Sahabat bahankain, di dunia fashion, proses produksi itu ibarat tulang punggung. Kalau desain adalah jiwa, maka produksi adalah tubuhnya — harus kuat, presisi, dan terjaga supaya bisa menopang brand dalam jangka panjang.
Di Indonesia, banyak brand fashion
lokal tumbuh besar bukan hanya karena desain yang bagus, tetapi juga karena
pengelolaan produksi yang serius dari awal hingga pengiriman. Proses ini memang
tidak se-glamour tampil di runway atau postingan Instagram, tapi justru di
sinilah kunci keberhasilan itu dibangun.
Supaya lebih rapi dan gampang
dipahami, mari kita lihat bagaimana 12 langkah produksi fashion seharusnya
dijalankan:
1. Menyiapkan Tech Pack
Langkah pertama adalah membuat Tech Pack, yang merupakan detail atau
rincian produk. Langkah awal ini sering disepelekan tapi sangat penting. Karena
bisa dibilang tech pack ini semacam
"resep lengkap" bagi pabrik: berisi gambar teknis, ukuran, jenis
bahan, sampai detail trimming seperti kancing, resleting, atau label.
Di Indonesia sendiri, banyak pabrik
konveksi atau penjahit yang sudah mulai terbiasa menerima Tech Pack, meski di skala UMKM, kadang contoh fisik atau komunikasi
lisan masih dipakai sebagai pelengkap.
Kalau Tech Pack-nya rapi, proses produksi akan jauh lebih lancar dan
minim salah paham.
2. Order Sample Kain dan Aksesori
Setelah itu, saatnya memesan sampel
kain dan aksesori. Di pasar-pasar besar seperti Tanah Abang di Jakarta, Pasar
Baru di Bandung, atau Pasar Klewer di Solo, sahabat bahankain bisa menemukan
banyak pilihan bahan lokal maupun impor.
Namun, sebelum memutuskan bahan final,
ada baiknya minta potongan kecil (swatch)
dulu untuk dibandingkan warnanya, ketebalannya, dan teksturnya. Karena
pengalaman menunjukkan, warna di foto dan warna di tangan itu sering sekali
berbeda.
3. Membuat Pola (Pattern Development)
Pola adalah cetakan dasar pakaian. Pola
memiliki peran krusial atau sangat penting dalam desain karena digunakan
sebagai paduan pemotongan dan penjahitan kain. Kalau polanya sudah melenceng,
hasil akhirnya bisa berantakan. Mau jahitannya sebaik apapun, kalau pola tidak
pas, tetap tidak nyaman dipakai.
Di Indonesia, banyak jasa pattern
maker profesional yang bisa membantu. Kalau mau hemat, beberapa desainer lokal juga
belajar membuat pola sendiri, minimal untuk basic cutting. Ada juga beberapa
sumber di internet yang membagikan pola dasar gratis yang bisa dicontoh.
4. Membuat Prototype
Prototype
merupakan produk awal yang dibuat sebagai contoh atau padanan sebelum hasil
final diproduksi. Biasanya dibuat menggunakan bahan substitusi (mirip bahan
asli tapi lebih murah). Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana bentuk,
siluet, dan proporsi pakaian yang dirancang.
Langkah ini penting supaya kalau ada
kesalahan, kita bisa perbaiki sebelum masuk ke tahap produksi massal. Sekaligus
sebagai acuan bila diperlukan perubahan sebelum desain dibuat secara massal.
5. Membuat Fit
Sample
Setelah prototype beres, lanjutkan dengan membuat fit sample menggunakan bahan asli. Sample ini akan dipakai oleh
model fitting untuk mengecek apakah pakaian sudah nyaman, jatuhnya pas, dan
proporsinya sesuai ekspektasi.
Di banyak brand lokal, biasanya satu
desain bisa diulang sampling sampai 2–3 kali revisi sebelum benar-benar final.
6. Menyaring Koleksi
Pada tahap ini, sahabat bahankain
perlu memilih desain mana yang layak diteruskan — dilihat dari segi biaya
produksi, potensi pasar, dan daya jual. Tidak semua desain yang sudah dibuat
harus diproduksi massal. Pilihkan desain terbaik yang memiliki prospek
penjualan yang tinggi.
Di Indonesia, biasanya desain modest wear, daily wear, dan batik modern punya peluang lebih besar dibandingkan
dengan desain yang terlalu eksperimental. Bila ingin mengikuti trend, pilihlah
yang memiliki desain timeless, untuk menghindari risiko ketinggalan zaman.
7. Mulai Menerima Pesanan dan Persiapkan
Produksi
Begitu desain disaring, mulailah
membuka PO (Purchase Order) ke
reseller, butik, atau buyer. Pastikan semua konfirmasi detail dan spesifikasi
pesanan sudah beres sebelum produksi dimulai, supaya produksi bisa diatur
sesuai kebutuhan riil, bukan sekadar perkiraan.
Hal ini juga penting untuk cashflow — supaya produksi tidak
menguras modal terlalu dalam tanpa kepastian pembelian.
8. Grading Pola
Setelah itu meenyelesaikan PO, lakukan
grading — yaitu proses memperbesar atau memperkecil pola untuk membuat ukuran
S, M, L, XL, dst. Di pasar Indonesia, perlu memperhatikan juga perbedaan ukuran
regional. Misalnya, ukuran M untuk pasar Jakarta kadang lebih slim dibandingkan
M untuk area Jogja atau Medan.
9. Membuat Pre-Production
Sample
Sebelum memulai tahap produksi massal,
ada baiknya untuk membuat satu pre-production
sample yang benar-benar final. Sample ini adalah acuan pabrik untuk
memproduksi semua batch. Kalau sample ini sudah disetujui, perubahan di tengah
jalan harus dihindari, karena bisa mengacaukan semua jalur produksi.
10. Produksi Massal
Nah, di sinilah pabrik mulai bergerak
penuh. Produksi massal dijalankan berdasarkan Tech Pack yang sudah disiapkan di tahap pertama, sample yang sudah
disetujui, dan purchase order. Di
Indonesia, biasanya produksi massal dilakukan dalam beberapa batch, terutama jika melibatkan produksi
kecil-menengah di konveksi.
11. Quality Control
Jangan pernah anggap remeh Quality Control (QC). Hal ini penting
karena produk perlu dipilah dan dipastikan tidak memiliki kecacatan maupun
kesalahan produksi sebelum dijual ke konsumen. Dan tak hanya pada akhir saja, QC
harus dilakukan secara berlapis: dari pengecekan bahan, proses potong, jahit,
sampai pengepakan akhir. Kalian bias melihat contohnya pada banyak brand lokal
yang kualitasnya terus membaik karena QC ketat, bukan karena pabriknya mewah.
12. Packing dan Pengiriman
Terakhir, setelah semua produk lolos
QC, kemudian masuk ke tahap packing. Untuk pengemasan itu sendiri opsional dan
bis amenyesuaikan tergantung target konsumen, dan produk yang kalian jual. Di
Indonesia, standar packing sering kali disesuaikan dengan jenis buyer: ada yang
cukup pakai plastik biasa, ada juga yang harus menggunakan polybag khusus, label barcode, bahkan box karton bertuliskan fragile. Setelah rapi, tinggal dikirim
ke reseller, butik, atau langsung ke konsumen.
Sahabat bahankain, menjalankan proses
produksi itu butuh kesabaran dan ketelitian. Tapi saat dijalankan dengan
konsisten, hasilnya bukan hanya koleksi yang rapi dan berkualitas — tapi juga
brand yang semakin terpercaya di mata pelanggan. Ingat, brand besar dibangun
dari ratusan produksi kecil yang dijalankan dengan sepenuh hati.
Yuk, jalani setiap langkahnya dengan
penuh kesadaran dan semangat!