Sebagai satu-satunya provinsi
yang menyandang status sebagai ‘Daerah Istimewa’, Yogyakarta kian membulatkan
tekad untuk menjadi pusat fashion dunia (world
capital of fashion) pada tahun 2028. Jika impian besar itu terwujud, Kota Jogja
akan setara dengan New York, London, Paris, Milan, dan Tokyo yang kini
berstatus sebagai kiblat industri mode.
Gelaran Jogja Fashion Week yang
dilangsungkan pada 09-12 November lalu merupakan sebuah langkah awal dari
tujuan tersebut. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, acara fashion show tertua
di Indonesia kali ini jauh lebih meriah dengan menampilkan ratusan rancangan berkelas
dunia karya desainer dari seluruh pelosok negeri.
Tema besar ”Becoming World
Fashion Capital” pada Jogja Fashion Week 2023 bersumber dari gagasan ngarso
dalem, Sri Sultan HB X untuk menjadikan Jogja sebagai pusat fashion dunia. Status
Jogja Kota Batik menjadi daya dukung terwujudnya cita-cita pusat fesyen dunia.
Oleh karenanya, batik harus menjadi menu utama dalam pengembangan fashion di
Yogyakarta.
“Fashion bisa jadi kekuatan baru
dalam pertumbuhan ekonomi DIY. Bagaimana batik itu menjadi potensi utama agar
pembatik bisa mendapat penghasilan yang layak” ucap Sultan pada pembukaan JFW
2023 (Kamis, 09/11/2023)
Anggota Dewan Pembina Yayasan
Batik Indonesia (YBI), Rahardi Ramelan, juga mengatakan batik sebagai modal
kuat Yogya untuk bisa bersaing sebagai pusat fesyen dunia. Tapi itu saja tak
cukup, tahun depan gelaran JFW 2024 menurutnya juga harus dikolaborasikan
dengan Biennale Jogja Kota Batik Dunia.
Sejarah juga membuktikan bahwa
Jogja memiliki akar budaya yang sangat kental dan pengrajin item fashion lain
seperti jewelry, tas, sepatu serta
beragam aksesoris unik.
Meski bukan perkara mudah, tapi
Kepala Dinas Perindustrian dan perdagangan DIY, Syam Arjayanti tetap optimis.
Pihaknya pun mulai memperkuat support
system lewat jalinan kerjasama dengan pengamat fashion, dinas pariwisata,
akademisi hingga media pemasaran.
“Kami sudah menggandeng pihak-pihak
terkait dan beberapa universitas guna mendukung mimpi besar ini. Bahkan
beberapa justru mengajukan diri untuk turut berpartisipasi dalam upaya
mewujudkan Jogja sebagai pusat fashion dunia” ungkap Syam Arjayanti pada
Seminar Penguatan Daya Dukung Menuju Jogja Fashion Dunia (Jum’at, 10/11/2023).
Menjelang gelaran JFW Disperindag
DIY juga memberikan pendampingan melalui sistem inkubasi pada 25 fashion
desainer potensial yang memenuhi standar. Inkubasi dilakukan selama 3 bulan
tanpa transportasi maupun reward guna memunculkan kesungguhan semangat berkarya
mereka. Untuk bisa mengikuti program ini, perancang busana harus memenuhi
standar inkubasi yaitu sudah memiliki usaha dan terbiasa dengan pemasaran.
Para desainer mendapatkan beberapa
fasilitas, antara lain:
1.
Bimbingan dari desainer professional
2.
Diikutkan Jakarta Fashion Week
3.
Perluasan pasar lewat jalinan kerjasama dengan
negara lain
Rencananya, program inkubasi akan
dilakukan secara berkelanjutan setiap tahun dan tidak bergenti di event Jogja Fashion Week saja.