Dalam dunia mode, ada istilah yang cukup sering terdengar: fashion faux pas. Secara sederhana, istilah ini berarti “kesalahan dalam berbusana” atau blunder dalam gaya. Meski setiap orang bebas mengekspresikan diri lewat pakaian, tetap ada beberapa hal yang dianggap tidak selaras, membingungkan, atau bahkan merusak keseluruhan penampilan. Yuk, kita bahas lebih rinci tentang apa itu fashion faux pas, contohnya, dan bagaimana cara menghindarinya.
Apa Itu
Fashion Faux Pas?
Kata “faux pas” berasal dari bahasa Prancis yang berarti
“langkah salah.” Dalam konteks fashion, istilah ini merujuk pada situasi ketika
seseorang mengenakan pakaian atau aksesori yang dianggap tidak tepat – baik
karena tidak sesuai aturan berpakaian (dress
code), tidak cocok secara estetika, atau bertabrakan dengan konteks sosial.
Meskipun mode bersifat subjektif, ada norma tidak tertulis
yang sering menjadi acuan. Misalnya, memakai sandal jepit ke acara pernikahan
formal jelas dianggap faux pas, meski
sandal tersebut nyaman.
Contoh
Fashion Faux Pas yang Umum Terjadi
1. Memakai pakaian yang tidak sesuai acara: Misalnya
datang ke wawancara kerja dengan kaos oblong dan celana pendek bisa
meninggalkan kesan kurang profesional. Sebaliknya, mengenakan gaun pesta di
acara santai juga terlihat berlebihan.
2. Padu padan warna yang tabrakan:
Warna-warna kontras bisa terlihat menarik jika dipadukan dengan tepat. Namun,
kombinasi yang salah – misalnya hijau neon dengan oranye terang – lebih sering
membuat mata sakit ketimbang terlihat modis.
3. Ukuran pakaian yang salah: Pakaian
terlalu ketat bisa membuat tidak nyaman, sementara pakaian yang terlalu longgar
dapat memberi kesan “tenggelam”. Kedua kondisi ini sering dianggap faux pas karena mengganggu proporsi
tubuh.
4. Socks and
sandals: Yang satu
ini adalah kesalahan gaya klasik yang sering diperdebatkan. Memakai kaus kaki
bersama sandal biasanya dianggap no-go
dalam fashion modern, kecuali memang dijadikan bagian dari gaya streetwear tertentu.
5. Over-accessorizing: Aksesori bisa menyempurnakan gaya,
tapi terlalu banyak mengenakan kalung, cincin, atau gelang sekaligus malah
menciptakan kesan berantakan.
6. Mengabaikan dress
code formal: Misalnya, datang ke pesta gala tanpa jas atau gaun
yang pantas. Mengabaikan dress code
bisa dianggap tidak menghargai penyelenggara acara.
Faktor
Sosial dan Budaya
Menariknya, fashion faux pas tidak bersifat universal. Apa
yang dianggap salah di satu budaya bisa saja diterima di budaya lain.
Contohnya, memakai putih di pesta pernikahan di Barat bisa dianggap menyaingi
pengantin, tetapi di beberapa tradisi Asia, warna putih justru identik dengan
kesederhanaan atau duka cita.
Oleh karena itu, memahami norma budaya dan konteks sosial
sangat penting agar tidak terjebak dalam kesalahan gaya.
Perkembangan
Fashion: Dari Faux Pas Jadi Tren
Selayaknya tren gaya mode yang selalu berputar, begitu pula persepsi
penampilan yang dianggap faux pas juga
akan mengikuti perubahan fashion. Apa yang dulu dianggap kesalahan fatal, tapi
kini semakin banyak yang berubah menjadi tren bisa kembali sebagai gaya baru.
Misalnya:
·
Double
Denim: Dulu dianggap faux pas,
kini jadi gaya retro yang bangkit lagi.
·
Kaus Kaki
dan Sandal: Memakai kaus kaki dengan sandal dulu sering dicap aneh dan
kurang pantas. Namun sekarang gaya ini justru menjadi banyak kita jumpai di
jalanan.
·
Crocs: Dulu alas
kaki ini dipandang terlalu kasual, sekarang justru masuk ke dunia high fashion
lewat kolaborasi dengan desainer ternama.
·
Mixing
Prints: Tabrak motif dulu disebut berantakan, sekarang jadi bentuk
ekspresi diri yang dihargai di fashion week.
Perubahan ini menunjukkan bahwa faux pas sering kali hanya soal persepsi zaman. Semu amembuktikan
bahwa dunia mode itu selalu dinamis.
Baca Juga:Evolusi Jaket Denim, Dari Mode Koboi Jadi Pakaian Fashionable |
Tips
Menghindari dan Memainkan Fashion Faux Pas
1. Kenali acara dan dress code: Selalu
sesuaikan pakaian dengan jenis acara. Jika ragu, pilih outfit yang lebih netral
dan elegan. Beberapa gaya memang sudah diterima lebih luas, tapi tetap penting
menyesuaikan dengan situasi.
2. Utamakan keseimbangan: Jangan
biarkan satu elemen outfit terlalu mendominasi. Misalnya, jika sudah memakai
pakaian dengan motif ramai, pilih aksesori yang sederhana.
3. Pahami warna dan proporsi: Pelajari
teori warna dasar agar bisa memadukan dengan lebih percaya diri. Pastikan juga
ukuran pakaian sesuai dengan bentuk tubuh.
4. Fokus pada kenyamanan: Fashion
tidak melulu soal gaya, tapi juga kenyamanan. Jika kamu merasa tidak nyaman,
itu akan terlihat dalam penampilanmu.
5. Eksperimen dengan percaya diri: Kalau mau
mencoba gaya “tabrak aturan”, pastikan kamu merasa nyaman. Rasa percaya diri
bisa mengubah blunder jadi statement.
6. Ikuti tren, tapi tetap pilih sesuai karakter: Tidak
semua yang dulu dianggap faux pas
lalu cocok dipakai semua orang. Pilih yang bisa mewakili dirimu.
Kesimpulannya, fashion faux pas bukanlah “dosa besar” dalam
berbusana, melainkan lebih kepda aturan tidak tertulis yang membantu seseorang
tampil lebih rapi, pantas, dan sesuai konteks. Meski begitu, mode tetaplah
ruang kebebasan berekspresi. Jadi tidak ada salahnya untuk sesekali melanggar
aturan, selama kamu melakukannya dengan percaya diri dan sadar akan
konsekuensinya.
Pada akhirnya, fashion adalah soal bagaimana kamu merasa
nyaman sekaligus menghargai situasi sosial. Hindari faux pas yang jelas merusak
penampilan, tapi jangan takut juga untuk mereksperimen dengan gaya unikmu
sendiri.
Bahankaincom menyediakan berbagai jenis Bahan Fashion dengan kualitas terbaik!