Kain kasa asalnya dari Gaza?
Yaps, mungkin banyak yang belum tahu kalau kain putih yang biasa digunakan
sebagai penutup luka ini memang pertama kali dibuat dan diproduksi secara massal di Kota Gaza, Palestina. Namun
kenyataannya seolah berbanding terbalik dengan pernyataan itu. Sebab, hingga
kini masyarakat Gaza masih membutuhkan bantuan medis terutama kain kasa untuk
membalut luka mereka akibat serangan militer Israel.
Seperti apa faktanya? Simak
ulasan berikut ini ya!
Kain penutup luka atau yang lebih sering disebut kassa adalah kain tipis dengan tenunan renggang dan tembus pandang. Tekstur kain ini cukup lembut dan bisa menyerap cairan sehingga sering digunakan dalam pengobatan atau pembedahan. Hanya digunakan sekali pakai dalam proses pengobatan dan pasca pembedahan untuk menjaga kebersihan luka.
Sumber: https://www.hops.id/fit/
Jika ditelisik lebih jauh,
sebenarnya kebiasaan menutupi luka sudah ada sejak lama. Orang-orang zaman dulu
memanfaatkan bahan-bahan alami seperti daun, kulit binatang, dan jaring
laba-laba sebagai penutup luka sekaligus mencegah infeksi. Namun penggunaan
pembalut luka steril berbahan kain adalah pertolongan pertama guna mencegah
infeksi.
Nah, berikut beberapa fakta yang
harus kamu ketahui tentang kain kasa:
1.
Sudah digunakan sejak zaman Mesir Kuno
Kain kasa tertua ditemukan pada pembungkus jenazah dari
zaman Mesir Kuno. Absorbent gauze atau kasa penyerap umumnya dibuat dari 100%
benang katun alami dan telah diproduksi dengan cara yang sama selama
berabad-abad.
Sayangnya, kain pembalut ini berpotensi menimbulkan
lebih banyak masalah dibanding kasa jenis lain. Alasannya tak lain karena seratnya
bisa meluruh saat dipotong dan rentan menempel dengan serat sisa yang ada pada
luka usai balutan tersebut dilepas
2.
Berasal dari kata ‘Gaza’
Penyebutan
kata ‘kasa’ diyakini bersumber dari bahasa Arab dan Persia yaitu ‘Qazz’ yang berarti
sutra mentah. Penjabaran tersebut muncul sebeb sutra merupakan material takstil
yang pertama kali dimanfaatkan masyarakat Gaza untuk membuat kain kasa.
Sumber lain
mengungkap bahwa ‘kasa’ adalah serapan dari kata gauze atau gasa yang tak lain
adalah nama kota dimana kain tersebut diciptakan, yaitu غزة (Ghazza).
3.
Struktur tenun kain kasa
Jika dilihat dari ranah pertekstilan, kain kasa tersusun
atas tenunan benang pakan yang saling berpasangan dan disilangkan sebelum dan
sesudah helaian benang lusi. Sehingga benang pakan tidak mudah bergeser dan
tetap berada di tempatnya. Tenunan tersebut akan menambah stabilitas kain jika
menggunakan benang halus pada jarak yang tidak terlalu longgar.
Rangkaian itu dapat diaplikasikan pada berat benang
berapa pun dan produk-produk tekstil yang terbuat dari serat tumbuhan kasar
yang dipintal dengan tangan.
4.
Perkembangan Kain kasa
Perdagangan kain kasa dari Gaza hingga Eropa sudah
berlangsung sejak tahun 1279. Kemudian pada tahun 1797, Dominique Jean Larrey, panglima
ahli bedah pasukan tentara Napoleon dari Italia mengembangkan metode yang lebih
efisien untuk memakai kain kasa.
Caranya yaitu dengan membungkus luka mengggunakan beberapa
lapis kasa sehingga menciptakan tekanan pada luka dan mempercepat penyembuhan.
5.
Tidak cocok untuk pakaian atau makanan
Kain kasa sangat tidak disarankan untuk pakaian maupun
bahan makanan. Hal itu karena teksturnya cenderung kasar, anyaman renggang,
kurang menyerap keringat dan bisa meninggalkan serat pada makanan.
Teksturnya yang berpori dapat meninggalkan serat-serat
sisa pada makanan. Daya serapnya juga tergolong rendah sehingga kurang nyaman
jika digunakan sebagai bahan pakaian.
6.
Mmempercepat pertumbuhkan jaringan baru
Selama ini, banyak orang menganggap luka itu harus
kering dan ditutup kain kassa perban. Namun faktanya, pemakaian kasa pada kondisi
luka yang masih lembab bertujuan menumbuhkan jaringan baru sehingga luka bisa
menutup.
Penggunaan kain kasa jelas akan membantu mempercepat
penyembuhan dan mempercepat proses pengeringan luka. Sayangnya, kondisi
tersebut akan memicu pertumbuhan bakteri dari luar dan akhirnya mengkontaminasi
luka. Bahkan sebuah studi menyebutkan bahwa bakteri dapat menembus hingga 65
kasa.
7.
Fakta Gaza dan kain kasa saat ini
Kain kasa dari
Gaza, Palestina terkenal akan kualitas baiknya dan menjadi komoditas yang
diperdagangkan di berbagai wilayah. Sebelum gencatan senjata Israel pada 7
Oktober 2023, kain kasa sebenarnya masih diproduksi di Gaza. Namun setelah itu, banyak industri termasuk sektor tekstil dan produsen kasa terpaksa berhenti
beroperasi karena perang yang makin berkecamuk,
Sebuah kenyataan
yang begitu ironis ketika melihat Gaza saat ini. Bagaimana tidak, tempat dimana
terciptanya kain pembalut luka itu kini justru menjadi tempat yang penuh dengan
luka.
Itulah beberapa fakta kain kasa,
si perban luka yang ternyata berasal dari Palestina. Semoga informasi ini bermanfaat
dan menambah pengetahuanmu ya!