Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Setiap daerah di penjuru Indonesia memiliki adat budaya dan karya seni yang mencirikan daerah tersebut, salah satunya pakaian adat. Suku-suku di berbagai pulau membuat pakaian dengan keunikan motif tersendiri yang setiap motif mengandung harapan, doa, dan makna simbolis sesuai dengan budaya masing-masing. Jika busana dari setiap adat di Indonesia dikumpulkan, kita akan melihat betapa kayanya negeri ini dengan sandang buatan sendiri.
Selain kain batik di Jawa, ditemukan pula tenun di berbagai wilayah Indoensia dari Sabang sampai Merauke. Keterampilan menenun merupakan salah satu seni yang tertua dalam peradaban manusia dengan proses pemintalan kapas, serat tanaman, atau serat ulat sutra dan menganyam menjadi kain sebagai penutup badan ataupun pelengkap dalam upacara adat.
Secara global, budaya tenun terletak di wilayah lima benua mulai dari Asia, Afrika, Australia, Eropa, hingga Amerika. Teknik menenun dengan pewarnaan alam menjadi daya tarik masyarakat mancanegara di mana teknik ini sudah banyak diaplikasikan pada penenun di Indonesia. Keanekaragaman motif dan teknik menenun di Indonesia bisa kita jumpai di sepanjang kepulauan mulai dari Jawa, Lombok, Bali, NTT, Sumbawa, Flores, Kalimantan, hingga Papua Barat.
Tenun ikat Sumba merupakan kain tenun yang mempunyai motif menarik yang berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Motif kain asal Sumba ini sudah banyak diminati di penjuru Indonesia. Proses pembuatannya cukup memakan waktu lama yakni 4 sampai 6 bulan untuk selembar kain tenun yang berukuran lebar. Pulau Sumba sendiri memiliki keindahan yang sangat megah sehingga masyarakat mancanegara mempunyai daya tarik untuk berkunjung ke Pulau Sumba, sedangkan daya tarik tenun ikat Sumba sudah sejak berabad-abad yang lalu.
Kain Sumba tidak hanya berfungsi sebagai penutup badan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tetapi berperan penting dalam penyambutan upacara adat, perayaan pernikahan, dan upacara roh yang sudah meninggal. Apabila salah satu masyarakat Sumba meninggal, jenazah akan dibaluti kain ikat Sumba dengan motif udang. Makna dari motif udang ini yaitu sebagai kebangkitan setelah kematian dan kehidupan abadi setelah dari alam baka. Kain tenun Sumba dibuat dengan motif dan warna yang bermacam-macam dan setiap motif memiliki makna tersendiri. Misal motif kuda menggambarkan kepahlawanan karena kuda adalah lambang harga diri bagi masyarakat Sumba. Sedangkan motif buaya menggambarkan kekuasaan dan kekuatan, motif burung melambangkan persatuan, dan motif ayam melambangkan kehidupan wanita.
Pewarnaan kain tenun Sumba menggunakan bahan dan pewarna alami. Proses pembentukan motifnya dimulai dengan benang-benang yang diikat jadi satu menggunakan daun gewang, seperti daun palem, agar warna pada motif berbeda dengan warna sebelumnya atau warna dasar pada kain tersebut. Agar tenun Sumba memunculkan warna yang mencolok biasanya memakai pewarna alam seperti akar mengkudu yang menghasilkan warna merah, warna biru dari nila, dan warna kuning dari kayu.