produk yang ramah pada sumber daya alam seperti air, udara, bahan bakar, fosil dan lainnya. Dan dalam pembuatan tas kanvas yang mempunyai material 100% katun membutuhkan sebanyak mungkin sumber daya untuk diproduksi sebanyak 400 kantung plastik. Bahkan ada hal yang lebih mengejutkan, terdapat pihak yang menyatakan bahwa tas belanja plastik mungkin lebih baik bagi lingkungan daripada tas katun atau tas kertas. Studi Denmark memperhitungkan seluruh siklus hidup tas kanvas dan membandingkannya dengan tas plastik. Para peneliti menemukan bahwa kapas perlu digunakan kembali 7.100 kali agar sesuai dengan dampak lingkungan dari kantong plastik. Selain itu, tas belanja dari katun organik tampaknya bahkan lebih merusak lingkungan, menurut para peneliti Denmark tas katun organik harus digunakan kembali setidaknya 20.000 kali agar sesuai dengan dampak lingkungan dari tas belanja.
Temuan ini sejalan dengan makalah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2011 di Inggris. Menurut para peneliti di UK Environment Agency (UKEA), tas kanvas memiliki potensi pemanasan global tertinggi jika dibandingkan dengan jenis tas belanja lain (plastik, kertas) dan kantong polypropylene daur ulang. Studi di Inggris menemukan bahwa dibutuhkan ribuan kegunaan untuk tas berbahan kain kanvas agar lebih ramah lingkungan daripada tas plastik klasik. Selain itu, kantong kertas harus digunakan tiga kali atau lebih agar ramah lingkungan dibandingkan kantong plastiknya. Ketika berbicara tentang kapas, temuannya lebih mengerikan, tas kanvas harus digunakan kembali lebih dari 130 kali agar sesuai dengan dampak lingkungan kantong plastik.
Namun, baik studi Denmark maupun Inggris tidak memperhitungkan polusi laut yang diakibatkan ketika menilai setiap jenis dampak lingkungan dari tas belanja. Pencemaran laut adalah urusan serius, dan limbah plastik terus menumpuk di lautan.
Sampah Plastik Membunuh Lautan
Laporan PBB menunjukkan bahwa polusi laut berdampak pada lebih dari 800 spesies laut, dan plastik menyumbang sekitar 80% dari polusi itu. Setiap tahun, dunia membuang 13 juta metrik ton sampah plastik ke lautan. Dengan kata lain, muatan truk sampah dibuang di lautan setiap menit. Beberapa plastik hanyut di pantai, sebagian berakhir d laut, sementara yang lain dikonsumsi oleh kehidupan laut yang menganggapnya sebagai makanan.
Diperkirakan bahwa satu kantong plastik membutuhkan 10 hingga 1.000 tahun untuk terurai sepenuhnya, sementara botol plastik membutuhkan waktu sekitar 500 tahun untuk rusak. Plastik yang ditelan oleh spesies laut akan berakhir di makanan laut yang kita konsumsi. Jadi, masuk akal untuk mengganti tas belanja pastik dengan tas kanvas dalam jangka panjang. Jadi, masa depan yang cerah menanti tas kanvas dipasar global.