Dimulai dari bulan Bulan Maret tahun 2020 saat awal
merebaknya pandemi corona, International Textile Manufacturer Federation (ITMF)
melakukan survey dampak pandemi ini terhadap kinerja industri TPT Dunia.
Olivier Zieschank, Director ITMF, melaporkan hasil survey dalam Edisi Khusus
Sirkular ITMF No 62 Bulan Maret 2021. Banyak hal yang menarik yang perlu kita
cermati dari hasil temuan mereka dalam penelitian ini. Survey yang disebut sebagai
SURVEY-CORONA ITMF ini ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi
industri TPT dibeberapa wilayah di seluruh Dunia. Kemudian survey ini
dilengkapi dengan info tentang industri yang tercakup dalam value chain
industri TPT seperti sektor industri permesinan tekstil dan industri kimia
tekstil. Mengingat pentingnya hasil survey tersebut bagi stake holders TPT
Indonesia maka kami menyadur dan merangkumnya dalam edisi 5 Buletin Tekstil
Indotex ini.
ITMF mengharapkan bahwa asosiasi industri dan para pimpinan
perusahaan TPT dapat mengetahui dengan lebih jelas dinamika dan hantaman yang
dialami industri mereka, untuk kemudian dapat mengambil langkah antisipasi yang
tepat. Walaupun ujung masa pandemi dirasakan sudah mulai tampak, tapi harus
disadari bahwa dampak sosial ekonomi pandemic ini pasti akan dirasakan sampai
kemasa mendatang. ITMF membagi penelitiannya menjadi tujuh bagian sebagai
berikut:
1.
Turnover tahun 2020
2.
Perkiraan Turnover 2021-2024
3.
Kapasitas produksi
4.
Jumlah dan Frekuensi Order
5.
Backlog dan Intake
Order
6.
Freight Cost dan Shipping
Time
7.
Minat investasi.
1. Turnover tahun 2020
Survey dilakukan terhadap anggota ITMF,
perusahaan-perusahaan dan asosiasi afiliasi ITMF diseluruh Dunia. Sebanyak 196
perusahaan diseluruh dunia ikut serta berpartispasi dalam survey ini. Terbukti
bahwa turnover pada tahun 2020 turun sebanyak 9% dibandingkan dengan tahun
2019. Penurunan ini jauh lebih baik dibanding dengan perkiraan penurunan 33%
yang dihasilkan dari survey sebelumnya. Dinyatakan bahwa hantaman keras pandemi
corona ini akan menyebabkan dropnya kinerja industri TPT dan Permesinan Tekstil
sebagai yang terburuk dalam catatan sejarah.
Sumber: buletintekstil.com
2. Perkiraan
Turnover 2021-2024
Dibandingkan dengan tahun 2019, turnover diharapkan akan meningkat rata-rata 17% dari tahun 2021 sampai dengan tahun 2024. Pada skala Dunia turnover diharapkan menguat pada tahun 2021 dan 2022, selanjutnya akan melemah pada tahun 2023 dan 2024. Secara Wilayah yang akan meningkat tajam adalah Afrika (+31%), dibandingkan dengan wilayah lain yang berkisar +12% sampai +21%.
Sumber: buletintekstil.com
Menariknya bahwa 31% perusahaan sudah mencapai tingkat turnover normal seperti sebelum krisis, 47% perusahaan lain mengharapkan dapat pulih pada tahun 2021 atau dengan kata lain bahwa 78% perusahaan mengharapkan dapat mencapai turnover secara kuartalan pada penghujung tahun 2021.
Sumber: buletintekstil.com
3. Kapasitas Produksi
Terjadi penurunan kapasitas produksi pada sebagaian besar wilayah terkecuali Asia Tenggara dan Amerika Selatan. Tidak mengherankan bahwa kapasitas produksi Dunia menurun sebesar 3%, dua wilayah yang menurun tajam adalah Amerika Utara (-17%) dan Afrika (-11%), wilayah lainnya turun antara -1% sampai -3%. Mengherankan bahwa Asia Tenggara dan Amerika Selatan justru meningkat sebesar +2%.
Sumber: buletintekstil.com
Utilisasi kapasitas terpasang meningkat tajam secara
rata-rata pada skala global. 74% Perusahaan menyatakan utilisasi kapasitasnya
sebesar 80% yang lebih tinggi dari pada hasil survey sebelumnya yang besarannya
60%. Hanya 21% perusahaan yang melaporkan utilisasinya pada tingkat 60% – 80%.
5. Jumlah dan Frekuensi Order
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pola order berubah dan pembayaran serta delivery term memburuk selama pandemi. Sebagian perusahaan menyatakan bahwa terjadi penurunan order sedangkan Sebagian lain ada yang meningkat.
Sumber: buletintekstil.com
Hanya 28% yang menyatakan bahwa jumlah order tetap
sebagaimana sebelumnya dan 22% menyatakan bahwa frekuensi order tidak berubah.
Dapat dinyatakan bahwa pandemi telah membawa dampak berarti terhadap penempatan
order. Memburuknya pembayaran dan delivery terms dirasakan oleh 51 % responden,
banyak penundaan dan pembatalan order oleh buyer atas barang yang sudah
diproduksi dan bahkan kadang-kadang atas barang yang sudah dikirim.
5. Backlog dan Intake
Order
Backlog Order yang diartikan sebagai seberapa banyak order yang ditunda dalam perusahaan, yang memberikan indikasi adanya situasi yang memburuk dalam bisnis perusahaan. Perusahaan-perusahaan dibeberapa wilayah memperlihatkan adanya sedikit peningkatan backlog antara bulan Januari 2020 dan Januari 2021.
Sumber: buletintekstil.com
Hanya perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara melaporkan Order Backlog yang lebih rendah. Intake Order menunjukkan jumlah order yang diterima dari konsumen untuk diproduksi oleh perusahaannya. Perkiraan Intake Order meningkat di Amerika Selatan, Amerika Utara, dan Afrika, order intake sebagai indikasi net basis (jumlah tinggi dikurangi rendah). Perusahaan-perusahaan diseluruh Dunia sudah mengalami intake order tinggi (54%) pada Februari 2021 dibandingkan bulan Agustus 2020.
Sumber: buletintekstil.com
Untuk masa mendatang optimisme tetap tinggi, 41%
responden mengharapkan turnover yang lebih tinggi dalam 6 bulan kedepan
(Agustus 2021) dan bahkan 50% mengharapkan akan terjadi dalam waktu 12 bulan
mendatang (Februari 2022) dibandingkan tingkat sekarang ini. Terutama Amerika
Utara dan Afrika mengharapkan order intake meningkat dalam 12 bulan mendatang.
Ketiga wilayah tersebut diatas mengalami tingkat yang lebih rendah dibandingkan
wilayah-wilayah lain setelah dihantam pandemi
6. Freight
Cost dan Shipping Times
Tingginya Freight Cost/ Shipping Times telah mengurangi profit margin perusahaan-perusahaan TPT. Pemulihan industri TPT Dunia setelah gelombang pertama pandemi pada awal tahun 2020 terganggu oleh berkurangnya container dan tertimbunnya barang dipelabuhan seluruh dunia. Akibatnya kebanyakan perusahaan (59%) mengalami peningkatan Freight Cost yang menyebabkan menurunnya tingkat keuntungan. Sebanyak 26% perusahaan tidak dapat beroperasi dalam kapasitas penuh karena kekurangan bahan baku.
Sumber: buletintekstil.com
7. Minat Investasi
Banyak perusahaan TPT yang berminat untuk menanam modal
dengan menggunakan permesinan otomatis pada tahun 2021 dan/atau tahun 2022.
Dikarenakan memburuknya operasional perusahaan dalam tahun 2020, perusahaan
merencanakan untuk investasi tahun 2021 atau tahun 2022 mendatang. Terutama di
Amerika Selatan, Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Investasi diarahkan ke permesinan otomatis. Alasan utama investasi ini untuk meningkatkan otomatisasi dan produktifitas (31%). Beberapa perusahaan (19%) bermaksud untuk menambah kapasitas dalam investasi tersebut, aspek penting lain yang ditujukan adalah untuk memperkecil konsumsi energi (16%), konsumsi air (9%) dan emisi gas (8%).
Sumber: buletintekstil.com
Sumber: buletintekstil.com