Kebutuhan akan pemenuhan fashion
dan mode yang makin dinamis mendorong para pelaku industri tekstik untuk menciptakan
beragam inovasi maupun terobosan baru. Inovasi telah menjadi poin penting sebagai
langkah mendorong upaya pemanfaatan sistem pemasaran komoditi tekstil demi menunjang
kebutuhan industri fesyen di era milenial ini.
Tak tanggung-tanggung, nilai industri fesyen ditaksir mencapai angka 3 triliun dolar Amerika. Mulai dari ekstraksi berbagai jenis serat seperti katun, kepompong sutera, wol, poliester, dan lain sebagainya. Serat tersebut kemudian dipilih menjadi seutas benang lalu ditenun menjadi selembar kain dan melalui serangkaian proses untuk mendapatkan kain rfd/rfp (ready for dye/ready for paint).
Hingga akhirnya kain ini sampai
di tangan ratusan desainer yang menciptakan ribuan variasi desain dan bentuk fashion.
Rangakain proses inilah menjadikan fashion sebagai sebuah industri kreatif dengan
potensi seolah tanpa batas.
Tetapi jadinya jika kain tak lagi dibuat secara
konvensional? Bahkan panjang gaun atau lebar bahu bukan lagi patokan pembaharuan
fashion?
Beberapa desainer dunia bereksperimen
menciptakan garmen dari material non-konvensional, salah satunya yaitu Karl
Lagerfeld. Karl membuat koleksi Chanel haute couture dengan teknologi laser sintering
yang memungkinkan pakaian dibuat tanpa jahitan.
Ada pula Iris van Herpen,
couturier asal Belanda yang menggunakan berbagai macam medium non-tekstil untuk
koleksi. Produknya terinspirasi dari berbagai hal, mulai dari air yang
bentuknya selalu berubah sesuai wadahnya hingga gelombang elektromagnetik.
Baru-baru ini muncul sebuah terobosan yang tak kalah revolusioner yaitu kain semprot dari jenama Coperni. Coperni adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang eksperimen material dan iptek terapan menciptakan teknologi Spray on fabric. Yaitu sebuah metode penciptaan kain melalui alat semprot. Label Coperni didirikan pada 2013 oleh Sebastian Meyer dan Arnaud Vaillant yang bekerja sama dengan Fabrican Ltd. pengambilan jenama "Coperni" terinspirasi dari seorang ahli matematika dan astronomi masa Renaissance, Nicolaus Copernicus.
Alih-alih dibuat dari tenunan
benang, kain tersebut berbahan filament cair yang mengering seketika saat
terkena permukaan apa pun. Bahkan termasuk cairan lainnya untuk membuat lapisan
kain tanpa proses pertenunan atau non-woven.
Teknologi terbaru ini pun sukses menggebrak revolusi fashion dunia dan jadi bahan perbincangan setelah ditunjukkan pada hari terakhir Coperni Spring
2023 Show dalam rangkaian Paris Fashion Week Spring Summer 2023. Diketahui pada
hari Jum’at (30/09/2022) waktu setempat, Bella Hadid bersama label Prancis
Coperni mempertontonkan pembuatan gaun dari serat khusus yang disemprotkan ke
badan. Pertunjukkan ini dilakukan secara langsung di depan para pengunjung dan
sorotan kamera.
Tak lama setelah itu, Bella pun
tampil anggun dan melangkah di landasan catwalk memakai kain semprot tersebut.
Teknik spray on fabric bisa digunakan untuk menciptakan pakaian inovatif yang bisa dicuci lalu dipakai kembali, dan terintegrasi dengan perangkat diagnostik yang dapat memantau kesehatan pemakainya.
Kain semprot ini terdiri dari serat pendek yang diikat bersama polimer, biopolimer, dan pelarut yang lebih ramah lingkungan sehingga mampu membentuk kain cair. Kandungan pelarut pada cairan perlahan menguap ketika semprotan mencapai permukaan dan menyisakan voila kain.
Uniknya lagi, tekstur kain semprot
dari Coperni tersebut dapat berubah tergantung jenis material, pengikat yang
digunakan, dan bagaimana cara menyemprotnya. Bahan bakunya bisa berupa serat sintetis maupun
alami, seperti kapas, linen, poliester atau nilon daur ulang.
Teknologi ini sudah diaplikasikan
pada bidang-bidang lain contohnya yaitu bidang medis. Semprotan perban steril untuk
menutup luka bakar tanpa memberikan tekanan apapun, engantar obat patch dapat
melepaskan obat langsung ke tubuh secara optimal, serta gips plester yang
ringan dan tahan air.
Teknologi ini digadang-gadang akan jadi inovasi yang sangat revolusioner karena berpotensi mengurangi sampah dari sisa produksi garmen. Meski begitu potensial, Fabrican Ltd masih punya tantangan yang harus ditaklukkan yaitu bagaimana membawa teknologi spray untuk menciptakan produksi secara massal.
Sumber: Buletin Tekstil Edisi 22