Ikat celup atau tie dye
merupakan teknik pewarnaan kain yang dilakukan dengan cara melipat, memutar dan
mengikat lalu dicelupkan ke larutan pewarna. Penggunaan tie dye membawa
dampak signifikan terhadap kultur sosial di Amerika Serikat pada tahun
1960-1970.
Banyak remaja memakai baju tie
dye sebagai bentuk protes terhadap kekerasan dan kapitalisme yang
berkembang tahun 1950-an. Penolakan norma sosial terlalu konservatif dilakukan
dengan penampilan yang penuh kesederhanaan dan perdamaian. Remaja golongan ini
dikenal sebagai kaum hippies.
Tak sedikit orang mengira bahwa tie-dye adalah budaya masa kini. Padahal, teknik ini sudah digunakan sejak belasan abad lalu dan bisa ditemukan di berbagai negara lho. Nah, berikut nama-nama kain ikat celup di beberapa negara:
1.
Kain Wari dari Peru
Kain wari adalah kain tradisional Peru yang ditemukan pada tahun 800 SM dan dipercaya sebagai tekstil dengan teknik ikat celup tertua di dunia. Kain ini identik berwarna merah tanah, hijau lumut serta biru gelap. Di negara asalnya kain wari kerap dijadikan hadiah diplomatik para petinggi antar daerah.
Tak seperti produk tie dye lain, proses pembuatan kain
wari menggunakan gabungan teknik ikat celup dan patchwork. Awalnya kain
dibuat menjadi potongan-potongan kecil lalu diikat membentuk pola dan
dicelupkan ke larutan pewarna. Setelah kering barulah kain itu disatukan
kembali melalui proses jahit.
2.
Kain Bai dari China
Dinamai sesuai daerah asalnya, kain bai pertama ditemukan oleh masyarakat Zhoucheng di Dali Bai Auonomous Perfecture, Yunnan pada abad ke-3. Dibuat dari bahan dasar kain katun putih atau campuran katun dan rami serta warna indigo sebagai pewarna utama.
Warna tersebut berasal dari daun woad dikumpulkan dan
difermentasi di sebuah lubang hingga menghasilkan cairan berwarna biru keunguan.
Sebelum dicelup, kain putih diikat dan dijahit membentuk beragam pola unik
seperti lebah, kupu-kupu, bunga, ikan dan serangga. Masyarakat China meyakini
bahwa kain bai akan membawa keberuntungan bagi setiap pemakainya.
3.
Bandhani dari India
Beralih ke India, ada kain bandhani yang motifnya diperoleh dengan cara mencubit kain menggunakan kuku lalu diikat kecil-kecil. Banyak orang meyakini kalau kain ini sudah ada sejak 4.000 SM tapi bukti fisik tertua tergambar di sebuah lukisan Buddha di dinding Gua Ajanta sekitar abad ke-6 M.
Tak seperti tie dye modern yang berpola spiral
karena pengikatan di bagian tengah, corak pada kain bandhani terlihat lebih
menyeluruh dan terstruktur. Hingga saat ini, kain bandhani berkualitas terbaik
dibuat oleh para pengrajin di Gujarat dan Rajasthan. Bandhana adalah kain bandhani
berukuran kecil mirip sapu tangan tang sempat populer di kalangan para pelaut pada
tahun 1700-an.
4.
Shibori asal Jepang
Masyarakat Jepang sudah mempraktikkan teknik ikat celup bernama ‘shibori’ sejak abad ke-8 Masehi. Meski konsepnya hampir sama, tapi pembuatan kain shibori jauh lebih rumit dan mendetail dibandingkan tie dye. Dimana para pengrajin menggunakan benang yang lebih halus untuk mengikat setiap titik secara berulang. Kain untuk bahan shibori pun harus 100% alami agar mendapat hasil terbaik, bahan pewarnanya juga berasal dari tanaman genus Indigofera Sp.
Spektrum warnanya pun berbeda, karena shibori hanya
mengandalkan satu warna saja yaitu indigo. Sedangkan tie dye umumnya jauh lebih
colourfull. Teknik pembuatan serta motif shibori juga lebih bervariasi, mulai
dari kanoko, miura, nui, arashi, kumo, itajime dan masih banyak lagi.
5.
Kain jumputan dari Indonesia
Membahas perihal pewarnaan ikat celup, masyarakat Indonesia mengenal kain ikat dan jumputan. Konsepnya memang hampir sama, tapi pengerjaan kain ikat, jumputan dan tie dye sangat berbeda lho.
Pewarnaan kain dengan metode ikat pertama kali masuk ke
Indonesia pada akhir abad ke-17 dan banyak diaplikasikan untuk kain tenun. Pada
teknik ini, setiap helai benang diikat dan dicelupkan ke larutan pewarna hingga
membentuk pola yang diinginkan sebelum proses tenun.
Sementara dalam pembuatan kain jumputan, pola yang
sudah digambar pada kain dijahit lalu ditarik dan diikat. Benang jahit tersebut
baru dilepas setelah proses pewarnaan selesai. Kombinasi teknik celup dan jahit
ini menghasilkan desain yang lebih variatif.
6.
Adire dari Nigeria
Kain berwarna karya pengrajin Yoruba di Nigeria pertama kali ditemukan pada tahun 1800. Namun, istilah ‘adire’ baru diperkenalkan pada abad ke-20.
Teknik adire dapat terbagi menjadi empat jenis, dimana
hanya dua diantaranya yang menggunakan konsep tie dye. Kedua teknik
tersebut adalah adire Oniko (diikat menggunakan tali rafia) dan Adire Alabare
yang pembuatan polanga menggunakan teknik jahit.
Itulah beberapa jenis kain ikat
celup yang bisa ditemukan di berbagai negara. Sobat Bahankain pengen nyoba membuat
kain apa nih? Shibori atau tie dye? Jangan lupa, percayakan kebutuhan
kain Anda pada Bahankaincom. Kami menyediakan berbagai jenis kain berbahan
dasar serat alami seperti katun, rayon, modal dan kain sutra yang cocok untuk bahan shibori maupun tie dye.
Dengan minimal order hanya 1 yard, Sahabat Bahankain bisa mencoba beberapa jenis kain yang paling Anda inginkan. Cek kategori Produk Kain Putihan kami untuk cek gambaran dan spesifikasinya. Jangan lupa, hubungi Customer Service kami untuk konfirmasi pesanan, detail produk dan info lainnya.
Atau belanja langsung via Shopee dan Tokopedia Mekar Jaya Tekstil.