Pewarna tekstil yang
berkelanjutan merupakan istilah lain penggunaan zat warna alam sebagai bahan pewarnaan
kain. Kali ini kita akan membahas tentang cara memperoleh, kandungan senyawa serta
aplikasi zat warna di bidang industri.
Pewarna alam dapat diperoleh
dengan cara ekstraksi bagian tanaman menggunakan pelarut air pada suhu tinggi atau
rendah. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan pelarut
yang sesuai. Mekanisme dihentikan saat konsentrasi senyawa dalam pelarut dan sel
tanaman mencapai titik kesetimbangan. Setelah itu, pelarut dipisahkan dari
sampel melalui penyaringan.
Air yang digunakan sebaiknya
adalah air sulingan atau air deionisasi. Jika air terkontaminasi mineral
seperti zat besi, maka akan terjadi pergeseran warna. Air tersebut dipanaskan sampai mendidih
(98-100° C), sedangkan untuk zat warna yang sensitif panas (biasanya dari bunga)
cukup dipanaskan sampai suhu 70 -80° C dan dipertahankan selama 1-2 jam.
Berikut ini berbagai Teknik
ekstrasi untuk memperoleh zat warna alam, diantaranya ialah:
1.
Asam
Ekstraksi senyawa golongan flavonoid dianjurkan pada
kondisi asam karena zat asam dapat mendenaturasi membran sel tanaman. Pigmen
antosianin pun akan terlarut dan keluar dari sel sehingga flavonoid tidak
teroksidari. Antosianin dapat terekstrak dengan baik dalam pelarut asam tartrat.
2.
Hidrolisis
Ekstraksi zat warna indigo dari daun tanaman nila dilakukan
dengan cara hidrolisis selama 24 jam menggunakan katalis asam. Hasil hidrolisis
dipisahkan antara filtrat dan rafinat. Kemudian filtrat dioksidasi dengan aerator
selama 12 jam. Penggunaan katalis asam sulfat 0,01 M pada metode ini akan menghasilkan
warna indigo berkonsentrasi tinggi.
Molekul zat warna alami merupakan gabungan zat organik yang tidak jenuh. Khromofor sebagai pembawa warna seperti gugus azo, nitroso, nitro dan gugus karbonil. Sementara auksokrom berperan sebagai pengikat warna dengan serat seperti golongan kation dan anion.
Sekitar 2000 pigmen warna diperoleh
dari tanaman, tergantung jenis dan bagian tanaman serta cara memperolehnya. Beberapa
hasil ekstraksi tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai obat dan beberapa diantaranya
menunjukkan aktivitas anti mikroba.
Senyawa kimia alami dengan pigmen
berwana kuning-oranye-merah merupakan karotenoid. Golongan karotenoid yang
penting diantaranya yaitu:
·
Karotene (ß-karoten (C40H56)
·
Lycopene (C40H56))
·
Xanthophyl (canthaxanthin (C40H52O2)
·
Zeaxanthin(C40H56O2)
·
Lutein (C40H56O2))
·
Capsanthin (C40H56O3)
ß-karoten merupakan pigmen
berwarna oranye-kuning, lycopene memberikan warna merah. Xanthophyl adalah
karoten oksigen yang dapat memberi warna oranye-kuning. Lutein juga karotenoid berwarna
hijau-kekuningan yang sangat umum. Warna kuning-oranye pada annatto berasal
dari lapisan kulit luar biji Bixa Orellana. Pigmen tersebut merupakan gabungan karatenoid,
bixin dan nor-bixin.
Flavonoid termasuk kelompok
senyawa polifenol yang berkontribusi pada warna kuning produk hortikultura. Kurang
lebih 4000 struktur flavonoid unik telah diidentifikasi dari 53 sumber tanaman.
Berdasarkan perbedaan struktur molekul, flavonoid dikelompokan menjadi enam
kelas utama yaitu flavonol, flavanon, flavon, isoflavon, flavonol, dan
antosianidin.
Pigmen penting flavon berupa
apigenin, kaempferol, quercetin, myricetin, luteolin, tricin, izoramnetin.
Quercetin adalah salah satu flavonoid paling penting yang memiliki rumus
molekul C15H10O7. Luteolin merupakan senyawa flavonoid berwarna kuning dengan
rumus C15H10O6.
Anthocyanidins adalah
jenis flavonoids yang sangat berwarna. Salah satu jenis antosianidin kelas
fenolik ialah anthocyanin jenis glikosida berwarna biru-merah-oranye-ungu.
Tanin termasuk hydrolyzable tannin (pyrogallol tannin) dan condensed tannins
(cathecol).
Condensed tannin atau
proanthocyanidins merupakan polimer yang terdiri dari 2 sampai 50 atau
lebih unit flavonoid dalam ikatan karbon-karbon yang tidak rentan terhadap
hidrolisis. Hydrolyzable tannins (pyrogallol) dan condensed tannins (cathecol)
atau flavonoid tannin adalah kelompok flavonol yang kerap digunakan sebagai
bahan penyamak kulit. Masing-masing memberikan warna kuning kecoklatan dan
coklat kemerahan.
Tetrapyrolle merupakan
jenis klorofil pigmen hijau dimanfaatkan oleh semua tanaman untuk fotosintesis.
Zat ini jarang dimanfaatkan sebagai pewarna karena labilnya magnesium dan perubahan
warna. Anthracenes mengandung anthraquinones (kuinon) yang memberi warna tajam.
Pewarna antrakuinon membutuhkan mordant (ion logam kompleks) pada proses
pewarnaan kain.
Betacyanin (betalains)
merupakan pigmen berwarna merah dari ekstrak bit merah (Beta vulgaris). Akar pohon
bit mengandung pigmen merah, kuning dan merah kebiruan tergantung kandungan
betanin yang stabil pada pH tinggi. Digunakan untuk pewarna minuman, kembang
gula dan produk susu.
Ekstrak daun kering Indigofera
spp menghawilkan warna biru indigo yang berisi glukosida indican, isatan B atau
Indigotin. Pemanasan daun teh dalam lingkungan basah dan suasana asam bisa menyebabkan
perubahan senyawa klorofil menjadi feofitin sehingga warnanya berubah jadi
hijau kecoklatan.
Industri Tekstil
Para pengrajin batik dan tenun
tradisional sudah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat digunakan untuk
mewarnai bahan tekstil. Beberapa diantaranya yaitu:
·
Daun nila (Indigofera sp.)
·
Kulit kayu soga tingi (Ceriops candolleana arn)
·
Kayu tegeran (Cudraina javanensis)
·
Kunyit (Curcuma sp.)
·
Teh (Camelia sp.)
·
Akar mengkudu (Morinda citrifolia)
·
Kulit kayu soga jambal (Pelthophorum ferruginum)
·
Kesumba (Bixa orellana)
·
Daun jambu biji (Psidiumguajava)
Agar warnanya cemerlang dan tidak
mudah luntur, maka perlu ditambahakan bahan pengikat zat warna atau fiksator saat
proses pencelupan/pewarnaan. Fiksator harus bersifat ramah lingkungan dan non-toksik
supaya tidak mengancam kelestarian lingkungan. Bahan pengikat yang kerap
digunakan dalam industri batik diantaranya yaitu jeruk sitrun, jeruk nipis,
cuka, sendawa, boraks, tawas, gula batu, gula jawa, gula aren, tunjung, prusi,
tetes, air kapur, tape, pisang klutuk, dan daun jambu klutuk.
Pembatikan kain katun menggunakan
pewarna ekstrak kulit buah manggis tanpa atau dengan fiksasi kapur, tawas, atau
tunjung. Ektrak kulit kayu nangka dengan tunjung ekstrak biji kesumba menggunakan
tunjung atau tawas dan ektrak daun mangga (fiksasi tawas), dapat memberikan
ketahanan luntur yang baik pada kain yang dibatik.
Industri Makanan
Zat pewarna alam yang kerap
digunakan sebagai bahan tambahan makanan antara lain:
·
Ekstrak annatto
·
Bit merah
·
Canthaxanthin
·
Karoten
·
Ekstrak Dactylopuis coccus
·
Biji kapas
·
Ekstrak kulit anggur
·
Ekstrak Tagetes
·
Minyak wortel
·
Minyak endosperm jagung
·
Paprika dan paprika oleoresin
·
Riboflavin
·
Kunyit
·
Oleoresin kunyit
·
Xanthophylls (flavoxanthins, rubiaxanthins,
zeaxanthin), dan
·
Klorofil
Annato telah digunakan sebagai
pewarna makanan dan produk susu khususnya keju lebih dari 200 tahun silam.
Warna kuning-oranye pada Annatto berasal dari lapisan luar biji tropis pohon
Bixaorellana yang mengandung karotenoid, bixin, dan norbixin.
Pigmen yang paling umum dipakai dalam
industri makanan adalah beta karoten dari mikroalga dan cyanobacteria.
Canthaxanthin merupakan pigmen berwarna oranye-pink sampai merah gelap golongan
karotenoid untuk mewarnai keju (produk dairy), kembang gula/permen, ikan serta
olahan daging, buah-buahan, minuman, makanan ringan, bir dan anggur.
Sayangnya, peraturan Uni Eropa tidak memasukkan canthaxanthin sebagai pewarna makanan aditif. Lutein tidak diperbolehkan untuk mewarnai makanan di Amerika Serikat kecuali bahan makanan unggas/ayam.
Industri Farmasi
Pewarna alam juga memegang
peranan penting dalam kesehatan manusia karena mengandung senyawa biologis
aktif yang bersifat farmakologi. Contohnya yaitu antioksidan, antimutagenik,
anti-inflamasi dan efek antiarthritic.
Karotenoid sebagai antioksidan
biologis yang melindungi sel dan jaringan dari kerusakan akibat radikal bebas,
oksigen bebas dan sumber antitumor. Ekstrak biji anggur menjadi sumber utama
kelompok antioksidan kuat serta pewarna bio untuk tablet/pil dan tonik.
Industri Kosmetik
Zat warna dari Bixa orellana dan
Lithospermum erythrorhizon menjadi sumber pewarna alami untuk produk lipstik
dan eye shadow liners. Bubuk pigmen antosianin pada mahkota bunga mawar 4 hari
pasca potong, memiliki kualitas pigmen terbaik. Pigmen antosianin bunga mawar
2-4% menyumbangkan warna kemerahan dan kekuningan (yellowness) pada body
lotion. Pigmen polifenol pada biji pinang (Areca catechu L.) mengandung
katekin, epikatekin, leukosianidin dan flavonoid kompleks yang memberikan warna
merah kuning pada sabun trasparan.
Industri Kerajinan
Barang barang kerajinan yang
menggunakan bahan berselulosa atau serat alam dapat diwarnai dengan bahan
pewarna alam yang dapat digunakan untuk pewarna kain yang terbuat dari serat
alam. Luteolin merupakan salah satu senyawa pewarna kuning, yang menghasilkan
gemerlap (vibrant) dan tahan luntur cahaya, digunakan dalam proses pencelupan
emas.
Pewarnaan serat alam non tekstil
seperti; agel, serat nanas, rotan hati dan iratan bambu menggunakan gambir
untuk menghasilkan warna coklat kemerahan. Kulit buah kakao memberi warna
coklat, sedangkan cangkang sawit dan rumput laut memberi warna coklat abu-abu.
Industri Penyamakan Kulit
Tanin yang diekstrak dari kulit
walnut, kulit kayu putih, rimpang kunyit dan daun teh sudah kerap diaplikasikan
pada penyamakan kulit berskala kecil. Sedangkan pada industri besar menggunakan
bahan penyamak krom. Tanin pada daun gambir sebagian besar terdiri dari monomer
flavonol seperti catechin, epicatechin dan alkaloid.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa pewarnaan kulit dengan zat warna alam jenis carminic acid dan laccaic acid konsentrasi 5%, waktu pencelupan 100 menit menghasilkan kulit berwarna merah yang stabil. Sedangkan pewarna monascorubrin dan betanine menciptakan ketahan luntur cahaya yang jelek, sehingga tidak cocok untuk mewarnai kulit.