Siapa sih yang nggak tahu detail plisket
alias pleated? Detail lipatan
berulang atau yang lebih populer dengan sebutan lipit ini bisa kamu temukan
pada berbagai model pakaian seperti rok, gamis hingga gaun. Salah satu
penerapan teknik plisket yang paling legendaris dan menjadi ikon dalam sejarah
mode ialah gaun Delphos alias Delphos gown.
Tidak hanya bagian bawahan atau
atas, tapi seluruh permukaan gaun ini benar-benar berupa lipitan kain kecil
yang tersusun rapi. Delphos Gown bukan sekadar pakaian, melainkan sebuah
pernyataan seni serta pembebasan gaya berbusana kaum wanita.
Sejarah menyebut Gaun Delphos sudah
ada sejak awal tahun 1900-an, ketika tren mode masih dikungkung oleh korset yang
kaku dan gaun berlapis-lapis. Penciptanya adalah sepasang seniman dan desainer asal
Prancis, Mariano Fortuny Madrazo dan istrinya, Henriette Negrin. Dimana Negrin
menjadi perancang utama dan Fortuny yang mengajukan paten untuk teknik
manufaktur atas namanya sendiri.
Delphos gown terinspirasi dari
chiton, tunik longgar yang populer pada zaman Yunani kuno. Busana ini merupakan
salah satu upaya unuk membebaskan tubuh wanita dari batasan-batasan mode
Victoria yang menyiksa. Gaun Delphos menjadi titik awal dari era modernisme
dalam dunia mode yang memprioritaskan kebebasan, kenyamanan, dan keindahan
alami tubuh.
Meksipun Fortuny seringkali disebut sebagai desainer tunggal delphons gown, namun dokumen paten tahun 1909 yang ia ajukan turut mencantumkan nama Henriette Negrin.
Keunikan gaun ini terletak pada teknik
pleating (lipit) yang sangat halus dan fleksibel. Pleat tersebut dibuat
secara manual dengan teknik khusus yang hingga kini masih dianggap misterius
karena Fortuny tidak pernah membocorkan rahasianya.
Selain itu, berikut beberapa
fakta unik mengenai gaun Delphos.
1. Terinspirasi dari patung Yunani kuno
Nama ‘delphos’ terinspirasi dari patung Yunani
kuno, Auriga de Delfos (Charioteer of
Delphi). Ada pula yang mengungkap bahwa istilah ‘Delphos’ diambil dari kota
Delphi di Yunani yang dikenal sebagai pusat seni dan budata.
Sejak tahun
1970-an, gaun Delphos menjadi salah satu model busana vintage yang diincar
dan dikoleksi para penggemar mode klasik. Bahkan harga gaun ini sempat mencatat
rekor sebagai gaun termahal di dunia setelah terjual dengan harga $ 10.000 pada
bulan Desember 2001. Gaun ini bukan sekedar pakaian, melainkan simbol kembalinya
keanggunan era klasik.
2. Ciri khas Delphos Gown
Delphos gown adalah salah satu gaun paling ikonik dalam sejarah mode, dikenal karena keanggunan dan desainnya yang revolusioner. Gaun ini menolak tren mode yang kaku pada zamannya, yang masih didominasi oleh korset.
Alih-alih membatasi tubuh, Delphos gown justru merayakan keindahan alami dengan siluet yang longgar dan mengali. Berikut ciri khas gaun Delphos:
·
Lipitan
halus (pleating). Ini adalah
fitur yang paling menonjol. Gaun Delphos terbuat dari sutra halus yang dilipat
secara vertikal dan sangat rapat. Metode pelipatan yang tepat adalah rahasia
yang dijaga ketat oleh Fortuny dan Negrin, dan hingga kini belum ada yang bisa
mereplikasi efeknya dengan sempurna. Lipitan ini memberikan kesan aliran yang
lembut dan menempel alami pada bentuk tubuh tanpa korset.
·
Siluet Sederhana. Gaun ini memiliki
siluet berbentuk kolom atau tabung yang longgar, dengan potongan yang sangat
minim. Bentuk dasarnya terdiri dari empat hingga lima potongan kain sutra yang
dijahit menjadi satu.
·
Desain
minimalis tapi elegan. Delphos Gown didesain mempunyai atau tanpa lengan,
serta bisa dikenakan dengan ataupun tanpa sabuk. Keindahan dan daya tarik gaun
ini terletak pada lipatan kain yang mengikuti gerakan tubuh, menciptakan kesan
elegan serta keanggun saat bergerak.
·
Detail
manik-manik Murano. Sepanjang jahitan samping dan di bagian tali serut
leher dan lengan, terdapat manik-manik kaca Murano. Selain sebagai hiasan,
manik-manik ini berfungsi sebagai pemberat agar gaun jatuh dengan anggun dan
mengikuti lekuk tubuh.
3. Teknik fortuny pleating
Gaun ini terlahir
dari eksperimen Mariano Fortuny untuk menciptakan lipatan yang sempurna pada
kain sutra. Dari situ, ia mengembangkan metode lipatan inovatif yang kemudian
populer dengan sebuatan "Fortuny
pleating".
Detail lipit
(pleat) tersebut dibuat secara manual menggunakan teknik khusus yang hingga
kini masih menjadi misteri karena Fortuny tidak pernah membocorkan rahasianya.
4. Simbol pembebasan perempuan
Pada masanya, Delphos Gown dianggap berani dan bahkan
kontroversial. Saat itu, perempuan masih terbiasa memakai gaun dengan korset
ketat dan rok berlapis. Fortuny hadir membawa napas baru—gaun sederhana,
nyaman, dan bebas. Desain ini memberi ruang bagi perempuan untuk bergerak tanpa
belenggu, sekaligus menonjolkan keindahan tubuh alami.
Tak heran, Delphos Gown kemudian menjadi simbol
pembebasan perempuan dari aturan berpakaian yang kaku.
5. Warisan mode yang timeless
Hingga kini, Delphos Gown dianggap sebagai masterpiece abadi. Banyak desainer
modern terinspirasi dari lipit dan siluetnya, mulai dari pleated dress di
runway haute couture hingga busana ready-to-wear.
Gaun ini membuktikan bahwa desain sederhana namun jenius bisa melampaui tren
dan waktu.
Sejak kemunculannya, Delphos Gown menjadi favorit banyak
tokoh terkenal, mulai dari Isadora
Duncan (penari modern), Sarah
Bernhardt (aktris legendaris), hingga Peggy Guggenheim (kolektor seni). Bahkan hingga abad ke-21, gaun
ini masih sering muncul di pameran mode dan koleksi museum bergengsi.
Delphos gown menjadi salah satu
mahakarya dalam sejarah mode. Desainnya yang tak lekang oleh waktu dan fokus
pada bentuk alami tubuh menginspirasi banyak desainer modern. Karya Fortuny ini
kini menjadi barang koleksi yang sangat dicari dan sering dipamerkan di
berbagai museum mode di seluruh dunia.