Dalam setiap Negara mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengungkapkan rasa kasih sayang terhadap setiap pasangannya, seperti halnya di Negara Filipina pada saat perayaan valentine masyakat menandainya dengan cara melakukan nikah masal. Sedangkan di Negara Indonesia sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk merayakannya dengan nonton di bioskop, makan malam, tukar kado, dapat juga memberikan coklat ataupun memberikan barang yang lain yang dapat melambangkan ungkapan sayang.
Namun berbeda dengan halnya yang dilakukan suatu komunitas pemuda yang selalu berupaya melestarikan kebudayaan tradisional di Indonesia terutama di pulau Jawa ini, mereka mempunya sudut pandang sendiri untuk melambangkan simbol kasih sayang. Untuk mereka yg berasal dari suku Jawa, cara mengungkapkan kesetiaan dan kasih sayang secara tradisional dengan memakai Batik Truntum.
Sumber: lifestyle.okezone.com
Apa itu Batik
Truntum?
Kata truntum diambil dari kata dalam bahasa jawa “taruntum” yang memiliki arti “tumbuh kembali”, “bersemi kembali”, ataupun dapat juga mempunyai arti “semarak kembali”. Batik truntum adalah suatu gambaran berupa kuntum: bunga di langit (bintang) yang digambarkan bentuknya seperti bunga atau kembang tanjung. Batik ini sering digunakan untuk upacara pernikahan tradisional Jawa, dimana si pemakai akan selalu setia dan dilingkupi rasa sayang terhadap pasangannya.
Sejarah
terbentuknya Batik Truntum
Diceritakan dari kisah tulus setia Kanjeng Ratu Kencana, berbahagialah seorang laki-laki yang mempunyai istri seperti Kanjeng Ratu Kencana ini, beliau adalah permaisuri Sunan Pakubawana III Surakarta Hadiningrat. Pada abad ke-18 silam, Kanjeng Ratu Kencana selalu merasa diabaikan oleh suaminya, kerena kesibukan dan adanya selir yang baru di dalam istana. Sampai pada hari pernikahan Sunan Pakubawana III Surakarta Hadiningrat pun Kanjeng Ratu dilanda rasa cemburu yang teramat sangat.
Malam berganti malam, rasa sepi yang selalu dirasa, Kanjeng Ratu selalu memandangi langit malam yang cerah dan bertabur bintang. Bintang yang ada di langit malam pun senantiasa “setia” menemani Kanjeng Ratu Kencana. Tak hanya bintang-bintang pada malam hari yang selalu menemani sang ratu, namun Kanjeng Ratu Kencana juga selalu ditemani semerbaknya wangi bunga atau kembang tanjung. Dari situlah tangan sang Ratu ingin sekali melukiskan semua perasaan yang berkecambuk di dalam hatinya, maka dari itu beliau mulai membatik.
Kanjeng Ratu
Kencana menggambar bintang dan kembang tanjung pada lembar kain memberikan
warna biru gelap dibagian langit malam, serta Kanjeng Ratu Kencana mengisi
kekosongan kain putih sebagai kekosongan hatinya yang teramat sangat merindukan
kasih sayang dari suaminya.
Pada suatu malam Sunan Pakubuwana III melihat sang istri sedang membatik, gambar bintang-bintang dan kembang tanjung yang Sang Ratu Kencana buat begitu sangat menyentuh hati sang Raja. Pada akhirnya Rajapun tersadar dengan perbuatannya selama ini, yang sudah membuat istrinya begitu sedih dan merasa sangat kesepian. Beliau menyadari akan kesalahannya yang selalu meninggalkan istri yang begitu sangat setia dan selalu menantinya dengan penuh kasih sayang.
Kisah ini merupakan asal muasal batik motif truntum terbentuk, sejak peristiwa tersebut batik truntum menjdi sebuah simbol kesetian, kasih sayang dan keharmonisan untuk orang-orang yang berasal dari suku Jawa.
Bagi sahabat BahanKain yang membutuhkan kain untuk membuat batik, Anda bisa cek koleksi kain mori di web kami dan silakan hubungi customer service kami untuk melakukan pembelian.