Sulaman Otomi, atau yang
juga dikenal dengan nama Tenango, adalah salah satu warisan budaya
paling berharga di dataran tinggi Meksiko. Kerajinan bordir tradisional ini
bukan sekadar hiasan kain, melainkan cerminan dari kekayaan budaya,
keberlanjutan serta kreativitas komunitas etnis Otomi. Perpaduan warna-warna cerah
dan motif yang unik menciptakan karya sulam yang memikat hati para pencinta
seni dan fesyen di seluruh dunia.
Seiring perkembangannya, bordir
otomi bisa dengan mudah ditemukan pada pakaian, taplak meja, sarung bantal, wall-décor serta produk tekstil lainnya.
Berakar dari tradisi serta kepercayaan masyarakat Otomi, tidak hanya membuat
detail sulaman ini tampak indah secara visual, tetapi juga kaya akan makna budaya.
Pembuat sulaman ini adalah
masyarakat suku Otomi, Ñuhu atau Hñähñ, sebuah kelompok masyarakat adat tertua
dan paling kompleks di Mesoameria. Mereka tinggal di dataran tinggi dan lembah
Meksiko Tengah, terutama di wilayah negara bagian Hidalgo. Komunitas Otomi juga
tersebar di wilayah lain seperti EdoMex, Tlaxcala, Puebla, Veracruz, Querétaro,
San Luis Potosí, Guanajuato, dan Michoacán.
Secara historis, sulaman Otomi
termasuk salah satu kebudayaan Mesoamerika yang paling tua dan kompleks.
Meskipun dihadapkan dengan tantangan modernisasi dan asimilasi budaya,
masyarakat Otomi berhasil mempertahankan bahasa dan tradisi mereka hingga kini.
Bahasa Otomi pun terbagi menjadi empat cabang utama dengan variasi dialek yang berbeda. Tetapi dalam praktiknya, semua komunitas tetap memiliki kesamaan budaya. Keterampilan menyulam dan menenun adalah upaya mereka untuk tetap menjaga identitas dan kekayaan budaya antar generasi.
Sulaman Otomi bukanlah kerajinan
yang muncul begitu saja. Akar tradisinya bisa ditelusuri hingga periode
pra-Hispanik di Mesoamerika. Ciri khas bordir ini terletak pada elemen
bergambar yang disusun secara simetris, menampilkan flora, fauna, dan bentuk
abstrak dengan perpaduan warna-warna cerah. Motif tersebut diyakini
terinspirasi dari lukisan gua dan potongan kertas amate yang dibuat
oleh tabib di wilayah mereka. Desain sulaman Otomi juga memperlihatkan pengaruh
dari budaya Aztek dan Spanyol.
Namun, teknik dan desain sulaman
otomi mengalami evolusi signifikan setelah kedatangan bangsa Eropa yang
memperkenalkan teknik bordir baru. Titik balik utama dalam sejarah sulaman ini
terjadi pada tahun 1960-an, ketika wilayah Hidalgo dilanda kekeringan dan krisis
ekonomi parah.
Di tengah situasi sulit ini,
masyarakat Otomi di sebuah komunitas kecil bernama San Nicolas di wilayah Tenango
de Doria menemukan solusi kreatif. Mereka mulai mengembangkan gaya bordir
yang lebih sederhana dan praktis, yang kemudian dikenal sebagai Tenango.
Awalnya, para pengrajin mencoba
membuat blus tradisional yang rumit, namun prosesnya memakan waktu lama dan
sulit dijual dengan harga yang layak. Untuk mengatasi masalah ini, mereka
mengalihkan fokus ke kain datar yang lebih mudah diproduksi dan dipasarkan,
seperti taplak meja, sarung bantal, dan tirai. Selain menyelamatkan mereka dari
kesulitan ekonomi, Sulaman Tenango juga bisa dikenal luas dan mendapatkan
pengakuan berkat keunikan desainnya.
Pekerjaan bordir ini dilakukan
secara turun-temurun oleh perempuan Otomi. Hingga kini, sebagian besar bordir
Otomi masih dikerjakan di lingkungan keluarga, meskipun ada beberapa
perkumpulan perempuan yang turut membantu produksi dan memasarkan hasil
kerajinan suku Otomi.
Salah satu daya tarik utama
sulaman Otomi adalah motifnya yang khas dan sarat makna. Sulaman ini terkenal
karena elemen visualnya yang disusun secara simetris atau berulang,
menampilkan flora, fauna, dan terkadang bentuk-bentuk abstrak. Motif-motif ini
tidak dipilih secara acak. Sebaliknya, mereka diyakini terinspirasi dari
potongan kertas amate yang dibuat oleh tabib lokal dan juga lukisan gua
di daerah tersebut. Desainnya juga memperlihatkan pengaruh kuat dari budaya
Aztek dan Spanyol.
Setiap motif memiliki makna
filosofis dan spiritual yang mendalam. Misalnya, burung sering melambangkan
kebebasan dan hubungan dengan dunia spiritual, sementara rusa bisa melambangkan
kesuburan dan kehidupan. Seluruh komposisi sulaman sering kali menceritakan
sebuah narasi, seperti perayaan, upacara adat, atau kehidupan sehari-hari di
desa. Perpaduan warna-warna cerah—seperti merah muda, biru, hijau, dan
oranye—menjadi ciri khas yang ikonik, mencerminkan kegembiraan dan energi yang
terpancar dari alam dan budaya Otomi.
Di balik setiap karya sulaman
Otomi, ada proses pengerjaan yang panjang dan penuh ketelitian. Semuanya
dimulai dengan memotong kain katun putih sesuai ukuran yang diinginkan. Dulu,
kain muslin sering digunakan, tetapi kini kain katun menjadi pilihan populer.
Setelah kain dipotong, para pengrajin mulai menggambar desain secara manual
menggunakan pensil di atas kain. Desain ini bisa berupa pola simetris
maupun asimetris, tergantung preferensi mereka.
Setelah pola selesai digambar,
proses bordir dilakukan menggunakan teknik jahitan khusus yang terlihat jelas
di bagian depan kain, sementara bagian belakang tetap rapi dan bersih. Para
pengrajin mengandalkan ingatan dan keahlian yang telah mereka latih selama bertahun-tahun,
bekerja tanpa bantuan diagram atau penggaris. Keahlian ini memungkinkan mereka
menciptakan karya dengan presisi yang luar biasa.
Prosesnya sangat memakan waktu.
Untuk karya berukuran besar atau memiliki detail rumit, pengerjaannya bisa
memerlukan waktu berbulan-bulan, bahkan hingga satu tahun untuk
diselesaikan. Dalam banyak kasus, proyek besar ini melibatkan beberapa generasi
dalam satu keluarga yang bekerja bersama, menciptakan suasana kolaborasi yang
erat dan memperkuat ikatan kekeluargaan. Setelah selesai disulam, kain dicuci
dengan hati-hati untuk menghilangkan sisa-sisa pensil, kemudian disetrika untuk
mendapatkan tampilan yang sempurna.
Saat ini, sulaman Otomi telah
mendunia. Dengan membeli produk asli dari pengrajin lokal, kita tidak hanya
memiliki sepotong seni yang indah, tetapi juga turut serta dalam melestarikan
warisan budaya yang kaya ini, memberikan penghargaan kepada para seniman yang
mendedikasikan hidup mereka untuk menjaga keindahan Tenango tetap hidup.