Di setiap penyelenggaraan ajang penghargaan ataupun acara-acara bergengsi seperti Oscar, Cannes Film Festival dan Met gala, perhatian dunia selalu tertuju pada karpet merah alias red carpet. Bukan hanya siapa saja yang hadir tapi juga apa yang mereka kenakan.
Tak heran jika para selebritas berusaha tampil maksimal dengan gaun-gaun haute couture dari rumah mode terkenal. Busana-busana tersebut umumnya memiliki desain yang spektakuler dan glamour, lengkap dengan detail unik dan anti-mainstream.
Lantas, apa yang terjadi pada gaun-gaun yang melenggang di red carpet setelah acara berakhir? Simak ulasan berikut ini, yuk!
Setiap tahunnya, busana seharga puluhan hingga ratusan juta rupiah selalu menghiasi red carpet di berbagai ajang prestisius dunia. Koleksi busana dari brand-brand fashion high end seperti Dior, Versace, Valentino, Giorgio Armani, Marchessa hingga Chanel kerap jadi para public figure dan selebritas dunia.
Secara daring, busana karpet merah seperti memiliki masa kejayaan setelah dibagikan di media sosial, dibedah oleh para influencer maupun jurnalis fashion. Setelah momennya habis, nasib busana itu jarang dipublikasikan. Meski demikian, gaun mewah para selebriti ini tidak serta-merta dilupakan. Tetapi, mereka menjalani "kehidupan kedua" yang mencerminkan nilai seni dan sejarah mode.
Sumber: www.cosmopolitanme.com
Nah, berikut ini beberapa hal yang akan terjadi pada karya-karya mewah para desainer usai melenggang indah di red carpet.
Hanya pinjaman. Tahukah kamu, dibalik gaun yang melekat sempurna di tubuh para selebritas red carpet, ada desainer dan label fashion yang menunggu karya itu kembali ke lemari mereka.
Yups, banyak orang mengira bahwa selebriti membeli semua busana yang mereka kenakan di red carpet. Padahal faktanya, sebagian besar gaun hanyalah pinjaman dari desainer atau label fashion. Rumah-rumah mode terkenal seperti Valentino, Dior, dan Versace kerap meminjamkan karya-karya eksklusif mereka pada selebritas ternama sebagai salah satu strategi branding.
Setelah brand tersebut mendapat exposure di karpet merah ajang-ajang bergengsi, selebriti harus mengembalikannya dalam kurun waktu 48 jam. Jarang sekali sebuah brand mau memberikan gaun mewahnya secara cuma-cuma meskipun status mereka adalah selebriti papan atas alias A-list. Hal tersebut karena busana itu terlalu mahal untuk diberikan sebagai hadiah.
Sebagian besar gaun dikembalikan ke rumah mode dan disimpan sebagai koleksi atau arsip khusus. Namun, sebelum itu gaun perlu pembersihan menyeluruh untuk menghilangkan sisa makeup, parfum, atau minyak tubuh yang bisa merusak gaun dalam jangka panjang.
Jika kondisinya sudah benar-benar bersih, barulah gaun disimpan di area terkontrol dengan suhu dan kelembapan yang stabil untuk menjaganya tetap awet. Ia hanya akan dibawa keluar saat hendak dipamerkan atau digunakan lagi sebagai mode vintage.
Beberapa gaun yang pernah melenggang di karpet merah juga dipamerkan di galeri atau museum mode. Seperti halnya pameran "Crown to Couture" di Istana Kensington yang kerap mempelihatkan gaun-gaun ikonik dari berbagai ajang karpet merah. Ada pula gaun yang dilelang pada kolektor maupun penggemar, seperti nasib gaun Dior milik Elizabeth Taylor saat menerima Piala Oscar yang berhasil terjual di pasar lelang dengan harga $200.000.
Pakaian-pakaian tersebut diperlakukan layaknya sebuah karya seni, dimana proses pengerjaannya dilestarikan dan dikagumi dari kejauhan. Lebih dari sekedar busana, ia menjadi sebuah artefak dan sumber pembelajaran bagi para sejarawan mode di masa yang akan datang.
Beberapa selebriti tak segan untuk membeli dan menyimpan gaun yang pernah menemani mereka berjalan di red carpet. Salah satunya adalah Kim Kardashian, ia membeli hampir semua gaun Met Gala-nya. Kecuali gaun Marilyn Monroe yang ia pinjam dari Ripley's Believe It or Not! dan harus dikembalikan ke museum tersebut.
Hal serupa juga dilakukan oleh akstris sekaligus penyanyi asal Amerika, Zendaya. Ia membeli gaun Givenchy yang dipakai pada acara amal, Met Gala tahun 1996.
Beberapa busana bahkan tidak sempat pulang ke rumah mode ataupun rumah pemakainya karena tak bisa digunakan lagi. Contohnya yaitu gaun milik Balmain yang dikenakan Tyla pada gelaran Met Gala 2024 yang terpaksa dipotong usai acara karena membuatnya kesulitan bergerak.
Meskipun gaun berbalut tiga warna pasir yang dicampur dengan kancing kristal mikro itu berhasil menarik perhatian publik. Tetapi desainer Olivier Rousteing langsung menggunting rok panjang pada gaun tersebut tak lama setelah acara karpet merah agar Tyla bisa berjalan. Karena sebelumnya Tyka butuh empat pria untuk menggendongnya menaiki tangga museum. Seperti pasir waktu, gaun itu sudah tidak berguna lagi.
Selama bertahun-tahun, red carpet identik dengan keharusan tampil “baru, mewah, dan eksklusif.” Selebriti dituntut mengenakan gaun sekali pakai, hanya untuk difoto beberapa menit sebelum kemudian diganti atau disimpan.
Namun kini, makin banyak public figure, stylist, hingga rumah mode yang mulai menyadari bahwa keindahan tak harus berarti pemborosan. Tren keberlanjutan mendorong beberapa selebriti untuk mengenakan kembali gaun mereka. Rita Moreno, misalnya, mengenakan kembali gaun Oscar-nya dari tahun 1962 di Oscar 2018. Joaquin Phoenix juga memakai tuksedo yang sama di beberapa acara penghargaan pada tahun 2020.
Itu dia nasib busana-busana red carpet yang selalu lekat dengan haute couture dan rumah mode terkenal. Semoga pengetahuan ini bermanfaat, ya!