Bahankain.com - Industri tekstil di Indonesia salah satu industry yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, sayangnya bahan-bahan baku masih dalam industry tekstil masih didominasi dari luar negeri salah satunya adalah kapas yang hampir 100% import. Ketergantungan akan bahan baku import ini yang membuat industry ini kurang baik, salah satu cara untuk menekan kebutuhan import adalah dengan memanfaatkan serat alamai.
Indonesia sebenarnya memiliki potensi alam yang sangat memadai untuk serat alami sayangya belum dimanfaatkan. Berbagai alternative serat alami bisa dengan mudah dijumpai di Negeri nan kaya ini. Seperti serat nanas, rami, rosella, agave, sansivera, dan masih banyak lagi. Meskipun serat alami tersebut masih sulit dikembangkan untuk skala industry tetapi bisa sebagai alternative khususnya tekstil kerajinan.
Serat nanas di Indonesia jika digarap secara serius memiliki potensi yang sangat besar, hal ini bisa dilihat dari angka perkebunan nanas yang sangat luas di seluruh penjuru Indonesia. Bahkan secara tradisional serat nanas sudah digunakan untuk bahan baku tekstil contohnya adalah baju adat dayak yang salah satunya menggunakan serat nanas untuk pakaian adat.
Salah satu yang menarik dari serat nanas adalah karakteristiknya, serat ini memiliki kemiripan dengan bahan sutera. Tetapi serat nanas ini cenderung kaku dan agak sulit untuk mendapatkan serat yang kompak seperti yang dikehendaki. Kelebihan dibanding kapas adalah daya serapnya, jika kapas hanya sekitar 7,8% sedangkan serat nanas lebih dari 10%.
Potensi dari limbah nanas ini sebenarnya tidak hanya untuk bahan tekstil saja tetapi bisa juga dimanfaatkan untuk bahan baku kertas, dikembangkan sebagai bahan composite sebagai reinforced plastics ataupun roofing (eternit).
Bagaimana tertarik mendaur ulang limbah nanas untuk menjadi sesuatu produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi?