Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya memperkuat sekolah vokasi bidang industri tekstil dan produk (TPT) guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), mengingat TPT memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional melalui kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja, pemenuhan kebutuhan sandang dalam negeri, serta sebagai sektor penghasil devisa ekspor non-migas dengan nilai yang cukup signifikan.
Sumber: buletintekstil.com
“Kemenperin melalui Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) memiliki komitmen yang kuat
untuk memperkuat industri TPT dengan menyediakan SDM Industri yang unggul dan
kompeten melalui Pendidikan Vokasi Industri yang diselenggarakan oleh
kampus-kampus dan sekolah-sekolah vokasi milik Kemenperin,” ujar
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangan resmi saat
Grand Launching Peringatan 100 Tahun Pendidikan Tekstil Indonesia secara
virtual, Rabu 21 April 2021.
Pendidikan vokasi industri yang dijalankan Kemenperin
bertujuan mendidik dan meluluskan tenaga kerja di sektor industri yang kompeten
dan sesuai dengan kebutuhan sektor tersebut, sehingga dapat berkontribusi
meningkatkan daya saing dan produktivitasnya.
“Pendidikan vokasi industri
tidak dapat dilepaskan dari sejarah sektor industri di Indonesia. Misalnya,
pendidikan tekstil di Indonesia telah mencapai usia satu abad,”
kata Agus.
Sejarah pendidikan tekstil di Indonesia diawali dengan
pendirian Textiel Inrichting Bandoeng (TIB) pada April 1922 oleh Pemerintah
Hindia Belanda. Lembaga tersebut didirikan untuk membina industri tekstil dan
mempersiapkan tenaga ahli di bidang tekstil, serta mengembangkan teknik dan
peralatan pertenunan. TIB merupakan cikal bakal dari Politeknik Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil (STTT) Bandung saat ini.
“Jika dihitung sejak berdirinya
TIB, maka secara de facto Kemenperin memiliki kampus yang masuk jajaran
kampus-kampus tertua di Indonesia dan satu-satunya perguruan tinggi di
Indonesia yang fokus pada keilmuan tekstil,” ujar Agus.
TIB juga merupakan cikal bakal berdirinya dua institusi
lainnya di lingkungan Kemenperin, yaitu Balai Besar Tekstil yang juga berlokasi
di Bandung dan Balai Besar Batik di Yogyakarta.
Agus menjelaskan, setelah melewati perjalanan yang tidak
sebentar, Politeknik STTT Bandung sudah matang dalam perannya sebagai pengemban
amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi sekaligus sebagai Centre of Excellence dalam
bidang sains dan teknologi tekstil.
Hal ini juga diperkuat dengan perkembangan pesat bidang fesyen yang telah menjadi komoditas pasar dengan permintaan yang luar biasa.
“Hal ini mendorong Kemenperin
untuk terus berkomitmen meningkatkan kualitas Politeknik STTT Bandung dalam
menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian masyarakat bidang
TPT,” jelasnya.
Memperin juga mengatakan, “Dalam lima tahun terakhir ini,
kami berhasil mengembangakan pendidikan ke arah vertikal dengan pendirian
program Magister Terapan Rekayasa Tekstil dan Apparel pada tahun 2018 dengan
didukung pembangunan gedung Magister Terapan tahun 2019 yang memiliki fasilitas
riset yang memadai”.
Capaian lain adalah dibangunnya satelit digital Industri
4.0 yang merupakan satelit digital pertama di bidang tekstil dan apparel.
Tujuannya menjadi referensi bagi industri TPT dalam bertransformasi menuju
industri 4.0.
Satelit digital Politeknik STTT Bandung akan menjadi
showcase industri 4.0 di bidang tekstil sekaligus research center pengembangan
Industri 4.0, khususnya fuctional textile. Selanjutnya, menjadi pusat
pendidikan tekstil dan pusat kerja sama industri 4.0.
“Satelit digital Politeknik STTT
Bandung memiliki lima pilar utama, yaitu showcase, capability, ecosystem, delivery, dan pemanfaatan
teknologi,” imbuhnya.
Untuk melahirkan SDM yang berkualitas, Politeknik STTT
Bandung meningkatkan kapasitasnya, antara lain melalui pembaruan mesin-mesin
dan peralatan pengujian dengan teknologi terkini agar sesuai dengan standar
peralatan yang digunakan di industri.
Selain itu, meningkatkan kualitas SDM pengajar,
meningkatkan kerjasama dengan institusi di dalam dan luar negeri, memperbanyak
akses untuk penelitian serta sinergi dengan Balai Besar Tekstil sebagai pusat
riset tekstil maupun industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terkait.
“Perjalanan 100 tahun pendidikan
tekstil di Indonesia telah mencetak ribuan tenaga ahli mumpuni di bidang
tekstil, sehingga keberadaan institusi pendidikan dalam mencetak lulusan yang
berdaya saing global wajib dipertahankan sejalan dengan terus berkembangnya
teknologi dan inovasi tekstil di industri untuk meningkatkan kemampuan ekonomi
negara,” pungkas Agus.
Sumber: buletintekstil.com