Berbicara soal batik pasti tidak ada habisnya. Ya memang, batik merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki Indonesia yang sungguh memikat. Keindahan dari corak batik dan filosofi yang dimiliki, membuat UNESCO menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi.
Kekayaan batik Indonesia kini telah menyebar di seluruh Nusantara. Tak hanya batik dari Pekalongan, Yogyakarta, atau Solo saja yang terkenal dengan sentra kerajinan batiknya. Hampir seluruh daerah di Indonesia juga memiliki batik dengan ciri khas dan filosofinya masing-masing, salah satunya batik dari Pamekasan.
Pamekasan merupakan sebuah kabupaten di Pulau Madura yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Dimana kabupaten ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di bagian utara, di bagian selatan dengan Selat Madura, di bagian timur dengan Kabupaten Sumenep, dan di bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Sampang.
Kain Batik yang berasal dari Pamekasan Madura mulai dikenal masyarakat pada abad ke16 dan 17. Ini bermula ketika terjadi peperangan di Pamekasan antara Raden Azhar melawan Ke’ Lesap. Ketika peperangan terjadi, Raden Azhar menggunakan pakaian batik dengan motif parang. Sejak saat itu, batik menjadi perbincangan masyarakat Madura, terutama di daerah Pamekasan.
Batik Pamekasan merupakan salah satu potensi perbatikan di Pulau Madura yang dapat dikembangan. Pasalnya sumber daya manusianya sudah sangat handal dan kreatif dalam mengembangan motif-motif batik yang sudah ada.
Pamekasan dikenal dengan batik yang memiliki warna-warna cerah seperti kuning, ungu, orange, hijau, dan warna-warna pop lainnya. Hal ini yang membedakan dengan batik daerah Yogya dan Solo yang umumnya menggunakan warna cokelat atau biru tua.
Begitu juga dengan motif batik Pamekasan yang sangat variatif. Motif merupakan bagian terpenting dari selembar kain batik. Karena goresan canting dan gerakan ketika membuat pola ini melibatkan emosi, pikiran yang beradu dengan skill. Ragam motif batik Pamekasan Madura banyak terinspirasi dari tumbuhan, binatang laut, dan imajinasi dari si pembatik. Motif-motif tersebut antara lain yaitu:
Motif Per Ghapper
Ghapper atau biasa disebut kupu-kupu merupakan simbol cinta abadi. Motif ini sering dipakai dalam acara pernikahan, harapannya cinta dari pasangan pengantin dapat menjadi cinta yang abadi.
Motif Sidomukti Merak Pagi Sore
Motif ini menggambarkan filosofi keseimbangan di Pamekasan karena adanya pengaruh dari Jawa. Pengaruh tersebut salah satunya unsur budaya.
Motif Tong Centhong
Motif Tong Centhong atau sendok nasi dahulu dibuat dengan bahan kayu dan bentuknya cukup besar. Pada motif ini tersimpan sejarah tentang Ke’ Lesep yang merupakan tokoh pahlawan dari Pamekasan.
Motif Sabet Rante
Sabet Rante atau Sabet Manik tersebut memiliki makna bahwa pihak laki-laki telah mengikat calon pengantin perempuan. Motif ini sering dipakai untuk acara lamaran.
Motif Reng Perreng
Motif Reng Pereng atau Pring Sedapur ini menggambangkan tentang bambu yang banyak dijumpai di daerah Pamekasan. Motif batik ini cocok digunakan untuk pasangan yang sudah menikah karena menggambarkan suatu keharmonisan, seperti halnya pohon bambu yang tumbuh secara berkumpul.
Sudah tak diragukan lagi bahwa batik dari Pamekasan memiliki motif-motif yang sangat indah. Dibalik keindahan, motif-motif tersebut juga mengandung filosofi yang sangat dalam. Oleh karena itu, batik asli Pamekasan perlu untuk tetap dijaga kelestariannya.