Sahabat BahanKain, kekurangan tenaga kerja di industri tekstil India menyebabkan produksi menurun hingga 50%. Apa artinya bagi pasar tekstil Indonesia?
Saat Pabrik-pabrik Tekstil India Terhambat, Apakah Ini Kesempatan Kita?
Beberapa waktu terakhir, dunia tekstil di India sedang
mengalami tantangan serius. Di negara bagian Gujarat dan Maharashtra—yang
dikenal sebagai pusat produksi tekstil terbesar—aktivitas pabrik menurun
drastis hingga 50%. Penyebab utamanya? Bukan karena kekurangan bahan baku atau
permintaan pasar, tapi karena krisis tenaga kerja musiman.
Setiap musim panas, para pekerja dari negara bagian Uttar
Pradesh dan Bihar—yang menjadi tulang punggung industri tekstil India—pulang
kampung untuk membantu musim panen atau kembali ke ladang mereka. Ini adalah
fenomena tahunan, tapi dampaknya terasa sangat besar terutama bagi kota tekstil
seperti Surat dan Ichalkaranji.
Buruh
Adalah Detak Jantung Industri Tekstil
Kita tahu bersama, industri tekstil bukan hanya soal mesin
dan bahan, tapi juga tentang orang-orang di balik layar. Dari operator mesin
tenun, pemroses kain, hingga penjahit—semuanya butuh keterampilan manual. Dan
di India, sebagian besar dari mereka bekerja secara harian atau berdasarkan
hasil produksi, bukan sebagai karyawan tetap.
Dengan separuh dari tenaga kerja mereka kembali ke kampung
halaman, banyak pabrik terpaksa mengurangi kapasitas produksi. Namun anehnya,
harga kain tetap stabil. Kenapa bias begitu? Karena permintaan pasar juga
sedang landai. Jadi meskipun produksi menurun, stok masih cukup untuk memenuhi
pasar.
Lalu, Apa
Kaitannya dengan Indonesia?
Fenomena ini sebenarnya memberikan dua pesan penting untuk
industri tekstil Indonesia. Pertama, kerentanan sistem yang terlalu bergantung
pada tenaga kerja migran. Ini juga bisa kita lihat di beberapa sentra tekstil
Indonesia seperti Majalaya, Pekalongan, dan Sragen. Ketika libur panjang atau
hari raya tiba, tidak sedikit pabrik yang juga kesulitan mengatur produksi karena
tenaga kerja pulang kampung.
Kedua, ini adalah peluang pasar. Dengan India mengalami perlambatan
produksi, Indonesia bisa mengambil celah untuk memperkuat posisi ekspor,
khususnya untuk pasar yang sebelumnya banyak diisi oleh India. Asalkan kita
siap dari sisi kapasitas, kualitas, dan kecepatan produksi.
Apakah
Indonesia Siap Menyambut Peluang Ini?
Beberapa produsen lokal seperti yang tergabung dalam Asosiasi
Pertekstilan Indonesia (API) sudah menggarisbawahi pentingnya efisiensi SDM dan
teknologi. Beberapa mulai mencoba sistem kerja shift yang lebih fleksibel, dan
bahkan pelatihan untuk otomatisasi ringan.
Sahabat BahanKain, kalau kita ingin melaju di pasar global,
kita juga harus belajar dari kasus India ini. Tidak hanya soal ketahanan
produksi, tapi juga soal pengelolaan tenaga kerja yang lebih strategis dan
manusiawi.
Momentum
untuk Bangkit
Selama India masih berjuang dengan krisis tenaga kerja tahunan,
inilah saatnya Indonesia menunjukkan bahwa industri tekstil kita tidak hanya
kuat dalam hal budaya dan kreativitas, tapi juga siap secara sistemik.
Siapkah kita memanfaatkan peluang ini, Sahabat?