Akhir bulan Februari mendatang
pameran kerajinan tangan terbesar di Asia Tenggara, INACRAFT akan kembali
diselenggarakan. Acara yang pertama kali dihelat pada April 1999 silam ini
menjadi ajang yang paling ditunggu-tunggu oleh para pengrajin dan pecinta
produk buatan tangan. Venue inacraft pun tak pernah sepi pengunjung.
Kesuksesan brand pameran tersebut
tak lepas dari kerja keras ASEPHI (Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft
Indonesia) yang tak lain adalah penggagas Inacraft. Inacraft telah melewati
sejarah panjang dan menjelma jadi salah satu acara seni dan kerajinan terbesar
di Indonesia
Lantas, apa latar belakang penyelenggaraan
Inacraft? Dan bagaimana perkembangannya? Simak ulasan berikut ini ya!
International Handicraft Trade
Fair atau INACRAFT adalah sebuah penyelenggaraan pameran seni dan kerajinan tangan
di Indonesia. Inacraft menyediakan platform bagi para pengrajin, seniman, dan
pelaku industri kreatif untuk memamerkan dan memasarkan karya-karya mereka. Tujuan
utamanya yakni untuk mempromosikan kekayaan seni dan kerajinan tradisional Indonesia
serta mendukung pengembangan industri kreatif nusantara.
Selain itu, berikut beberapa poin
penting terkait penyelenggaraan Inacraft:
1.
Pameran Seni dan Kerajinan
Inacraft menyajikan beragam jenis produk seni,
kerajinan tangan, tekstil, perhiasan, dan karya seni lain. Pameran ini mencakup
berbagai tradisi seni hasta karya dari seluruh nusantara.
2.
Berkumpulnya Pelaku Industri Kreatif
Inacraft menjadi momen berkumpulnya para krafter,
termasuk pengusaha, desainer, produsen, serta distributor produk kerajinan.
Dari situlah mereka bisa menjalin kemitraan bisnis, saling berbagi ide, dan
meningkatkan jaringan profesional.
3.
Promosi dan Pendidikan
Inacraft jadi platform untuk mempromosikan seni dan
kerajinan Indonesia secara lebih luas. Baik di tingkat nasional maupun
internasional. Selain pameran, Inacraft seringkali diisi dengan rangkaian seminar, lokakarya, serta diskusi guna meningkatkan
pemahaman tentang kerajinan dan seni.
4.
Dukungan terhadap Ekonomi Kreatif
Penyelenggaraan International
Handicraft Trade Fair mendukung pengembangan ekonomi kreatif dengan memberi
kesempatan bagi para pengrajin dan seniman untuk memasarkan produk mereka
secara langsung kepada konsumen. Pada akhirnya, hal tersebut mampu meningkatkan
pendapatan dan keberlanjutan industri kreatif.
Asosiasi Eksportir dan Produsen
Handicraft Indonesia (Asephi) merupakan wadah bagi produsen dan eksportir
handicraft Indonesia yang sudah berdiri sejak 5 April 1975. Organisasi tersebut
tumbuh serta berkembang dengan baik berkat event
tahunan pameran Inacraft (The Jakarta International Handicraft Trade Fair) di kalangan
perajin handicraft dan pemerhati
bidang kerajinan.
Jika ditelisik jauh ke belakang,
Asephi didirikan dengan tujuan mengakomodir harapan dan aspirasi perajin,
pengusaha handicraft dan mendorong jiwa kemandirian hingga menjadi pengusaha
profesional yang tangguh sekaligus mendukung sukses program pembangunan ekonomi
nasional.
Asephi lahir dari pemikiran sederhana
untuk memperbaiki kesejahteraan hidup perajin dan pengusaha di bidang kerajinan
di Indonesia. Berikut deretan nama penting yang menggagas lahirnya Asephi,
antara lain yaitu Rudy Lengkong, H. Sjahroel Sjamsoedin, Sukartono, Thamrin
Bustami, Bramantyo W. dan Hariman T. Zagloel.
Berawal dari pandangan yang sama,
kekayaan budaya di bidang kerajinan yang berpotensi besar, namun baru seujung
kuku yang bisa dioptimalkan.Tingkat kesejahteraan di sektor ini juga masih
sangat memprihatinkan.
Kemudian, jajaran pengurus Asephi
membulatkan tekad bahwa Indonesia harus memiliki kegiatan pameran kerajinan
bertaraf international agar kesejahteraan pelaku di sektor kerajinan ini
meningkat.
Memulai sesuatu terkadang tak
semulus seperti yang diharapkan. Bahkan tak jarang bila harus di barengi aksi
‘berdarah-darah’ penuh pengorbanan. Begitu pula yang dirasakan Asephi sebagai
penggagas The Jakarta International Handicraft Trade Fair (Pameran Inacraft)
ketika pertama kali diselenggarakan pada April 1999.
Komisaris Utama Meditama, Bramantyo
W, mengisahkan, saat Inacraft pertama (1999)
diselenggarakan Asephi pesertanya hanya 102 UKM dan bertempat di Bidakara. Sebagai
perusahaan milik Hariman, pengusaha kontraktor stand pameran.
Menurutnya, sebuah pameran bisa
dikatakan berhasil jika dikelola dengan baik, pesertanya bagus dan
pengunjungnya membludak. Alasan itulah yang mendasari keputusan untuk
memindahkan lokasi pameran Inacraft kedua ke JCC dengan menyewa separuh JCC
atau 10 ribu m2.
Satu per satu peserta yang
merupakan anggota ASEPHI pun mulai di jajaki. Demi merangkul lebih banyak
peserta, Ketua Asephi bersama Rudy Lengkong melakukan canvasing sekaligus membentuk Badan Perwakilan Daerah (BPD) Asephi
di tiap daerah. Upaya tersebut berhasil sehingga di pameran kedua, jumlah
peserta meningkat menjadi 307 UKM.
Tahun berganti tahun, pameran
yang hanya berlangsung selama lima hari itu selalu mendapat sambutan positif
masyarakat. Bahkan, sejak Inacraft pertama, pameran selalu dibuka oleh pejabat
penting negara seperti menteri hingga presiden. Perhatian pemerintah terhadap
industri kerajinan tangan terbukti sukses mendorong perkembangan UKM di tanah
air.
Dibawah Asephi, kini Inacraft
telah bertransformasi menjadi sebuah pameran yang tidak saja bergengsi, tapi secara
tidak langsung juga turut menggerakkan perekonomian Indonesia. Inacraft pun jadi
primadona bagi para perajin atau pengusaha kriya serta peminat handicraft mancanegara. Dampak baiknya
yaitu nilai ekspor kerajinan tangan
Indonesia.