BULETIN TEKSTIL.COM / Menelusuri jejak asal usul batik,
memang tak semudah yang dibayangkan. Tak hanya sekedar mengumpulkan dan
mengutip literasi yang banyak, namun juga membutuhkan kemampuang menganalisa
serta melogika kan hasil temuan. Pasalnya, rekam jejak dan data yang
dikumpulkan berasal dari hasil kilas balik jaman ratusan dan bahkan ribuan
tahun lalu. Ironisnya, batik yang diakui Unesco sebagai warisan budaya asli
Indonesia itu, bukti peninggalan dan catatan sejarahnya justru ada di museum
bangsa lain.
Uniknya, semakin ditelusuri asal usulnya, akan semakin
menantang dan membuat penasaran bagi kaum pecinta dan pengamat batik dunia.
Oleh karenanya kita perlu segera mengambil titik berpijak dari temuan tersebut.
Ini perlu dilakukan mengingar setiap kita berbicara asal usul bahkan dari asal
kata dan arti kata BATIK hingga batik dari mana selalu muncul statemen, tidak
ada yang tahu, “unklown”, dan suatu saat nanti kita bakal mengikuti apa kata
penulis asing.
Tak heran bila banyak negeri lain yang berlomba-lomba
meng klaim, bahwa asal muasal batik berasal dari negeri mereka. Sebut saja
Malaysia dan Cina. Beruntung Unesco masih independen dan memutuskan bahwa batik
memang warisan budaya Indonesia berdasarkan dari berbagai istilah membatik
banyak menggunakan bahasa Jawa seperti ngelowong, nembok, ngelorot dan
sebagainya. Dari tulisan G.P. Rouffler hingga Raffle mereka telah menulis
secara rici bahwa di jawa ada Batik dengan alat2 canting yang disebut rinci
sekali oleh penulis2 itu. Bagaimana prosesnya dari mempersiapkan kain untik di
batik hingga proses mencanting hingga melorod. E, ternyata bangsa kita sendiri
masih ada yang bilang Batik ada di jaman Ratu Sheba (era nabi Sulaiman). Lha
itu kan pemahaman yang tersesat. Tidak mampumembedakan antara Resist Dyeing dan
Batik.
Hal itu diulas dan didiskusikan dalam Saresehan Batik
dengan menghadirkan Nara Sumber Adi Kusrianto, Dosen, Pengamat dan Penulis
Berbagai macam buku tentang Batik serta pakar Tekstil dengan mengambil
thema: “Penelusuran Asal Batik dengan menghubungkan
Benang Merah antara Catatan Sejarah, Dongeng Panji dan Legenda Daerah” melalui
daring pada 1 Mei 2021. Adapun ulasannya sebagai berikut:
Pada buku tulisan seorang kurator museum di kota
Tielberg, Belanda menuliskan pada prakata bukunya yang berjudul “Batik Sukma
Jawa” (dibuat dalam 3 bahasa). Apabila Anda bertanya pada 10 orang yang ahli
tentang batik, maka Anda akan memperoleh 10 macam jawaban yang berbeda.
Artinya ke 10 “ahli batik” tersebut sama-sama tidak mampu mengintegrasikan
infomasi yang dimiliki.
Buku tulisan Prof Fred W. van Oss, kurator mueum tekstil di Tielberg, Belanda
Sumber: buletintekstil.com
Berangkat dari rasa keprihatinan bahwa belum
terintegrasinya pemahaman serta informasi asal muasal batik di Nusantara
membuat banyak orang menulis, berbicara sesuai sudut pandang
masing-masing. Bahkan pendapatnya itu ada yang tanpa dasar, pegangan maupun
referensi yang kuat dan valid.
Akhirnya, banyak tulisan tentang batik yang menjadi salah
kaprah. Ironisnya, tulisan yang salah kaprah ini malah dijadikan referensi
orang lain sehingga kesalah kaprahan ini semakin menyebar luas.
Bahkan, kesalah kaprahan ini semakin diperluas dan
diperparah dengan adanya editor media massa yang menyebarkan informasi yang
salah dari hasil skripsi, tesis dan referensi yang salah tetang asal usul
batik. Sehingga pada suatu titik, informasi tentang batik menjadi semakin kabur
antara yang benar dan yang salah. Padahal, kita bangsa Indonesia telah mengakui
bahwa Batik adalah warisan budaya adiluhung dari nenek moyang kita. Hal ini
pernah diulas dalam buku karya Adi Kusrianto yang berjudul, Memberantas Buta Batik di Negeri Batik.
MENELUSURI ARTI KATA BATIK DARI BEBERAPA SUDUT PANDANG
a.
Berdasarkan Keroto Boso
Pada umumnya, yang banyak digunakan dalam menjelaskan
arti kata “Batik” adalah berdasarkan Keroto Boso, yakni ilmu yang mengutak
atik dua kata atau lebih berdasarkan bunyi.
Diambil dari kata “amba” maksudnya ombo (lebar) dan “tik” yang artinya bila digabung akan
mempunyai makna titik yang ombo (lebar). Padahal, batik kan aslinya berupa
goresan yang memanjang, garis atau lengkungan membentuk sebuah motif yang
akhirnya disebut dengan batik tulis.
Adanya istilah Nitik di
dalam Batik, muncul sekitar abad 18 (tahun 1700) yang merupakan tiruan terhadap
motif, motif dari Tenun Patola dari India. Di Pekalongan dinamakan Jlamprang.
Nitik di Yogya.
b.
Etimologi
Etimologi adalah cabang ilmu linguistic yang mempelajari
asal usul suatu kata. Sedang ditilik dari sudut Etimologi, Batik berasal dari
Bahasa Jawa yang memiliki arti beragam.
Menurut Musman dan Arini(2011), ‘batik’ terdiri dari kata “mbat” dan “tik”. Mbat dari
kata ngembat yang berarti
memukul atau melempar berkali-kali. Sedang tik berasal
dari kata nitik yang berarti titik.
Jadi pengertiannya adalah, batik berarti melempar titik-titik berulang kali
pada selembar kain hingga membentuk suatu corak tertentu. Analisa ini jelas2
keliru, karena yang menganalisa justru orang yang tidak memahami bahasa Jawa.
c.
Kosa
Kata
G.P. Rouffaer dan Dr. HH.Juynboll mencoba melakukan studi
untuk mencari kata batik pada suku-suku di sekitar pulau Jawa, hingga suku
Dayak, Toraja hingga ke Filipina, Pulau Fiji dan Malaya. Kesimpulannya, kosa
kata Batik dan Ambatik adalah berasal dari bahasa Jawa Ngoko, dimana batik sebagai kata benda dan ambatik sebagai kata kerja.
Sedang dalam bahasa Jawa Kromo, batik disebut serat dan ambatik nyerat. Serat
artinya tulisan sedangkan nyerat artinya menulis. Dengan demikian batik (serat
atau seratan) maksudnya adalah sebuah pola diatas kain yang cara membuatnya
dengan dituliskan (nyerat). Jadi tidak perlu dibuat Keroto Boso maupun arti
secara Etimologi jika tidak terlebih dulu kaidah yang ada pada bahasa Jawa.
Kata ‘batik’ dan ‘ambatik’ ini diperoleh dari dua orang
penulis diatas, dari Babat Sangkala yang diambil dari lembaran Codex 665 dari
Legaat-Van der Tuuk di Perpustakaan Universitas Leiden, Legatum Warnerianum,
hal 16. (Kronologis Jawa dari Paruh ke-2 abad ke-18, (1673-1748). Demikian
disimpulkan pada laporan paling awal.
d.
Babat Sangkala
Dalam penulisan pada akasara latin, kata ambatik kadang
di tulis hambatik. Itu karena dalam huruf Jawa tidak ada huruf ‘a’. Tetapi
adanya huruf ‘ha’. Sehingga, nama ‘Adi’ kalau ditulis dengan huruf Jawa akan
menjadi ‘Hadi’. Oleh sebab itu, secara transliterasi bisa saja terjadi
kerancuan antara ‘Ambatik’ menjadi ‘Hambatik’.(Adi Kusrianto).
Sudah bukan menjadi rahasia bahwa banyak arsip,
penguasaan tentang budaya Indonesia justru ada di negeri lain. Para ahli yang
ilmunya paling valid justru dari bangsa lain.
Beberapa referensi tulisan batik kuno yang sering
dijadikan sumber kutipan diantaranya sebagai berikut: De Batik Kuns karya GP Rouffaer, History of Java karya Raffles,
Batikrapport tulisan P de Kat Angelino, De Inlandsche Kunst Nijverheid In Ned.
Indie’s’ Graven Hage jilid 3 ttg batik tulisan Jasper & Mas Pirngadi.
“Pada pencarian jejak asal batik inipun saya melibatkan
beberapa sumber tertulis (literasi) karya nenek moyang kita sendiri” kata Adi
Kusrianto.
Beberapa dokumen itu diambil dari Babat Sangkala, Panji
Jaya Lengkara, Cerita Panji Kuda Narawangsa, Panji Anggraeni, Kidung Malat,
Kidung Harsawijaya, Pararaton, Nagarakertagama.
e.
Pandangan dari Negeri Batik
Pengertian batik adalah salah satu seni seni menghias
kain dengan teknik perintang warna, atau resist dyeing. Namun bukan berarti
semua teknik resist dyeing itu adalah batik.
Selain mengulas tetang pengertian batik, buku ini juga
mengulas tentang “Apakah Batik Indonesia selamanya akan diakui Unesco?
Rafflespun ikut meyakinkan Unesco, bahwa Batik itu awalnya adalah milik
masyarakat suku Jawa dll. Perdagangan yang menyebabkan beredarnya batik ke
daerah lain (juga ke negeri lain) sehingga dikenal dan di tirukan teknik
pembuatannya di tempat lain.
Pengertian Batik sesuai munculnya seni batik klasik,
dimana dimaknai batik adalah warisan yang bernilai adi luhung.
f.
Berdasarkan
SNI
Pengertian dan istilah Batik berdasarkan SNI 0239:2014, Batik adalah kerajinan tangan sebagai hasil pewarnaan secara perintangan menggunakan malam (lilin batik) panas sebagai perintang warna dengan alat utama pelekat lilin batik berupa canting tulis dan atau canting cap untuk membentuk motif tertentu.
Sumber: buletintkstil.com
Definisi tersebut dibuat secara bijak
oleh Pemerintah, karena sejak diakuinya oleh PBB Batik adalah merupakan aset
Nasional bangsa Indonesia, dan memiliki potensi ekonomis dalam Ekonomi Kreatif.
Pembahasan tentang penelusuran asal batik ini akan kami lanjutkan pada Bagian Dua pada penerbitan Buletin Tekstil edisi berikutnya.
Sumber Berita: buletintekstil.com