Selain K-pop dan gaya berbusana
anti tua nya, Korea Selatan juga terkenal akan tradisi membungkus oleh-oleh
atau hadiah menggunakan kain bernama bojagi.
Kain pembungkus ini sudah digunakan sejak era Korea pra-modern untuk membawa
barang, menutupi makanan serta melindungi benda-benda berharga. Seni bojagi masih
terus dilestarikan hingga saat ini karena nilai estetikanya.
Bojagi berupa kain persegi yang
bisa dibuat dari sutra, rami atau bahan lainnya. Jenis bojagi bersulam disebut
subo sedangkan bojagi tambal sulam (dari potongan kain bekas) dikenal dengan sebutan jogakbo. Modern
ini, bojagi kerap dimanfaatkan sebagai pembungkus kado pernikahan, hadiah
maupun ritual keagamaan.
Masyarakat Korea Selatan meyakini bahwa menyimpan sesuatu dalam sebuah bungkusan dapat melindungi keberuntungan. Jejak awal bojagi mulai terlacak di awal Dinasti Joseon (1392-1910) dan digunakan dalam konteks keagamaan sebagai taplak meja atau penutup sutra. Kain tersebut secara khusus digunakan untuk menandai acara-acara istimewa seperti pernikahan, pertunangan.
Sumber: https://kr.123rf.com/
Bojagi menjadi lambang “penghargaan
seseorang terhadap barang yang dibungkus serta wujud penghormatan terhadap
penerimanya”. Bahkan pihak kerajaan akan membuat hingga 1.650 bojagi untuk
acara penikahan.
Secara tradisional, bojagi memiliki
bentuk segi empat dengan lebar satu pok (kurang lebih 35 cm) hingga sepuluh pok
untuk benda besar atau alas tidur. Bahan utamanya berupa kain sutra, katun,
rami, dan linen. Warnanya ada merah, kuning, biru, ungu, hijau, merah muda, biru
tua, hitam serta putih.
Beberapa bojagi dihiasi detail garis,
berlapis, diberi lukisan atau lembaran emas setipis kertas, sulaman dan kain
perca. Sambungan jahitan pada bojagi terbagi menjadi beberapa jenis membentuk
sebuah garis sehingga bisa dilihat dari dua sisi. Kain pembungkus inilah yang akan
diaplikasikan untuk membuat produk fashion.
1.
Gung bo
Gung-bo biasa digunakan oleh kalangan elit pada acara-acara khusus seperti Seollal (Tahun Baru Imlek) dan perayaan di istana. Kain pembungkus ala kerajaan ini terbuat dari selembar kain. Pembuatnya adalah sosok perajin dan pelukis kantor istana yang sudah terkenal, beda dengan min-bo pojagi yang dibuat oleh seniman tak dikenal dan tak dikenal.
Warga istana kerajaan Joseon lebih suka konstruksi
bojagi produksi dalam negeri dengan ciri khas warna merah jambu, merah hingga
ungu. Dilengkapi detail lukisan yang didesain khusus seperti naga atau burung.
Ratusan bojagi baru dipesan menjelang perayaan acara istimewa
seperti ulang tahun kerajaan dan Tahun Baru Imlek. Nama pembuat bojagi untuk
ritual tertentu atau pernikahan, tercantum dalam catatan resmi pengadilan Ŭigwe
atau Protokol Kerajaan. Beberapa nama yang muncul berulang kali pada catatan menunjukkan
bahwa mereka memiliki keterampilan tingkat tinggi.
2.
Jogak bo
Jogakbo adalah jenis bojagi ‘tambal sulam’ yang dibuat
oleh rakyat biasa. Sesuai definisinya, lembaran kain ini terbuat dari potongan-potongan
kain kecil (jogak), seperti sisa potongan lekukan hanbok.
Perempuan Korea sudah diajari untuk sabar dan berhemat
sejak dini. Sehingga mereka terbiasa mengumpulkan sisa potongan kain dan
dibedakan menurut bahan, bentuk, warna, serta berat. Disinilah wanita-wanita Joseon
bisa menuangkan bakat serta kreatifitas mereka, lalu menggabungkannya denggan
cara dijahit jadi lembaran kain utuh.
Pembuat bojagi ini tidak berusaha menyembunyikan
jahitan mereka karena meyakini bahwa berkah dan nasib baik sudah terakumulasi pada
setiap tambahan jahitan dan potongan. Entah itu kain bermotif 'biasa' yang
simetris atau dijahir secara acak 'tidak beraturan' sesuai gaya maupun selera
estetika pembuatnya.
3.
Subo
Bojagi bersulam seringkali disebut subo, yaitu bentuk
lain dari kain hiasan. Umumnya memiliki ornamen pohon dengan beragam variasi gaya,
gambar bunga, buah-buahan, burung, naga, awan, dan simbol keberuntungan secara mendetail.
Subo erat kaitannya dengan acara-acara kegembiraan
seperti pertunangan dan pernikahan. Digunakan untuk membungkus barang terutama
hadiah dari keluarga mempelai pria kepada pengantin baru beserta patung angsa
kayu.
Proses sulam dilakukan pada lembaran kain katun atau
sutra menggunakan benang pintal. Kain subo kemudian dilapisi
lalu diberi bantalan.
4.
Min-bo
Minbo digunakan sebagai hadiah dari ibu
kepada anak perempuannya di pesta pernikahan. Untuk membungkus serta membawa
produk toko dan digunakan pada acara maupun ritual khusus.
Pada masa Dinasti Joseon, Ibu pengantin wanita sering
menjahit lusinan bojagi untuk dibawa putri mereka ke rumah baru. Mengingat
kondisi masih asli, bojagi ini tidak memiliki fungsi praktis tapi sebagai tanda
kasih sayang dan harapan baik.
5.
Kirogi po
Kirogi po adalah bentuk lain bojagi yang
digunakan sebagai pembungkus angsa kayu yang dipersembahkan oleh pengantin pria
untuk keluarga pengantin wanita saat upacara pernikahan tradisional Korea.
Angsa sendiri merupakan metafora kesetiaan dan perlindungan mempelai lelaki.
Selain detail garis dan sulaman, kirogi po biasanya
juga dihiasi untaian benang berwarna pelangi yang merepresentasikan batang padi.
Gambar tersebut menjadi simbol pengharapan agar keluarga baru diberi keberkahan
serta limpahan rezeki dalam kehidupan berumah tangga. Sedangkan sulaman motif pohon,
bunga, buah-buahan, kupu-kupu, dan burung melambangkan kemakmuran serta
kebahagiaan.
Dari uraian diatas bisa
disimpulkan bahwa bojagi lebih dari sekedar barang sehari-hari orang Korea,
melaikan sebuah ekspresi seni, sejarah dan kontemporer budaya Korea Selatan.