Sumatera Selatan merupakan salah
satu provinsi di Pulau Sumatera yang beribukota di Palembang. Kota asal pempek yang
dijuluki Bumi Sriwijaya ini juga dikenal memiliki pakaian adat serba mewah yaitu
aesan gede dan pak sangkong. Kaduanya adalah sepasang baju yang menjadi
identitas sekaligus ciri khas masyarakat Sumatera Selatan saat resepsi
pernikahan.
Terlepas dari banyaknya ornamen
yang membuat tampilannya begitu kaya, ternyata busana tersebut menyimpan
beragam makna, lho. Apa sajakah itu? Berikut ulasannya!
Dilansir dari buku “Ensiklopedia Seni dan Budaya Pakaian Adat Nusantara” karya R. Toto Sugiharto, baju Aesan Gede ini melambangkan keagungan Kerajaan Sriwijaya. Aesan Gede memiliki warna dasar merah lengkap dengan aksen dekoratif serta ragam aksesoris bernuansa emas.
Sumber: https://sumeks.disway.id/
Kesan gemerlap dan unsur keemasan
tersebut menggambarkan citra Sumatera di masalalu yang dikenal sebagai
swarnadipa atau pulau emas. Busana aesan gede untuk pengantin wanita berupa
baju kurung warna merah.
Baju tersebut dihiasi motif tabur
bunga bintang keemasan yang dipadukan dengan kain songket lepus bersulam emas. Kesan
mewah makin terpancar dari baragam aksesoris tambahan seperti mahkota, bungo
cempako, serta pernak-pernik lain.
Sedangkan pengantin pria memakai jubah
bertabur bunga emas, celana, kain songket serta songkok emas penghias kepala.
Setiap detail dan motif pada
pakaian adat aesan gede memiliki makna tersendiri dan unik. Apa sajakah itu?
Berikut ulasannya:
1.
Kain Songket Lepus
Songket lepus merupakan
jenis songket yang mempunyai ciri khas corak geometris abstrak dan motif zigzag
atau dikenal sebagai tumpal. Konon, motif tumpal adalah corak tertua yang sudah
ada sejak zaman prasejarah. Kain ini bermakna keramahan, ketertiban dan sikap saling
menghormati antar masyarakat.
2.
Celano Sutra
Ini adalah celana
panjang berbahan dasar kain sutra. Terdapat aksen bordir berbentuk bunga yang
mempunyai tangkai dan menjalar panjang atau disebut motif sulur. Corak unik
tersebut melambangkan kebahagiaan, harapan serta kegigihan dalam menjalani hidup.
3.
Kesuhan
Kesuhan adalah
mahkota yang dikenakan pengantin laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki bermakna
harapan agar ia memiliki sifat berani dalam keluarga dan masyarakat. Sementara,
kesuhan untuk wanita mengandung pesan bahwa ia harus bersifat keibuan, lembut
dan penuh rasa kekeluargaan.
4.
Cempako
Cempako atau bunga
cempaka yang dipasang di kepala. Artinya kedua mempelai pengantin harus bersikap
anggun dan menjaga keindahan perilakunya.
5.
Sanggul Malang
Rambut yang
digelung rapi membentuk sanggul malang seolah berpesan bahwa sosok perempuan
harus senantiasa tenang dalam menghadapi segala sesuatu.
6.
Tebeng Malu
Tebeng malu
ialah penutup bagian samping kepala berbentuk bola warna-warni yang dirangkai dan
dipasang disamping telinga. Mengandung pesan bahwasanya tiap manusia harus pandai-pandai
menjaga pandangan.
7.
Terate
Terate adalah
hiasan yang menutupi bagian dada dan pundak pengantin laki-laki maupun
perempuan. Hiasan satu ini menggambarkan kemegahan, kesucian, serta kesabaran
dalam segala hal.
8.
Kebo Munggah
Disebut juga kalung tapak jajo. Melambangkan kesuburan
dan dipercaya sebagai penolak bala.
9.
Selempang Sawit
Selempang sawit berjumlah 2 dipakai menyilang dari
bahu kiri ke pinggang sebelah kanan, dan dari bahu kanan ke pinggang sebelah
kiri. Aksen ini menggambarkan bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan harus selalu
sejajar.
10.
Keris
Pada pengantin
pria keturunan bangsawan, biasanya keris diselipkan di pinggang depan sebelah
kanan dengan gagang menghadap keluar. Sementara laki-laki yang bukan dari
kalangan tersebut, keris diletakkan di bagian pinggang belakang. Hal tersebut
merupakan wujud penghormatan para raja atau atasan.
11.
Pending
Pending adalah
ikat pinggang berbentuk lempengan yang dipakai pengantin laki-laki dan
perempuan. Menunjukkan bahwa keduanya siap untuk mengarungi kehidupan rumah
tangga.
12.
Gelang Palak Ulo
Dikenakan oleh
pengantin perempuan di lengan berupa gelang emas 24 karat bertabur berlian
dengan bentuk ular naga bersisik dan berpulir. Ini menggambarkan keanggunan
kaum wanita.
13.
Sapu Tangan Segitigo
Sapu tangan
ini terbuat dari kain beludru warna merah yang salah satu sisinya mempunyai
detail motif kelopak bunga melati bertabut emas. Bermakna ketegaran dan
ketenangan hidup.
14.
Cenela
Berikutnya ada
cenela, yaitu sejenis sandal berwarna senada dengan atasan yang dipakai oleh
kedua mempelai pengantin. Mengandung pesan bahwa setiap melangkah harus punya
pelindung diri yakni agama.
Nama pak sangkong berasal dari 2 kata dari bahasa Palembang yaitu pak dan sangkong. Pak berarti 8, dan sangkong artinya dewa, sehingga pak sangkong dapat diartikan sebagai pakaian 8 dewa.
Sumber: https://lifestyle.pinhome.id/
Konon, baju Pak Sangkok sudah ada
sejak masa Kesultanan Palembang Darussalam pada abad ke-16 yang kental akan
unsur-unsur Islami. Hal tersebut terlihat jelas pada desain busana pengantin
wanita yang tertutup sesuai syariat Islam. Jika aesan gede lekat dengan kesan
mewah, Pak Sangkong justru lebih menampilkan keanggunan mempelai pengantin.
Biasanya pak sangkok menggunakan
kain beludru sebagai bahan utama lalu dipadukan dengan berbagai ornamen pelengkap
sehingga tak kalah cantik dari aesan gede.
Pengantin pria mengenakan songket
lepus sulam emas yang dipadukan dengan jubah bercorak bunga emas, selempang, celana
sutra dan hiasan kepala songkok emas.
Sementara, mempelai wanita menggunakan baju kurung atau dodot berwarna merah bermotif taburan bintang emas. Lengkap dengan hiasan kepala mahkota pak sangkong, teratai penutup dada, serta kain songket bersulam emas.
Berikut rangkaian busana adat Sumatera Selatan, Pak Sangkong lengkap dengan aksesoris serta maknanya:
1.
Mahkota Pak Sangkong
Mahkota pak
sangkong digunakan sebagai hiasan kepala. Motif dasarnya berbentuk lingkaran dengan
aksen hias berupa motif bunga teratai dan setangkai bunga mawar.
Teratai
melambangkan kesucian, mawar menjadi simbol kekeluargaan, matahari dan bulan. Sementara
motif hias berbentuk lingkaran merupakan lambang matahari yang bermakna
kepercayaan terhadap Tuhan YME. Secara keseluruhan, mahkota pak sangkong bermakna
kesucian dan keyakinan pada Sang pencipta.
2.
Kain Songket
Busana pak
sangko dikenakan bersama kain songket, yang tak lain adalah ciri khas pakaian
adat Sumatera Selatan. Secara simbolis, motif pada kain songket menunjukkan
sisi keramahan ketertiban dan rasa saling menghormat dalam masyarakat Palembang.
3.
Dodot
Ternyata Jawa
Tengah bukan satu-satunya pemilik budaya baju dodot. Karena rangkaian busana
adat Sumatera Selatan juga mempunyai dodot, tapi motifnya senada dengan kain songket.
Ini berarti kedua pengantin sebagai makhluk sosial, harus ramah senantiasa
rendah hati, saling menghormati serta menjaga harmonisasi kehidupan.
4.
Jubah
Jubah ini merupakan
akulturasi budaya Arab. Berupa baju panjang bertabur motif bunga teratai yang
mengapung di air. Teratai sendiri melambangkan kebahagian pengantin setelah
menikah.
5.
Rompi
Rompi yang digunakan
mempunyai corak tunas tumbuhan dengan pola geometris zig-zag. Dimana tunas mengandung
pesan agar manusia bermanfaat bagi yang lain. Sedangkan makna pola zig-zag sama
halnya dengan corak songket maupun dodot.
6.
Baju Kurung
Pengaruh budaya
Melayu-Islam melahirkan baju kurung dalam rangkaian busana pengantin adat
Palembang. Motif baju ini harus sama dengan jubah pengantin laki-laki.
7.
Selendang Pelangi
Motif geometris
berupa garis lengkung dan garis horizontal pada selendang pelangi punya arti tersendiri.
Garis lengkung adalah simbol kebahagiaan, sedangkan garis horizontal melambangkan
ketenangan.
8.
Kelapo Setandan
Kelapo
setandan berupa motif tangkai bunga teratai berjumlah tujuh buah. Merujuk pada
pikiran perasaan, penglihatan, kebijaksanaan, kesadaran, kebesaran, serta
kemurnian.
9.
Ketu
Ketu merupakan
mahkota berbentuk topi berhiaskan aksen geometris membentuk objek alam di
bagian depan. Terdapat bunga cempaka dan teratai. Objek geometris bermakna
keindahan dan kecintaan. Bunga cempaka dan teratai menggambaran keagungan serta
kesucian.
Itu dia ragam pakaian adat Sumatera
Selatan yang punya keunikan tersendiri dan sarat akan makna-makna kehidupan. Hingga
saat ini, busana tersebut masih sangat eksis dan sering dikenakan dalam prosesi
pernikahan masyarakat Palembang. Semoga bermanfaat ya!