Pandemi covid-19 memunculkan
sebuah kebiasaan baru atau yang lebih terkenal dengan istilah new normal. Saat covid-19 sedang begitu ganasnya banyak negara yang
melakukan lockdown, pembatasan aktivitas di luar ruangan, pemblokiran akses
keluar masuk, menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan masih banyak lagi.
Tak tanggung-tanggung, beberapa negara memberlakukan kebijakan ini sampai 1 tahun lamanya atau bahkan lebih. Pembatasan
besar-besaran tersebut memaksa semua orang untuk melakukan semua kegiatan di
rumah saja, mulai dari sekolah, bekerja bahkan hingga belanja kebutuhan
sehari-hari.
Setelah pandemi mereda,
orang-orang mulai sadar akan pentingnya gaya hidup sehat dan Back to Nature.
Mereka pun tak lagi menyukai suasana riuh ramai di kota-kota besar. Orang yang
awalnya hobby jalan-jalan di pusat perbelanjaan mulai beralih mencari destinasi
wisata berbau alam di pelosok daerah. Sejak saat itu istilah ecotourism menjadi
sebuah trend yang sangat booming. Lalu, ecotourism itu apa sih? Simak
pembahasannya berikut ini!
Pada hakekatnya ecotourism atau wisata ekologis adalah sebuah perjalanan ke kawasan alam yang asri dan belum terganggu ataupun tercemari. Tujuannya tak lain untuk mempelajari dan menikmati penandangan rerumputan hijau, satwa-satwa liar serta budaya masyarakat masalalu ataupun masa kini.
Ecotourism menganut konsep wisata
berkelanjutan yang memperhatikan unsur-unsur pelestarian lingkungan. Konsep ini
tak hanya berfokus pada kawasan wisata saja, tetapi juga produk dan peralatan
yang dibutuhkan dalam keseharian manusia.
Selain berlibur ke daerah
ekowisata, kini orang-orang mulai menggemari segala sesuatu berbau natural dan
sifatnya mudah terurai. Berbagai aspek pun dipertimbangkan, salah satunya yaitu
pemilihan produk berbahan baku kain yang dianggap lebih ramah lingkungan.
Padahal kain pun ada yang dibuat dari material sintetis dan sulit untuk diurai
lho.
Tak hanya sebagai bahan sandang
(busana atau aksesoris), kain juga sudah banyak digunakan sebagai bahan pelapis
berbagai peralatan rumah tangga menggantikan kulit dan material sintetis
lainnya.
Belakangan ini, produk bermotif dedaunan yang dibuat dengan teknik eco printing atau ecodye. Tak hanya bermotif dedaunan yang unik, proses produksinya juga menerapkan prinsip zero waste dan mendukung kelestarian lingkungan.
Proses pembuatan kain ecoprint
hampir tidak menghasilkan limbah sama sekali. Bahan kainnya saja harus terbuat
dari 100% serat alam, motifnya berasal dari bagian tumbuhan, pewarnaan dasar kainnya
juga alami. Atas dasar inilah banyak orang menyukai kain, busana dan
produk-produk eco printing lainnya.
Jika
dilihat dari kacamata bisnis, ecoprint bisa menjadi ladang cuan yang sangat
menjanjikan. Syarat utama ecoprint yaitu material alami.
Berikut ini beberapa jenis kain
berbahan baku serat alam yang sangat mendukung gaya hidup back to nature:
1.
Kain katun
Katun berbahan dasar serat kapas yang dihasilkan oleh
pohon kapas. Kain katun termasuk jenis kain natural yang bersifat
biodegradable.
2.
Kain linen
Serat linen diekstrak dari biji dan batang tanaman
flax atau Linum usitatissimum. Proses ekstraksi seratnya mengandalkan aktivitas
bakteri pembusuk sehingga kain linen juga mudah diuraikan.
3.
Kain Sutra
Serat sutra dihasilkan oleh ulat sutra murbei yang
mengeluarkan air liurnya untuk membentuk sebuah kokon (kepompong). Satu-satunya
serat alam berbentuk filamen ini dikategorikan sebagai kain alami yang kuat,
awet dan bermutu tinggi.
4.
Kain Wol
Wol merupakan ahan berkarakter tebal
dan hangat yang dibuat dari bulu kambing atau domba.
5.
Kain cotton bamboo
Kombinasi serat katun dan serat bambu menghasilkan
kain berkarakter kuat dan bersifat ramah lingkungan.
6.
Kain Rayon
Meski proses pengolahan seratnya menggunakan bahan
kimia, tetapi bahan baku kain rayon adalah regenerasi serat selulosa yang
berasal dari pulp kayu. Jadi, kain rayon bisa dimasukkan dalam daftar kain
natural.
7.
Kain Bemberg atau cupro
Kain Bemberg merupakan hasil olahan serat yang berasal
dari biji kapas dan masih mengandung minyak kapas. Minyak tersebut menghasilkan
efek kilau di permukaan kainnya sehingga kerap disebut pengganti sutra.
8.
Kain Tencel
Sedikit berbeda dengan Bemberg, kain Tencel diolah dari
serat pohon Eucalyptus atau Beech wood. Sehingga kain Tencel masuk kategori
kain alami yang ramah lingkungan dan mudah didegradasi.
Nah, jika Sahabat Bahankain
sedang mencari kain berbahan dasar serat alami, langsung saja cek kategori
produk Bahankain.com ya. Khusus untuk kain katun, kami menyediakan berbagai
pilihan ketebalan, mulai dari 4 Oz hingga 14 Oz.
Kain-kain
berbahan dasar serat alami ini juga sangat cocok untuk media ecoprint dan
shibori menggunakan pewarna alami, batik dan masih banyak lagi.
Langsung saja
konsultasikan kebutuhan kain Anda dengan CS kami.
Anda juga bisa belanja via Tokopedia dan Shopee di toko Mekar Jaya Tekstil.