Warna merupakan salah satu aspek penting
dalam industri tekstil dan fashion. Selain menarik perhatian, warna seringkali
menjadi parameter untuk menilai kualitas kain, kapasitas retensi, transferensi,
ketahanan, serta faktor lain. Tekstur benang dan kain menentukan tampilan, sedangkan kondisi pencahayaan di sekitarnya dapat menciptakan perbedaan warna.
Industri tekstil menggunakan ribuan ton zat warna maupun pigmen untuk memberikan warna pada benang, kain dan produk tekstil lain. Bahan pewarna tersebut diaplikasikan lewat teknik pewarnaan (dyeing) atau pencetakan (printing) dengan menambahkan beberapa agen eksternal dalam berbagai kondisi. Ketahanan warna tekstil terhadap agen selama pembuatan dan penggunaan dikenal dengan istilah colourfastness.
Colorfastness adalah kemampuan suatu bahan, khususnya tekstil, untuk mempertahankan warnanya tanpa mengalami perubahan atau luntur, baik akibat pencucian, paparan sinar matahari, keringat, gesekan, atau faktor lainnya. Dengan kata lain, ketahanan warna adalah seberapa baik pewarna tetap pada bahan, dan tidak berpindah ke bahan lain.
Sumber: https://www.ompg.de/
Dalam produksi massal, sangat
penting untuk mengukur warna karena bahan baku tersedia dalam beberapa batch.
Produsen mewarnai kain, menggunakan beberapa lot, operator bervariasi. Semua
faktor tersebut dapat menciptakan perbedaan dalam produk akhir. Oleh karena
itu, pengukuran warna tekstil telah menjadi bagian penting dari industri
tekstil.
Kualitas pakaian dinilai, sampel diuji dalam bentuk asli sebelum menjalani perawatan apa pun. Setelah memaparkannya pada berbagai kondisi seperti pencucian, panas, keringat, perendaman air laut, dan gesekan. Kemudian, sampel dianalisis untuk melihat efek pasca-perawatan. Apakah ada pemudaran (warna menjadi lebih terang) atau luntur (warna berpindah dari satu bahan ke bahan lain).
Kecenderungan tekstil atau pakaian
untuk mempertahankan warnanya meskipun terpapar kondisi yang keras dapat
didefinisikan sebagai sifat tahan luntur. Karakteristik kain cetak atau kain
warna yang melewati berbagai kondisi selama pemrosesan dapat mempengaruhi tingkat
pemudaran.
Nah, berikut beberapa faktor yang
mempengaruhi ketahanan warna kain atau colourfastness:
Serat alami seperti katun, wol, dan sutra memiliki daya serap zat warna yang baik, tetapi sering kali kurang tahan lama dibandingkan serat sintetis seperti poliester atau nilon yang cenderung lebih kuat mengikat warna, terutama bila digunakan bersama jenis zat warna yang tepat.
Sumber: https://apparelinsider.com/
Misalnya, pewarna reaktif memiliki ketahanan tinggi terhadap pencucian dan cocok untuk kain berbahan katun, sedangkan pewarna disperse sangat efektif untuk serat sintetis karena mampu menembus struktur serat dan tidak mudah luntur.
Kain tertentu seperti poliester, viscose, serat selulosa, dan pewarna vat memiliki ketahanan yang baik terhadap faktor eksternal dan dengan demikian memiliki ketahanan warna yang baik. Beberapa kain diproduksi setelah mencampur serat atau benang berbeda memiliki kapasitas retensi warna yang baik dengan pewarna substantif.
Baca Juga: |
Kondisi seperti suhu, pH, lama waktu, dan konsentrasi
zat warna selama proses pewarnaan harus dikendalikan dengan baik agar zat warna
dapat menempel sempurna di serat kain.
Perlakuan terhadap serat bisa sangat mempengaruhi
sifat ketahanan warna produk tesktil. Untuk wol, perlakuan klorinasi akhir yang
tahan susut akan memengaruhi ketahanan warna, sedangkan untuk serat sintetis, perlakuan termoseting
juga dapat mengubah sifat ketahanan warna.
Metode pewarnaan dan perlakuan pasca pewarnaan juga
dapat memengaruhi ketahanan warna bahan yang diwarnai. Ketahanan warna dapat
dipengaruhi oleh suhu saat pewarnaan dilakukan, dan pembawa yang digunakan
selama proses. Selain itu, perlakuan pasca pewarnaan dapat dilakukan dengan
tujuan meningkatkan sifat ketahanan warna.
Untuk meningkatkan kegunaan kain, tekstur alami kain
diubah dengan mengubah finishing yang digunakan. Dalam hal ini, retensi warna
kain meningkat. Dalam penggunaan praktis, finishing sengaja diubah untuk
meningkatkan ketahanan warna kain.
Tahapan fiksasi atau penguncian warna menggunakan
bahan kimia tertentu juga dibutuhkan agar warna tidak mudah luntur saat terkena
air atau keringat. Tak kalah penting adalah proses finishing, seperti pelapisan
pelindung UV atau penggunaan bahan antipudar yang dapat memperkuat daya tahan
warna terhadap sinar matahari dan lingkungan.
Struktur molekul pewarna sangat penting bagi sifat
ketahanannya. Industri tekstil sudah mengenal banyak contoh praktis tentang
pengaruh faktor ini terhadap ketahanan.
Pewarna dengan molekul yang lebih besar mudah melekat pada
serat. Selain itu, ada banyak pewarna yang tidak larut yang tersedia untuk
meningkatkan ketahanan warna saat kain dicuci. Bagaimana pewarna melekat pada
kain memengaruhi sifat ketahanan warna.
Itu dia beberapa faktor yang
mempengaruhi ketahanan warna kain atau colourfastness. Ketahanan warna kain
juga sangat dipengaruhi oleh penggunaan, teknis perawatan serta faktor
eksternal lain. Pemahaman ini sangat
penting agar kita dapat memilih kain yang tidak hanya indah secara visual,
tetapi juga tahan lama. Semoga pengetahuan ini bermanfaat, ya!