Di tengah dinamika pasar modern,
industri fashion terus bersaing untuk menciptakan akses yang makin cepat dan
serba visual. Kehadiran teknologi Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR)
pun seketika mencuri perhatian para pemain di industri mode. Bukan cuma brand
besar, desainer independen, hingga pelaku bisnis kain pun mulai
mempertimbangkan teknologi ini untuk menciptakan pengalaman belanja yang lebih
menarik.
Mulai dari mencoba pakaian lewat
kamera smartphone hingga menghadiri fashion show dari ruang tamu, teknologi
imersif ini bukan lagi gimmick, tapi sudah jadi bagian penting dari strategi
brand, desainer, hingga pelaku usaha tekstil.
Lantas, bagaimana sebenarnya AR
dan VR bekerja? Dan sejauh apa pengaruhnya terhadap industri mode? Mari kita
buka kartunya satu per satu!
Beberapa tahun terakhir, teknologi
AR dan VR menjadi sebuah fenomena yang sulit dipisahkan dari dunia fashion
modern. Konsumen masa kini juga semakin visual, cepat, dan bergantung pada
pengalaman digital sebelum mengambil keputusan belanja.
Meski kerap disebut bersamaan,
sebenarnya baik AR ataupun VR bekerja dengan konsep yang berbeda dan memiliki
fungsi tersendiri industri mode. Ringkasnya, AR menambah digitalisasi ke dunia nyata, sedangkan VR menciptakan dunia digital yang benar-benar
baru.
Ini penjelasan lengkapnya:
·
Augmented Reality (AR) adalah teknologi
yang menambahkan elemen digital ke dunia nyata. Kamu tetap melihat lingkungan
sekitarmu seperti biasa, tapi ada lapisan visual tambahan yang muncul lewat
kamera. Contohnya ketika kamu mencoba kacamata atau baju secara virtual lewat
fitur atau aplikasi khusus seperti filter Instagram, AR Fitting Room, dan Virtual
Try On (VTO)
·
Virtual Reality (VR) berbeda karena
membawa kamu masuk ke dunia yang sepenuhnya digital. Melalui headset VR,
lingkungan fisikmu “menghilang” dan digantikan dengan ruang virtual seperti
runway, toko digital, atau galeri desain 3D.
Brand internasional sudah
memanfaatkan teknologi ini untuk memperkenalkan koleksi, menghadirkan fashion
show virtual, hingga memberikan pengalaman belanja yang lebih imersif. Di level
lokal, desainer dan UMKM pun mulai mengikuti arus, terutama untuk menekan biaya
produksi dan menampilkan produk dengan cara yang lebih menarik.

Teknologi AR dan VR bekerja
dengan mekanisme yang terlihat sederhana di permukaan, tetapi sebenarnya
melibatkan proses komputasi yang kompleks di belakang layar. AR menggabungkan
elemen digital dengan dunia nyata, sedangkan VR menempatkan pengguna ke dalam
dunia virtual sepenuhnya.
·
Cara kerja AR
Pada teknologi
AR, proses dimulai saat kamera perangkat—baik smartphone, tablet, maupun
kacamata pintar—menangkap gambar lingkungan secara real-time. Kamera ini
menjadi “mata” digital yang memindai objek, permukaan, gerakan, hingga cahaya
di sekitar pengguna. Begitu gambar masuk ke sistem, AR melakukan proses penting
bernama tracking dan mapping.
Teknologi
seperti SLAM (Simultaneous Localization and Mapping) bekerja mengenali
posisi pengguna sekaligus memetakan lingkungan fisik, termasuk mendeteksi
permukaan datar seperti lantai, meja, atau dinding. Pada tahap ini, sistem juga
dapat mengenali bentuk tertentu seperti wajah atau marker visual agar elemen
digital dapat ditempatkan secara presisi.
·
Cara kerja VR
Berbeda dari
AR, teknologi VR menciptakan pengalaman yang benar-benar baru dengan
menghilangkan tampilan dunia nyata dan menggantinya dengan lingkungan digital
360°. Proses dimulai dari VR headset yang berisi dua layar kecil, masing-masing
untuk mata kiri dan kanan. Kedua layar ini menampilkan gambar yang sedikit
berbeda sehingga ketika melewati lensa optik, otak memprosesnya sebagai ruang
tiga dimensi yang imersif.
Agar lingkungan virtual terasa realistis, headset harus mengetahui setiap pergerakan pengguna. Karena itu VR dilengkapi berbagai sensor seperti gyroscope, accelerometer, magnetometer, serta kamera internal atau sensor eksternal yang melacak arah pandang, rotasi kepala, hingga posisi tubuh secara akurat.
Kehadiran AR dan VR membuat industri mode dan tekstil mengalami transformasi besar. Pengaruh teknologi imersif ini terasa di hampir semua aspek rantai industri fashion. Mulai dari pembuatan kain, desain busana, produksi, pemasaran, hingga pengalaman pelanggan.

Berikut pengaruh paling
nyata yang kini dirasakan industri:
1.
Virtual Try-On: Era Baru Belanja Online
Salah satu penggunaan paling populer dari AR adalah
fitur try-on digital. Konsumen bisa mencoba pakaian, kacamata, atau
sepatu tanpa menyentuh produk fisik. Manfaatnya:
·
Mengurangi
tingkat pengembalian barang
·
Meningkatkan
kepercayaan konsumen
·
Memberikan
pengalaman belanja yang lebih personal
Bagi brand fashion, teknologi ini menjadi aset penting
untuk e-commerce yang makin kompetitif.
2.
Fashion Show Virtual yang Makin
Spektakuler
VR dan teknologi 3D memungkinkan brand
menyelenggarakan runway digital yang bisa dihadiri jutaan orang sekaligus.
Keunggulannya:
·
Minim biaya venue dan logistik
·
Menjangkau penonton global
·
Bebas berkreasi tanpa batas fisik
·
Memungkinkan interaksi langsung melalui avatar
Balenciaga, Tommy Hilfiger, dan Dolce & Gabbana
termasuk pionir yang sudah mencoba format ini.
3.
Desain Koleksi Lebih Efisien Berkat Digital
Sampling
Couture bukan lagi soal gunting-kain semata. Desainer
kini menggunakan VR dan software 3D untuk:
·
Membuat pola
·
Menguji jatuhan kain
·
Mengatur warna dan tekstur
·
Melihat visualisasi akhir tanpa prototipe fisik
Bagi produsen
tekstil, digital sampling mengurangi limbah produksi dan mempercepat waktu
produksi.
4.
Showroom Virtual untuk B2B dan Wholesale
Brand kini tidak perlu membuka showroom fisik di
berbagai negara. Cukup dengan VR:
·
Pembeli bisa melihat koleksi lengkap dalam ruang
3D
·
Produk dapat diputar 360°
·
Detail kain bisa diperbesar hingga ke tekstur
Tren ini
sangat menarik untuk brand kecil hingga UMKM karena biaya operasional jauh
lebih rendah.
5.
Manufaktur Tekstil Jadi Lebih Modern
Industri tekstil mulai memanfaatkan AR & VR untuk:
·
Pelatihan operator mesin
·
Simulasi produksi
·
Quality checking berbasis AI-AR
·
Perakitan pola dan tekstur secara digital
Dari factory ke showroom, semuanya makin efisien.
Pada akhirnya, adopsi AR dan VR
bukan lagi sekadar eksperimen. Industri fashion yang selalu identik dengan
inovasi justru memanfaatkan teknologi ini sebagai mesin pertumbuhan baru.
Cara Merawat Pakaian Berbahan Tipis Agar Tidak Cepat Rusak
AR & VR, Teknologi Imersif yang Mengubah Cara Kerja Dunia Fashion
Fashion Hallyu: Gaya Korea yang Menjadi Fenomena Dunia
Logo, Kualitas, atau Gengsi? Menguak Faktor yang Membentuk Harga Produk Bermerek
Debat Klasik: Kapas vs Kapuk! Apa Sih Bedanya?
Indonesia Resmi Peringkat Pertama Dunia dalam Industri Fashion Muslim: Bukti Nyata Kreativitas dan Potensi Ekonomi Halal
Effortless! Rahasia Pashmina Mleyot yang Jadi Tren Hijab Paling Santuy 2025
Pop Up Store: Cara Seru Brand Fashion Curi Perhatian Kamu
Kamu Bukan Masalahnya: Alasan Sebenarnya Jeans Plus Size Sulit Pas di Pinggang dan Pinggul
Mengenal Serat Carbon Nanotube (CNT), Material Tekstil Terkuat dan Teringan di Dunia