Pernahkah kamu penasaran kenapa jeans favorit kamu bisa melar mengikuti bentuk tubuh, sementara kemeja katunmu tetap kaku? Atau kenapa kaos olahraga terasa sangat lentur dan nyaman? Jawabannya ada pada tiga faktor utama yang paling berhubungan: jenis serat, struktur benang, dan teknik tenun atau rajutannya.
Serat: Si
Otot di Balik Kelenturan
Untuk memahami mengapa kain bisa “stretchy”, kita harus melihatnya dari skala terkecil, yaitu seratnya. Hal ini adalah faktor paling krusial. Beberapa serat memang diciptakan atau ditemukan dengan sifat elastis alami, sementara yang lain tidak.
·
Spandex
(Lycra/Elastane): Inilah superstar di dunia serat melar. Spandex adalah
serat sintetis yang diciptakan untuk satu tujuan: elastisitas. Serat ini bisa
meregang hingga 500% dari ukuran
aslinya dan akan kembali ke bentuk semula tanpa kehilangan kekuatannya. Karena
terlalu lentur jika digunakan dalam sendirinya, Spandex selalu dicampur dengan
serat lain, seperti katun, poliester, atau nilon. Campuran ini menghasilkan
kain yang nyaman dan melar, seperti yang kita temukan pada celana yoga,
legging, atau jeans stretch.
·
Serat
Sintetis Lain (Poliester & Nilon): Meskipun tidak se-elastis Spandex,
poliester dan nilon punya elastisitas yang lumayan baik. Serta ini sering
dugunakan pada pakaian olahraga karena kemampuannya menahan tarikan dan kembali
ke bentuk semula, sekaligus punya sifat ringan dan cepat kering.
·
Serat Alami
(Wol & Sutra): Serat alami juga punya elastisitas, meskipun
terbatas. Contohnya, wol memiliki
struktur serat yang bergelombang atau keriting secara alami. Karena itulah,
sweater wol bisa melar saat ditarik dan kembali ke bentuknya. Sementara itu,
katun, linen, dan rami cenderung punya elastisitas yang sangat rendah dan mudah
melar secara permanen jika sering ditarik.
Benang:
Menggabungkan Kekuatan dan Elastisitas
Benang adalah kumpulan dari serat-serat yang dipintal. Cara
benang ini diproduksi juga sangat menentukan kelenturan kain.
Salah satu teknik yang paling canggih adalah benang core-spun.
Bayangkan sebuah benang yang punya dua bagian: inti dan selimut. Bagian intinya
adalah serat elastis (seperti Spandex), sementara selimutnya adalah serat lain
(seperti katun) yang dipintal mengelilingi inti tersebut.
Apa fungsinya? Teknik ini menciptakan benang yang punya dua
sifat terbaik: elastisitas dari Spandex dan tekstur lembut serta kenyamanan
dari katun. Inilah yang membuat celana jeans stretch terasa seperti katun biasa, padahal punya kemampuan melar
yang luar biasa.
Struktur
Kain: Rajutan vs. Tenunan
Struktur bagaimana benang-benang disusun atau anyaman kain
juga punya peran besar. Hal ini adalah yang memberikan perbedaan antara kain
bahan kaos dan kain bahan kemeja.
·
Kain Rajut
(Knitted Fabrics): Coba perhatikan baik-baik kaos favoritmu. Kainnya
dibuat dengan satu benang yang dilingkarkan menjadi jeratan-jeratan yang saling
mengait, mirip seperti merajut sweater. Struktur seperti ini secara alami bisa
meregang karena jeratan benang bisa “membuka” dan “menutup” saat ditarik.
Inilah kenapa hampir semua kain rajut (sperti kaos, jersey, atau fleece) punya tingkat kelenturan yang
tinggi, bahakan tanpa campuran Spandex.
·
Kain Tenun
(Woven Fabrics): Sebaliknya, kain tenun dibuat dengan dua set benang
yang saling silang secara tegak lurus (vertical dan horizontal). Struktur ini
jauh lebih kaku dan rapat, sehingga kainnya tidak mudah melar. Untuk membuat
kain tenun menjadi melar (misalnya pada jeans atau kemeja stretch), produsen harus mencampur serat elastis (seperti Spandex)
ke dalam salah satu benang tenunannya.
Jadi, rahasia di balik kain yang melar bukan hanya soal
bahan, tapi juga tentang bagaimana bahan itu diolah dari serat yang lentur,
benang yang cerdas, hingga struktur rajutan yang fleksibel, semuanya bekerja
sama untuk memberikan kenyamanan dan fleksibilitas pada pakaian yang kita
gunakan sehari-hari.
Semoga artikel ini bisa menjawab rasa penasaranmu, ya!