Beberapa dekade terakhir, pasar fashion makin menuntut keberlanjutan dan fashion yang lebih eco-friendly. Lantas,
‘adakah brand yang benar-benar peduli akan hal ini?.’ Jawabannya ada. Dan nama
brand itu adalah Patagonia, sebuah perusahaan pakaian outdoor yang
dikenal bukan hanya karena kualitas produknya, tetapi juga komitmen mereka
dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Yups, jauh sebelum lahirnya
istilah eco friendly fashion, brand
asal Amerika Serikat ini sudah lebih dulu menempatkan aspek lingkungan sebagai
nilai inti bisnis. Seperti apa faktanya? Simak ulasan berikut ini, yuk!
Patagonia adalah merek pakaian dan perlengkapan aktivitas luar ruang (outdoor) asal Amerika Serikat yang terkenal karena kualitas produk, inovasi berkelanjutan, dan aktivisme lingkungan yang kuat. Didirikan pada tahun 1973 oleh Yvon Chouinard, Patagonia membawa pendekatan berbeda dalam bisnis fashion. Mereka menggabungkan fungsi, kualitas material, dan tanggung jawab lingkungan dalam satu kesatuan bisnis.

Alih-alih mengejar keuntungan maksimal, Patagonia berbisnis untuk menyelamatkan bumi. Sesuai dengan slogan mereka "We’re in business to save our home planet" (Kami berbisnis untuk menyelamatkan planet rumah kita).
Caranya yaitu dengan menggunakan bahan ramah lingkungan, mengurangi limbah produksi, serta mengedukasi konsumen agar membeli seperlunya
Patagonia juga
menuangkan misi tersebut dalam kampanye:
1. “1%
for the Planet”
Sejak tahun 1985, Patagonia selalu mendonasikan 1%
dari total penjualannya (bukan keuntungan, tapi penjualan kotor) untuk
pelestarian lingkungan.
2.
“Earth is now our only shareholder"
Pada tahun 2022, Yvon Chouinard, menyerahkan seluruh kepemilikan perusahaan Patagonia pada organisasi nirlaba. Kini, semua keuntungan yang tidak diinvestasikan kembali ke bisnis digunakan untuk melawan krisis iklim.
3.
“Don’t Buy This Jacket”
Ini adalah slogan kampanye paling terkenal mereka yang
muncul di iklan New York Times saat Black Friday tahun 2011. Slogan ini
bertujuan untuk:
·
Melawan budaya konsumerisme berlebihan.
·
Mengajak pelanggan berpikir dua kali sebelum
membeli barang baru.
· Menekankan pentingnya kualitas dan daya tahan barang
4.
“If it’s broke, fix it!”
Slogan ini mewakili program Worn Wear milik Patagonia yang mengajak konsumen untuk memperbaiki pakaian rusak daripada membuangnya dan membeli yang baru.
Perjalanan Patagonia dimulai dari sosok Yvon Chouinard, seorang pecinta alam sekaligus pemanjat tebing asal Amerika. Chouinard tumbuh dengan kecintaan pada alam bebas sejak kecil, dan hasrat itu membawanya membuat perlengkapan panjat tebing sendiri.

Pada tahun 1965, Yvon menjalin
kemitraan dengan Tom Frost dan memulai pembuatan piton (paku tebing) dari baja
kromolibdenum di perusahannya, Chouinard Equipment. Peralatan ini sangat
dihargai oleh komunitas pendaki karena kualitasnya. Namun, menyadari bahwa
piton tersebut justru merusak bebatuan alam, Chouinard pun mulai beralih ke
produksi ganjal aluminium yang diminati banyak pendaki.
Kemudian di tahun 1973, Yvon Chouinard mendirikan Patagonia di Ventura, California, AS yang fokus pada outdoor gear dan pakaian teknis untuk pendaki. Jika dilihat secara historis, sebenarnya istilah Patagonia merujuk pada nama sebuah wilayah luas di ujung selatan Amerika Selatan, yang membentang di antara Argentina dan Chili. Wilayah ini dikenal sebagai salah satu lanskap alam paling liar dan minim sentuhan manusia di dunia.
Baca Juga: |
Yvon Chouinard memilih
nama ini karena sangat merepresentasikan segala hal yang ia yakini:
·
Alam liar yang belum rusak,
·
Kejujuran lanskap tanpa polesan,
·
Ketangguhan dalam kondisi ekstrem,
·
Kebebasan dari hiruk-pikuk peradaban.
Patagonia dikenal sebagai brand
yang fungsional, autentik, dan tidak dibuat-buat. Hal itu karena sejak awal,
mereka selalu memegang teguh prinsip untuk menciptakan produk yang bisa:
·
Dipakai di alam terbukan, bukan sekadar visual
yang menarik
·
Bertahan lama dalam kondisi ekstrem
·
Tetap relevan bertahun-tahun kemudian
Patagonia hampir selalu muncul di urutan paling atas dalam daftar brand yang ramah lingkungan dan kerap dijadikan sebagai role model sustainability fashion. Bukan karena kampanye atau klaim hijau, melainkan konsistensi mereka dalam pemilihan material, produksi hingga cara mereka membangun komunikasi dengan konsumen.

Berikut beberapa alasan kenapa Patagonia dianggap sebagai acuan fashion
yang berkelanjutan:
Patagonia tumbuh di era ketika isu lingkungan belum
menjadi pembahasan utama. Namun, di tahun 1980-an, brand ini sudah secara
terbuka berbicara tentang dampak industri terhadap bumi.
Titik penting merk ini terjadi pada awal 1990-an,
ketika Patagonia memutuskan beralih sepenuhnya ke katun organik.
Keputusan tersebut diambil setelah mereka menyadari besarnya dampak pertanian
kapas konvensional terhadap tanah dan kesehatan manusia.
Sebuah langkah yang mahal, rumit, dan berisiko. Tapi dari sinilah
Patagonia mulai dikenal secara global sebagai brand dengan sikap yang tegas
dan konsisten dengan prinsip keberlanjutan mereka.
Selain katun organic,
Patagonia juga menggunakan wol dengan standar kesejahteraan hewan dan sistem
rantai pasok yang transparan. Bagi mereka, bahan alami tetap harus memenuhi
kriteria etis, bukan hanya alami secara teknis.
Sedangkan untuk produk berbasis sintetis, Patagonia menggunakan poliester daur ulang yang berasal dari botol plastik bekas dan limbah tekstil. Pendekatan ini bertujuan:
·
Mengurangi ketergantungan pada minyak bumi
·
Menekan jumlah limbah plastik
·
Memperpanjang siklus hidup material
Salah satu momen paling menentukan dalam sejarah
Patagonia adalah kampanye “Don’t Buy
This Jacket” pada 2011. Alih-alih mendorong konsumsi, Patagonia justru
meminta konsumen untuk berpikir ulang sebelum membeli.
Bagi banyak orang, inilah titik ketika Patagonia tidak
lagi dipandang hanya sebagai brand outdoor, tetapi sebagai suara kritis
dalam industri fashion global. Kampanye ini memperkuat citra Patagonia sebagai
brand yang:
·
Berani melawan arus industrinya sendiri
·
Mengedukasi, bukan sekadar menjual
·
Memiliki karakter yang kuat dan konsisten
Patagonia kemudian meluncurkan program Worn
Wear yang mendorong perbaikan dan penggunaan ulang pakaian. Ini
adalah evolusi alami dari filosofi mereka: jika pakaian dibuat dengan material dan
proses yang baik, maka ia layak dipakai selama mungkin.
Secara tidak langsung, hal itulah yang membuktikan
bahwa produk Patagonia benar-bener bekualitas. Bahannya kuat, jahitannya
dirancang untuk diperbaiki, dan konstruksi kainnya tahan bongkar-pasang. Di
titik ini, Patagonia tidak hanya menjual produk, tetapi juga:
·
Cara berpikir
·
Gaya hidup yang lebih sadar
·
Hubungan jangka panjang dengan konsumen
Artinya, mereka
tidak hanya menjual produk, tetapi juga mempertimbangkan tahap after-use di setiap desain materialmua. Inilah
yang membuat Patagonia naik kelas dari sekadar brand global menjadi brand dengan nilai (value driven brand).
Sejarah Patagonia membuktikan
bahwa brand fashion dapat tumbuh besar tanpa mengorbankan alam. Dengan
konsistensi nilai, inovasi material, dan keberanian melawan arus industri, Patagonia
telah menempatkan dirinya sebagai ikon
dan pelopor fashion sustainability
dunia.
Jadi, sudah siapkah kamu menjadi
bagian dari perubahan ini? Yuk, sayangi bumi kita!
Sejarah Patagonia, Brand Outdoor yang Jadi Legenda Fashion Berkelanjutan
Bahan Pembalut Wanita: Mengenal Material, Fungsi, dan Dampaknya bagi Tubuh & Lingkungan
British Vogue Beri Gelar Eternal Influencer pada Kate Middleton, Apa Maknanya?
Mona Lisa Tidak Dilukis di Atas Kanvas? Fakta Material dan Rahasia Keawetannya!
Kapas Kecantikan: Benarkah Terbuat dari Serat Kapas Asli? Ini Penjelasan Lengkapnya
Louis Vuitton Rilis Bag Charm Ikan Taiyaki Harga 16 Jutaan, Apa Istimewanya?
Raw Denim vs Washed Denim, Sama-sama Denim Tapi Kok Beda?
Apa Itu Little Black Dress? Sejarah dan Alasan Kenapa Wajib Punya
Visible Mending VS Invisible Mending, Apa Sih Bedanya?
Pantone Standar Warna Global: Pengertian, Sistem Warna, dan Perannya di Fashion