Bahankain.com - Warna membuat suatu barang atau benda menjadi lebih menarik, termasuk pada pakaian. Tak heran jika pewarna tekstil banyak jenisnya, termasuk pewarna sintetis dan alami. Banyak industri menggunakan pewarna kimia atau sintetis karena memang lebih praktis dan dari segi harga lebih ekonomis. Namun dengan menggunakan pewarna kimia dampak terhadap lingkungan sangat buruk, dan mereka beralih ke pewarna alami yang lebih aman.
Tumbuhan bisa menghasilkan warna yang mengagumkan. Sejatinya pewarna alami merupakan pewarna yang berasal dari ekstrak tumbuhan seperti bagian daun, batang, bunga, maupun biji. Hasil warna dari tumbuhan ini tidak jauh beda dengan pewarna kimia, meskipun warna sintetis lebih banyak pilihan warnanya. Beberapa jenis tanaman yang menghasilkan pewarna untuk tekstil diantaranya adalah teh, secang, kunyit, tanaman indigofera, kulit manggis dan yang tak kalah menarik yaitu kulit buah jalawe.
Jalawe merupakan jenis tumbuhan yang memiliki Bahasa latin Terminalia Bellerica. Pohon Jalawe memiliki tinggi antara 30 sampai 40 meter dengan ketebalan pohon bisa mencapai 2 sampai 3 meter. Bentuk batangnya lurus dan daun yang luas berkerumun di dekat ujung batang. Sedangkan buah jalawe berbentuk oval dan berbiji, buahnya berdiameter 1-2 cm dan berwarna coklat sedikit abu-abu gelap. Pohon jalawae memiliki bunga berwarna kuning kehijauan.
Selain dimanfaatkan untuk pewarna alami, tanaman Terminalia bellerica juga dapat digunakan sebagai obat-obatan. Namun buah jalawe sering digunakan dalam pewarnaan alami batik. Kain batik yang diwarnai dengan jalawe akan menghasilkan warna coklat. Untuk menghasilkan warna yang sempurna, pencelupan dengan pewarna alami harus dilakukan berkali-kali. Sifat natural dari tumbuhan dapat menghasilkan warna-warna yang unik pada kain. Pewarnaan pada kain batik biasanya di kombinasikan dengan pewarna alami lainnya, tidak hanya dengan ekstrak kulit buah jalawe saja.
Membuat pewarna tekstil dari buah jalawe dilakukan dengan teknik ekstrasi. Dimana kulit buah jalawe dipotong kecil kecil, dan direbus dengan air. Rebus sampai volume air menyusut, jika menghendaki warna yang pekat sebaiknya rebus hingga volume air diperkecil lagi. Sehingga pigmen warna pada kulit buah jalawe telah keluar dengan ditunjukkan dengan air rebusan yang telah berwarna. Kemudian saring hasil dari ekstraksi tersebut untuk memisahkan ampas dengan air.
Keuntungan dari penggunaan pewarna alami ini adalah tidak adanya efek samping bagi kesehatan dan limbah yang dihasilkan juga eco friendly. Beberapa pewarna alami juga berperan sebagai zat antimikrobia, salah satunya pewarna dari buah jalawe. Namun dibalik keuntungan tersebut, juga terdapat kekurangan yaitu pewarnaanya yang kurang cerah, dalam pengaplikasian juga kurang luas, dan kain yang menggunakan pewarna alami lebih mahal.
Kain dengan pewarna alami yang tentu ramah lingkungan, umumnya cenderung cepat memudar jika dicuci dengan sabun detergen biasa. Oleh sebab itu agar warnanya tetap terjaga dengan baik, gunakanlah sabun cuci alami seperti buah lerak yang difungsikan sebagai detergen tradisional. Untuk lebih detail tips merawat batik pewarna alami bisa dibaca pada artikel "Tips Merawat Batik Pewarna Alami"