Pengujian
tekstil bertujuan untuk memeriksa kualitas dan kesesuaian bahan baku yang
digunakan apakah sudah sesuai dengan persyaratan standar yang ditentukan.
Pengujian tekstil sendiri dapat dilakukan dengan du acara yaitu dengan cara uji
microscopy dan solubility in solvent.
1.
Mikroskopik (microscopy)
Setiap saat terutama serat alam memiliki penampang lintang (cross section) yang berbeda-beda, sedangkan serat sintetis pada umumnya sama yaitu bulat kecil serat yang dimodifikasi. Pengujian dilakukan dengan cara mengamati penampang lintang (cross section) serat yang diurai dari kain dibawah mikroskop. Hasil pengamatan dibandingkan dengan standar serat yang sesuai.
2.
Serat kelarutan dalam pelarut
(solubility in solvent)
Tiap fiber memiliki sifat kelarutan dalam pelarut yang spesifik,
sehingga solubility in solvent ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis
fiber secara tepat sebagaimana microscopy.
Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan fiber yang diperoleh dari
penguraian fabric kedalam pelarut
yang sesuai dan diamati larut dan tidaknya.
Pelarut yang pada umumnya digunakan dalam pengujian adalah:
FIBER |
SOLUBILITY in SOLVENT |
Cotton |
Sulphuric acid
70% |
Rayon |
Sulphuric acid
70% |
Polyester |
Caustic 45%, metacresol,
boiled dimethylformamide (DMF) |
Nylon |
Nitric acid,
metacresol, chloride acid, sulphuric acid 70% |
Acrylic |
Nitric acid,
boiled DMF |
Polyurethane |
Insoluble |
Demikian ulasan
mengenai bagaimana cara melakukan pengamatan atau pengujian tekstil dengan cara
uji microscopy dan juga serat kelarutan dalam pelarut, semoga informasi
tersebut dapat berguna, bermanfaat, dan dapat menambah wawasan Anda.