Sahabat BahanKain tim pakaian
rusak langsung dibuang atau diperbaiki dulu nih? Kalau mimin BahanKain.com sih
paling nggak tega membuang sesuatu sih. Apalagi baju pemberian orang, rasanya sayang
banget gitu, meskipun udah terlanjur rusak, susah juga memperbaikinya tapi
tetap berusaha selagi masih bisa. Kecuali sudah benar-benar parah ya, terpksa
banget harus masuk tong sampah atau untuk kain lap.
Aktivitas sehari-hari seringkali membuat pakaian rusak. Entah robek karena ditarik atau tersangkut, berlubang karena terbakar, dan kejadian-kejadian yang tidak terduga lainnya. Konsisi pakaian yang sudah tidak lagi sempurna ini seringkali membuat banyak orang memilih untuk berhenti memakainya. Ada pula yang memutuskan untuk langsung membuangnya.
Sumber: https://buletintekstil.com/
Stop, kebiasaan rusak buang yaa
sobat. Apalagi jika rusaknya tidak begitu parah atau di bagian-bagian yang
tidak terlalu nampak. Tak ada salahnya untuk mencoba teknik memperbaiki pakaian
ala Jepang yang dikenal dengan istilah kaketsugi.
Sejak jaman dulu, Jepang memang sudag terkenal dengan seni mereparasi objek-objek yang rusak. Hal ini karena mayoritas barang yang mereka produksi sangat berkualitas sehingga harganya pun tergolong mahal. Jadinya sayang jika dibuang begitu saja saat rusak. Orang Jepang juga mempunyai filosofi “wabi-sabi”, yaitu menghargai sesuatu yang cacat atau tidak sempurna.
Sumber: https://buletintekstil.com/
Tak heran jika kita akan
menemukan berbagai teknik memperbaiki sesuatu ala Negeri Matahai Terbit ini.
Mungkin Sahabat juga pernah mendengar istilah “kintsugi” yaitu seni mereparasi
benda pecah belah dari Jepang menggunakan pernis yang dibubuhi butiran emas
atau perak. Ada pula “Kaketsugi” atau kaketsugu yang merupakan teknik reparasi
pakaian dan berbagai produk tekstil ala Jepang.
Jauh sebelum adanya
industrialisasi garment, pakaian adalah sesuatu yang mahal, sehingga banyak
orang yang tidak mampu membeli pakaian yang baru bila rusak. Alasan inilah yang
mendorong mereka untuk memperpanjang masa pakai baju selama mungkin. Jadi,
pakaian-pakaian yang sudah rusak akan diperbaiki sebisa mungkin. Cara memperbaiki
atau mereparasi pakaian ini kemudian menjadi suatu seni tersendiri di berbagai
negara seperti di Jepang, Perancis, Inggris, hingga negara-negara di benus Eropa
lainnya.
Cara Memperbaiki Pakaian Yang
Sobek
Dilihat dari persepektif luas,
pada dasarnya ada dua teknik untuk membenahi pakaian yang rusak, yaitu:
1.
Invisible Mending atau cara memperbaiki
kain sedemikian rupa sehingga hasilnya tidak terlihat bekasnya.
2.
Selanjutnya ada Visible Mending yaitu
teknik mereparasi kain yang bekasnya terlihat jelas.
Kaketsugi sendiri termasuk dalam kategori teknik invisible mending. Sehingga pakaian yang diperbaiki dengan metode kaketsugi sama sekali tidak berbekas dan tidak terlihat pernah rusak. Sedangkan teknik memperbaiki pakaian dengan visible mending yang paling terkenal adalah “boro”. Pada metode ini, bagian yang rusak atau berlubang diperbaiki dengan cara menempelkan potongan kain lain dan dijahit dengan teknik sashiko. Jadi, hasilnya perbaikannya tentu akan sangat terlihat.
Sumber: https://buletintekstil.com/
Metode reparasi kaketsugi
dilakukan dengan memasukan setiap helai benang dari potongan kain ke area yang
diperbaiki. Sebenarnya invisible mending yang digunakan dalam kaketsugi sudah sering
digunakan di negara-negara lain. Tetapi pengerjaan kaketsugi dari Jepang dianggap
sangat presisi dan teliti oleh para artisannya karena hasilnya sangat baik dan
kasat mata.
Bisnis Reparasi Pakaian Yoshiko
Goto Dengan Teknik Kaketsugi
Menurut Tesshu Kataoka, salah satu
artisan kaketsugi yang menjalankan bisnis reparasi pakaian bersama dengan
putrinya, Yoshiko Goto, untuk memperbaiki pakaian dengan baik dibutuhkan
pengetahuan dan pemahaman mengenai pola dan arah tenunan pada setiap kain.
Selama lebih dari 40 tahun ia menekuni keahlian reparasi pakaian, Kataoka tak
pernah berhenti membuat diagram yang berisi ratusan pola tenunan yang pernah ia
temui.
Diagram ini pun menjadi asset berharga baginya dan putrinya yang hingga kini terus belajar untuk memperbaiki berbagai macam tekstil. Berkat ketekunan tersebut, kini mereka mampu menggunakan jarum untuk menenun benang dalam celah kain secara akurat, bahkan hingga sekecil 0,1 milimeter.
Sumber: https://buletintekstil.com/
Toko reparasi pakaian yang
dimiliki oleh Tesshu Kataoka dan Yoshiko Goto ini bernama Oriwagiken dan
berlokasi di kota Minokamo, Gifu-Ken, Jepang. Oriwagiken adalah salah satu toko
kaketsugi paling terkenal di Jepang. Sang pemilik toko, Yoshiko Goto, bahkan
pernah diundang ke sebuah acara pengenalan budaya Jepang di New York, Amerika
Serikat pada bulan Mei 2019. Di sana, Yoshiko Goto memperagakan keahliannya
dalam memperbaiki pakaian di depan 200 audiens, termasuk diantaranya ada beberapa
pejabat penting negara.
Sedangkan pakaian yang berlubang
karena terbakar atau sebab-sebab lain bisa diperbaiki dengan menambalkan potongan
jenis kain yang sama. Ukuran kain tersebut harus lebih lebar supaya bisa
mengcover bagian yang rusak. Setelah itu, benang pada potongan kain penambal diurai
sekitar 2-3 cm lalu setiap helai benang dimasukkan ke bagian yang hendak
ditutupi dengan bantuan jarum dengan hati-hati. Langkah ini dilakukan di
keempat sisi potongan kain penambal.
Sedangkan, lamanya pengerjaan
kain tergantung besar atau kecilnya lubang, jenis benang dan kerumitan pola
tenunan. Contohnya, untuk memperbaiki kerusakan pada jaket wol tipis sepanjang
1 cm dibutuhkan waktu kurang lebih 40 menit.
Sumber: https://buletintekstil.com/
Di negara-negara Eropa, terutama
Inggris dan Perancis, layanan reparasi pakaian merupakan layanan yang sangat
umum ditawarkan di berbagai binatu dan penjahit, sampai akhir tahun 1970an.
Namun memasuki tahun 1980an, ketika konsumerisme mulai melanda dunia dan harga
pakaian semakin murah, layanan reparasi pakaian menjadi kurang diminati. Bahkan
sampai saat ini, sulit untuk menemukan jasa memperbaiki pakaian dengan metode
yang cukup rumit ini. Mayoritas orang jaman sekarang juga lebih memilih untuk
membuang pakaian rusak mereka dan membeli yang baru.
Harga layanan reparasi pakaian
berkualitas tinggi ini memang tidak bisa dibilang murah. Namun seiring
munculnya trend sustainable fashion yang menjunjung keberlangsungan alam, kini
banyak orang yang mulai menghargai kembali keahlian pada artisan. Akhirnya, keterampilan
seperti ini pun mulai diminati lagi. Harapannya, semoga keterampilan kaketsugi ini
akan terus diwariskan ke generasi-generasi yang akan datang.