Keindahan Pulau Dewata, Bali, memang tidak pernah hilang dari ingatan dan selalu meninggalkan kenangan akan keindahan alam pantai yang menawan dan budayanya yang kental. Tidak hanya itu, karya seni asal Pulau Dewata ini juga diagung-agungkan, salah satunya bisa dilihat dari wastra atau biasa dikenal dengan kain tenun endek. Seolah-olah kain tenun endek melambangkan keindahan alam Pulau Bali sekaligus sejarah karya seni Pulau ini.
Filosofi Kain Tenun Endek
Endek adalah kain tenun yang berasal dari Bali. Kain tenun endek merupakan hasil karya seni rupa terapan yang digarap oleh masyarakat Bali, karya seni terapan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata Endek berasal dari kata ”gendekan” atau ”ngendek” yang artinya diam atau tetap yang berarti tidak berubah warna pada kain tersebut. Kegiatan menenun kain endek bisa dijumpai di daerah Kabupaten Karangasem, Gianyar, dan Buleleng. Penyebutan kain endek di setiap wilayah berbeda-beda seperti daerah Kabupaten Gianyar biasa disebut dengan kain tenun endek Gianyar, di Klungkung terkenal dengan nama kain tenun endek Klungkung.
Kain tenun endek untuk masyarakat Bali tidak hanya sekedar sebagai kain biasa, tetapi karya seni yang diwariskan secara turun-temurun. Sampai sekarang pun masyarakat Bali masih menggegam warisan karya tenun dari nenek moyang. Hasil karya tenun bisa dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan untuk mengikuti acara-acara ritual keagamaan di sana.
Perkembangan Kain Endek
Kain tenun ikat endek mulai berkembang sejak tahun 1985 yaitu saat masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung. Seiringnya berjalannya waktu kain endek berkembang masuk ke daerah Klungkung, salah satunya desa Sulang. Daerah tersebut dipimpin oleh Wayan Rudja yang mana pada saat itu memiliki sekitar 200 pegawai. Walaupun kain endek sudah ada sejak masa kerajaan Gelgel, kain endek mulai meluas hingga Desa Sulung setelah masa kemerdekaan.
Saat itu, kerajinan tenun ikat endek di daerah Desa Sulung memiliki 25 industri, kemudian seiring berjalannya waktu industri kain endek mulai menyusut dan sekarang produksi kain tenun ikat endek tidak banyak. Produksi kain tenun ikat endek mengalami pasang surut dikarenakan lemahnya perekonomian.
Keunikan dan Manfaat Kain Endek
Motif yang terdapat pada kain tenun ikat endek beraneka macam dan sesuai dengan penggunaannya. Motif patra dan encak saji yang bersifat sakral digunakan untuk kegiatan upacara keagaman. Motif tersebut menunjukkan bahwa kita memiliki rasa hormat kepada Sang Maha Agung, sebaliknya dengan motif yang bernuansa alam biasanya digunakan untuk kegiatan sehari-hari atau sosial. Motif tersebut lebih menggambarkan secara detail flora, fauna, dan tokoh wayang yang sering muncul di sejarah Bali. Motif tersebut memberikan makna tersendiri, pola motif flora memiliki kerapatan yang khas dan sangat harmonis.
Kain endek dalam kehidupan sehari-hari dahulu digunakan untuk upacara adat dan seiring berjalannya waktu mulai dipakai oleh banyak orang. Mayoritas masyarakat Bali sudah menggunakannya baik untuk upacara adat, sembahyang dan untuk seragam kantor.
Kain tenun ikat endek juga digunakan untuk dekorasi tempat-tempat pura, rumah. Sementara itu di pedesaan, bahkan masyrakat Bali mempercayai ada kain tertentu yang dapat berfungsi sebagai tolak bala seperti kain tenun endek gringsing, endek bebali, dan endek cepuk. Kain tenun endek gringsing diyakini bisa sebagai pengangkat wabah penyakit.
Sementara peran sosial kain endek dapat digunakan untuk menutupi tubuh, ikatan komunikasi menyama braya yang berarti melambangkan tali persaudaraan, dan bisa juga sebagai cindera mata.
Well, sekilas info mengenai Kain Tenun Ikat Goyor semoga bermanfaat