BahanKain.com - T-shirt atau kaos adalah salah satu jenis pakaian yang sangat digemari oleh seseorang. Umumnya, kaos oblong didesain tanpa kancing, kerah ataupun saku. Berlengan pendek dengan pola leher yang berbentuk bundar. Asal mula penamaan T-shirts ini tidak diketahui pasti. Tetapi teori yang paling umum menjelaskan bahwa pemberian nama T-shirts merujuk pada bentuk kaos yang menyerupai huruf “T”. Ada juga yang beranggapan bahwa istilah T-shirt berasal dari kebiasaan pasukan militer Inggris yang menggunakan jenis pakaian ini sebagai “training shirt”.
Awalnya, penggunaan kaos oblong hanya sebagai baju rangkap atau pakaian dalam. Namun saat ini kaos oblong justru menjadi pakaian sehari-hari yang cocok untuk semua kategori usia. Dari bayi, anak-anak, remaja hingga orang dewasa.
Sejarah dimulai usai Perang Dunia II, dimana T-shirts sering digunakan oleh para veteran sebagai setelan atasan untuk celana seragam. Gaya kasual ala veteran ini pun semakin popular pada tahun 1950-an, tepatnya saat Marlon Brando mengenakan kaos oblong dalam sebuah pentas teater yang berjudul “A Streetcar Named Desire” karya Tenesse William. Pertunjukkan ini diadakan Amerika Serikat, tepatnya di Kota Broadway.
Baca Juga:
Potensi Bisnis Kaos Polos Yang Menjanjikan
Saat berlakon diatas panggung terater, Marlon Brando mengenakan T-shirt berwarna abu-abu untuk memerankan tokoh Stanley Kowalsky. Penonton pun dibuat terpukau karena T-shirt abu-abu yang dipakainya seolah menggambarkan karakter tokoh itu dengan begitu sempurna. Dibalik semua itu, ternyata ada juga yang beranggapan bahwa pemakaian kaos oblong adalah sebuah tindakan yang kurang ajar. Akhirnya, kejadian ini pun memunculkan pro dan kontra mengenai penggunaan kaus oblong.
Sebagian orang terutama mereka yang sudah dewasa menilai penggunaan kaus oblong ini kurang pantas untuk busana luar. Tapi hal ini tidak berlaku untuk kaum muda, mereka menganggap kaos oblong sebagai lambang kebebasan sehingga banyak kaum muda yang dilanda demam kaus oblong.
Herannya, pro dan kontra ini justru menjadi ujung tombak meroketnya popularitas kaus obong dalam perkembangan dunia mode dan fashion. Hal ini membuat beberapa perusahaan mulai memberanikan diri untuk menjajaki pangsa pasar kaus oblong. Jumlahnya pun tak tanggung-tanggung, mereka memproduksi kaus oblong secara besar-besaran.
T-shirts Menjadi tren anak muda
Sekitar tahun 1961,Demam kaos oblong mulai beranjak dan menguasai para penduduk di seluruh benua Amerika dan Eropa. Apalagi ketika aktor James Dean mengenakan kaos oblong saat memainkan peran di film “Rebel Without A Cause”. Pemandangan inilah yang membuat eksistensi kaos oblong atau T-shirt semakin kukuh.
Baca Juga:
Warna Kaos Yang Wajib Kamu Punya Untuk Tampil Classy
Perlahan namun pasti, T-shirt menjadi bagian dari busana keseharian yang tidak hanya dikenakan sebagai baju dalam, tetapi juga untuk pakaian sehari-hari. Pada pertengahan tahun 50an, T-shirt sudah menjadi bagian dari trend fashion dunia. Tapi, T-shirt benar-benar menjadi state of fashion pada tahun 60an ketika kaum hippies merajai dunia,. Kaos oblong sebagai gambaran anti kemapanan dan kaum hippies menggunakan T-shirt/kaos ini sebagai salah satu simbolnya.
Follow Instagram @bahankain.com untuk updated Info, Tips 'n Trik serta berbagai promo menarik seputar dunia Fashion!
Gerakan revolusi T-shirt terjadi secara besar-besaran saat para penggiat bisnis juga menyadari bahwa T-shirt dapat menjadi media promosi yang amat efektif dan efesien. Mengingat segala persyaratan sebagai media promosi yang baik ada di T-shirt. Mulai dari murah, mobile, fungsional, dapat dijadikan souvenir, dan masih banyak lagi.
Baca Juga:
Disaat yang bersamaan, kelompok-kelompok tertentu seperti hippies, komunitas punk, hingga organisasi politik, juga mulai menyadari bahwa T-shirt dapat menjadi media propaganda yang sempurna. Statement apapun dapat tercetak diatasnya, tahan lama, dan penyebarannya mampu melewati batas-batas yang tidak dapat dicapai oleh medium lain, seperti poster, spanduk, ataupun selebaran.
Dengan segala kesempurnaannya, T-shirt tidak lagi dianggap sepele. Jelas, secara fungsional saja benda tersebut memiliki peran sebagai sebuah produk sandang. Namun dibalik semua itu, T-shirt menyimpan berbagai keunggulan yang melebihi fungsi dasarnya. Desain T-Shirt juga terus beranjak seiring perkembangan ilmu pengetahuan manusia dan teknologi yang memang terus bergerak maju.
Belakangan ini sejarah T-shirt kembali mencatat desain dan teknik baru dalam sejarah pembuatan motif pada kaos. Ada motif tie dye yang lekat dengan flowers generation, dengan T-Shirt sobek yang lekat dengan komunitas punk. Selain itu, ada T-shirt yang didesain polos ada pula desain typohraphy yang mencolok.
Perkembangan T-Shirt Di Indonesia
Sejarah T-shirt di Indonesia dimulai sejak model kedatangan oleh orang-orang Belanda yang menganakan model pakaian ini. Ketika itu perkembangan T-shirt tidak begitu pesat, karena mempunyai nilai gengsi tingkat tinggi, dan teknologi pemintalan Indonesia yang masih menggunakan cara-cara tradisional. Permasalahan inilah yang menjadikan T-shirt sebagai barang berharga karena harganya memang cukup mahal dan hanya dimiliki oleh orang-rang tertentu saja.
Namun, perkembangan kaos oblong terlihat cukup signifikan pada awal tahun 1970. Bahkan pada masa itu kaos oblong sudah merambah ke segenap pelosok pedesaan. Meski, wujudnya masih konvensional dan berwarna putih. Pembuatannya masih menggunakan bahan katun halus yang tipis yang melekat ketat di badan dan hanya dikhususkan untuk kaum pria.
Pada masa itu, ada beberapa merk yang cukup terkenal seperti merk Kembang Manggis, Swan, Cabe Rawit, dan masih banyak lagi. Bahkan tren kaos oblong ini turut direkam oleh seorang Kartunis GM Sudarta melalui tokoh Om Pasikom dan kemenakannya, dengan judul “Generasi Kaos Oblong” yang dimuat di Harian Kompas, tanggal 14 Januari 1978.
Dua tahun berselang tepatnya tahun 1980, produksi kaos oblong dikuasai oleh industri kreatif sehingga muncullah merk-merk baru yang masih eksis hingga saat ini. Diantaranya yaitu merk JOGER dari Bali, DAGADU dari Jogja dan C59 yang berasal dari kota Bandung. Brand-brand kaos ini sangat identik dengan desain yang unik dan sangat menarik.
Tak berhenti disitu saja, melihat peminatnya yang begitu ramai dan prospek yang sangat menjanjikan, kaum muda nan kreatif pun tak mau kalah saing. Tahun 1990, menjadi awal mula munculnya Distro Clothing. Insan-insan kreatif menjual kaus yang didesain sendiri, dibuat sendiridan dijual di toko seniri sehingga produk mereka terlihat eksklusif.
Distro adalah singkatan dari “Distribution Outlet” yaitu toko yang menjual dan mendistribusikan barang-barang unik. Produk yang dijual pun tak hanya kaos, tapi ada juga hoodie, tas, topi serta berbagai pernak-pernik lainnya. Sampai sekarang, ada banyak sekali brand-brand pakaian distro seperti Three Second, KickChick, Erigo, Greenlight, PSD, RSCH dan lain sebagainya.