Pengelolaan limbah bukan setelah
limbah terbentuk. Tetapi harus diupayakan sedemikian rupa sejak penanganan awal
bahan baku sampai pemakaian produk. Sehingga jumlah limbah bisa ditekan semaksimal
mungkin.
Disatu sisi, kegiatan industri menjadi
unsur penting dalam menunjang pembangunan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
negara. Namun disisi lain, industri juga menyumbangkan berbagai dampak negatif dalam
beragam lini.
Positifnya adalah peningkatan lapangan kerja, ketersediaan produk dan jasa serta menaikkan kualitas hidup. Sementara efek negatifnya berupa limbah yang menyebabkan pencemaran lingkungan serta menimbulkan kerusakan sumber daya alam dan penurunan kualitas hidup.
Limbah industri akan memberikan
dampak buruk jika jumlah atau konsentrasinya melebihi baku mutu lingkungan.
Baku mutu merupakan batas maksimum suatu zat atau komponen yang boleh berada di
alam agar tidak menimbulkan pengaruh negatif.
Hingga saat ini, buangan industri
masih jadi perkara serius karena beberapa alasan berikut:
·
Minimnya pengetahuan pelaku usaha, khususnya
kelompok industri kecil.
·
Kurangnya kesadaran terhadap manajemen pengelolaan
limbah.
·
Tidak ada titik temu antara pihak yang memanfaatkan
limbah dengan penghasil limbah.
Sehingga edukasi manajemen
pengelolaan limbah hasil usaha sangat penting dilakukan. Pengendalian dilakukan
dari hulu ke hilir karena ancaman pencemaran yang bisa berakibat fatal.
Jika tidak dikelola dengan baik limbah
bisa menjadi sumber penyakit, pencemaran lingkungan, hingga kematian.
Buangan dari proses industri
lebih berbahaya dibanding limbah domestik atau rumah tangga. Karena kuantitasnya
memang besar dan terus-menerus dihasilkan. Jika tidak dikelola dengan baik,
maka berbagai dampak pun akan mengancam.
1.
Dampak limbah gas, debu dan partikel
kecil
2.
Dampak limbah cair
Limbah cair yang mencemari sungai dapat mengundang beragam
permasalahan kesehatan seperti anemia, gangguan sistem syaraf pusat, gangguan
psikologis serta gangguan pencernaan berupa konstipasi, diare, mual, kehilangan
nafsu makan, dan kolik serta iritasi kulit.
3.
Dampak limbah padat
Setiap pelaku usaha harus memperhitungkan dan meminimaliair dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari proses produksi. Hendaknya mereka juga mengevaluasi dampak buruk sekaligus menentukan cara terbaik untuk mengelola limbah sesuai peraturan pemerintah.
Berikut langkah-langkah membuat
rencana pengelolaan limbah berdasarkan U.S Environmental Protection Agency
(EPA) atau Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat:
1.
Membentuk tim pengelola limbah
Buatlah tim
pengelola limbah yang bertanggung jawab menangani dan mengelola limbah di
setiap area produksi dan keseluruhan industri. Tim ini harus mencakup beberapa
pekerja yang kompeten, seperti operator pabrik, insinyur, ahli kimia/kimiawan,
atau manajer produksi.
Koordinator
tim bertugas mengirim laporan secara berkala pada pimpinan perusahaan terkait pengendalian
limbah. Jumlah anggota harus disesuaikan dengan ukuran perusahaan.
2.
Menentukan ruang lingkup penanganan
Koordinator
tim harus menetapkan tujuan dan sasaran pengelolaan limbah. Tergantung pada jenis
limbah, kegiatan produksi, dan teknologi pengelolaan limbah yang tersedia.
Mereka wajib
mengetahui alasan dan tujuan program penilaian limbah, kebijakan perlindungan
lingkungan, seperti program minimisasi limbah. Harus ada penanggung jawab atas
implementasi program penilaian secara keseluruhan.
Jika ada empat
area produksi dan output limbah yang berbeda, maka penilaian juga dilakukan
oleh empat tim. Masing-masing tim memiliki fokus berbeda namun tetap berkoordinasi
selama proses penilaian.
3.
Membuat perencanaan sebelum melakukan
survei/penilaian
Pada tahap
pra-penilaian pada operasi pabrik dan
prosesnya, gambaran umum mengenai bahan baku produksi, serta metode pengolahan
dan pembuangan limbah.
Tim pengelola
limbah harus:
·
Membuat daftar kegiatan produksi pabrik
·
Mengumpulkan informasi tiap proses produksi
·
Memberikan gambaran umum tentang bahan baku
produksi, limbah dan emisi yang dihasilkan di masing-masing area.
·
Mencatat langkah perlindungan lingkungan. Hal
ini mengacu pada UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
·
Mengidentifikasi semua persyaratan peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan limbah tiap kegiatan produksi
·
Membuat daftar permasalahan terkait limbah atau
pencemaran limbah yang diketahui
·
Menetapkan prioritas kegiatan produksi yang akan
dinilai
·
Menjalankan ruang lingkup pengelolaan limbah.
Selanjutnya,
tim pengelola dan penilaian limbah harus menentukan bagaimana penilaian limbah
dilakukan dan waktu pelaksanaannya.
4.
Melakukan survei/penilaian limbah (waste
assessment)
Proses
penilaian limbah di masing-masing area produksi mencakup jenis limbah yang
dihasilkan, melakukan sampling, analisis, dan pengukuran limbah, investigasi
pemanfaatan limbah, dan dampak yang ditimbulkan limbah terhadap lingkungan.
Penilaian limbah harus dilaksanakan secara metodis dan sistematis. Perhatikan
hal apa saja yang harus ditindaklanjuti selama penilaian limbah.
5.
Lakukan evaluasi dan analisis kelayakan
Pada tahap ini, tim pengelola dan penilai mengevaluasi hasil penilaian, mengidentifikasi peluang ekonomi dan lingkungan, dan mengembangkan opsi program minimisasi limbah. Analisis kelayakan secara teknis dan ekonomi pada masing-masing opsi untuk menentukan peluang minimisasi limbah mana yang dipilih atau diadopsi.
Minimisasi
limbah merupakan langkah mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan
tingkat bahaya limbah. Bisa melalui pengurangan penggunaan sumber daya dan
energi dan/atau pemanfaatan limbah berupa penggunaan kembali (reuse), daur
ulang (recycle), dan perolehan kembali (recovery). Setelah upaya tersebut
limbah diolah dengan memperhatikan baku mutu lingkungan.
6.
Membuat laporan hasil penilaian limbah
Laporan
penilaian limbah harus didokumentasikan dengan baik disertai informasi yang
sudah dikumpulkan. Laporan tersebut meliputi jenis-jenis limbah yang
dihasilkan, bahaya atau dampaknya, dan prosedur yang akan dilakukan.
7.
Membuat rencana pengelolaan limbah
Laporan
penilaian dan analisis kelayakan strategi pengurangan limbah harus ditinjau
oleh tim pengelola. Disinilah, rencana pengelolaan limbah dibuat dan
diimplementasikan. Biaya operasional dalam upaya minimisasi limbah yang dipilih
harus diidentifikasi tolok ukur kemajuan dan penghematan.
Rencana
pengelolaan limbah harus ditentukan secara jelas, tindakan apa yang hendak
dilakukan, kapan melakukannya, dan apa tujuan yang akan dicapai atau
diharapkan. Dokumen perencanaan
hendaknya mudah dibaca dan dipahami pekerja serta pihak terkait. Mengingat fungsinya
sebagai titik sekaligus panduan awal menekan produksi limbah.
8.
Menerapkan rencana pengelolaan limbah
Setelah
rencana pengelolaan limbah mendapat persetujuan dari pimpinan perusahaan, strategi
bisa disosialisasikan pada pekerja kemudian barulah mulai diterapkan. Dalam
beberapa kasus, dokumen perencanaan juga harus disetujui pemerintah daerah.
9.
Memantau dan meninjau ulang rencana
pengelolaan limbah
Minimisasi
limbah adalah proses, bukan tujuan. Tim pengelola limbah harus memantau
pelaksanaan rencana, performa perbaikannya, dan meninjau ulang rencana secara
berkala. Tujuannya untuk memastikan pengelolaan limbah yang kurang efektif
tidak terulang kembali dan mengidentifikasi peluang baru.