Acetat bukanlah pemain baru di industri tekstil. Kain yang tampak berkilau dan jatuh dengan anggun seringkali terbuat dari serat asetat. Serat semi-sintetis yang mampu meniru keindahan sutra, tapi dengan harga lebih bersahabat.
Serat asetat hadir sebagai jembatan antara bahan alami dan sintetis, menggabungkan kelembutan selulosa alami yang menawarkan kilau indah, drape elegan, dan kemampuan pewarnaan luar biasa.
Dari bahan baku pulp kayu atau kapas, melalui proses kimia inovatif, lahirlah serat yang kini menjadi favorit desainer untuk pakaian formal, aksesori fashion, hingga tekstil rumah tangga.
Meski demikian, banyak orang masih belum familiar dengan asal-usul dan karakteristik serat ini. Yuk, cari tahu lebih banyak tentang serat ini!
Apa Itu Serat Acetate?
Serat asetat adalah jenis serat semi-sintetis, karena dibuat dari selulosa alami (pulp kayu) yang diolah secara kimia dengan metode asetilasi. Yaitu proses mengubah gugus hidroksil pada selulosa menjadi gugus asetil.

Sumber: https://sino-silk.com/
Dalam praktiknya, selulosa murni direaksikan
dengan asam asetat dan anhidrida asetat serta asam sulfat sehingga menghasilkan
karakteristik serat yang halus, berkilau dan terkesan jatuh. Sifat itulah yang
menjadikan asetat sebagai pilihan populer dalam pembuatan gaun, blus, dasi,
lining jas, serta tekstil rumah tangga.
Karena bahan bakunya berasal dari selulosa alami tapi diolah secara kimiawi, asetat termasuk dalam kategori serat semi-sintetik atau serat selulosa regenerasi sekunder. Serat acetate juga dijuluki "sutra buatan" karena memiliki kilau, kelembutan, dan sifat jatuh kain (drape) yang mirip sutra murbei.
Selulosa asetat pertama kali
diperkenalkan pada awal tahun 1900-an oleh dua bersaudara asal Swiss, Camille
dan Henri Dreyfus. Bukkan sebagai bahan dasar tekstil, melainkan pernis yang
tidak mudah terbakar yang digunakan untuk melapisi sayap dan badan pesawat
terbang.
Tahun 1913, barulah material ini
diproses menjadi serat tekstil. Satu tahun berselanng, Camille Dreyfus memutuskan
untuk pindah ke Inggris dan mengembangkan serat lebih lanjut. Meski sempat
tertunda karena meledaknya Perang Dunia I, asetat berhasil diproduksi oleh
British Celanese Ltd. dan diberi nama Artificial
Silk (Sutra tiruan).
Kemudian American Celanese Corporation memproduksi varian lain yang diberi nama tri-asetat. Serat ini memiliki derajat asetilasi lebih tinggi, dengan kilau lebih kuat dan sifat thermoplastik yang baik.
Baca Juga: |
Meskipun berasal dari selulosa alami, proses kimia yang mengubahnya menjadi asetat selulosa membuat serat ini memiliki karakter yang berbeda dari katun, rayon, maupun serat sintetis murni.

Sumber: https://www.cerdia.com/
Berikut beberapa karakteristik utama serat acetate:
1.
Berkilau dan halus
Ciri utama serat asetat adalah karakternya yang menyerupai
sutra. Handfeel permukaan kainnya halus, lembut dan nyaman di kulit. Kilau dan
tekstur lembutnya memungkinkan kain jatuh secara natural, menciptakan efek
drape yang anggun dan menambah nilai visual pada gaya pakaian.
2.
Daya Serap dan breathability
Secara kimiawi, asetat bersifat bisa menyerap
kelembapan meskipun tidak sebanyak serat katun. Ini membuat kain asetat relatif
cepat kering dan breathable.
3.
Kekuatan dan Ketahanan
Kekuatan tarik dan ikatan antar molekul serat asetat tak
sebaik serat polyester atau nilon, terutama ketika kain basah. Kain acetat pun
jadi lebih rentan sobek saat ditarik atau diregangkan secara ekstrem. Namun, serat
ini cukup tahan terhadap serangan jamur atau ngengat.
4.
Sifat Termal
Salah satu karakter paling menonjol yang dimiliki
asetat adalah sifat thermoplastiknya. Asetat akan lengket pada suhu 177ºC,
sedangkan Triasetat melunak pada suhu 300ºC. Ini memungkinkan pembentukan
detail lipatan, pleats, atau drape dengan bantuan panas.
5.
Pewarnaan (Dyeability)
Kemampuan menyerap (dyeability) asetat sangat baik. Menghasilkan warna yang cerah,
tajam, dan stabil untuk pakaian dan aksesori estetika tinggi. Agar hasilnya
optimal, asetat memerlukan jenis pewarna bejana seperti disperse dye.
Kelemahan terbesar asetat adalah ketahanan warna yang
buruk terhadap gas atmosfer. Bahkan perubahan warnanya bisa cukup ekstrem, seperti
warna abu-abu dan biru yang berubah menjadi merah muda, merah, atau ungu.
6.
Kelenturan dan Drape
Kelembutan serat asetat membuat kainnya sangat
fleksibel dan jatuh mengikuti lekuk tubuh. Daya drape yang tinggi menjadikan
asetat pilihan ideal untuk gaun malam, rok pleated, atau blus flowy.
7.
Ketahanan Listrik Statis
Dibanding serat sintetis lain, asetat memiliki
kecenderungan menimbulkan listrik statis yang rendah. Artinya, kain ini
tidak mudah menarik debu atau menempel pada tubuh.
Tampilan acetate yang elegan,
ringan dan berkilau layaknya sutra menjadikannya pilihan ideal untuk industri fashion,
tekstil interior hingga sektor industrial. Berikut penggunaannya:
Dengan karakteristik bahan yang licin, ringan, dan
tidak mudah menimbulkan listrik statis, kain cocok digunakan untuk furing jas,
blazer, kebaya, rok atau jaket.
Sebagai alternatif sutra, acetat dibekali kilau lembut
serta drape yang sangat baik. Cocok diaplikasikan untuk membuat evening dress, blus
dan gaun.
Karakter warna acetate yang cerah, stabil dan tidak
mudah pudar membuatnya ideal digunakan dalam produksi aksesoris fashion seperti
dasi, syal, pita, kerudung serta ornament busana.
Acetate juga bisa digunakan sebagai material dekoratif
seperti tirai / gorden, taplak meja atau kain pelapis furniture. Efek jatuhnya
memberi kesan elegan di setiap ruang.
Meskipun berbeda bentuk, bahan kimianya tetap berbasis
selulosa asetat juga digunakan dalam produksi filter rokok, ujung spidol, pita
dan kartu remi.
Itu dia
penjelasan tentang sejarah, karakteristik serta penggunaan serat acetat yang telah
menjembatani kesenjangan antara bahan alami dan sintetis. Meskipun memiliki
beberapa kelemahan dalam hal daya tahan dan ketahanan panas, inovasi yang
berkelanjutan terus meningkatkan kinerjanya. Semoga pengetahuan ini bermanfaat,
ya!
Mengenal Serat Acetate, Karakteristik dan Pemanfaatannya
Kenapa Banyak Karakter Kartun Klasik Memakai Sarung Tangan Putih? Ini Makna dan Sejarahnya
Berapa OZ yang Tepat? Yuk, Pahami Variasi Ketebalan Kain Denim
Accidental Fashion, Disaat Ketidaksengajaan Mengubah Alur Cerita
Kenapa Fashion 80-an Masih Mendominasi di 2025? Nostalgia, Siklus Tren, dan Budaya Pop
Rahasia Gelap Pewarna Denim, Bahaya Anilin di Balik Birunya Indigo Konvensional
Fashion Fusion, Tren Mode Hybrid yang Mengubah Cara Berpakaian
Masih Layak Nggak, Sih, Gaya Sweater Disampir di Bahu?
Apa Itu Sepatu Mocassin? Fakta, Sejarah dan Ciri Khasnya
Get The Look! 7 Inner Blazer yang Wajib Kamu Coba!