Kalau bicara soal bahan paling sering dipakai dalam dunia fashion, katun sudah pasti ada di urutan teratas. Dari kaos kasual sampai kemeja formal, dari baju anak sampai mukena, bahan ini nyaris tidak pernah absen dari lemari masyarakat Indonesia.
Tapi tahukah sahabat bahankain? Katun
itu bukan hanya "katun biasa". Jenisnya beragam, kualitasnya
berbeda-beda, dan asal negaranya pun memengaruhi harga serta performa bahannya.
Mari kita gali bersama, biar kamu
nggak lagi bingung saat memilih benang katun atau kain katun untuk produksi
fashion-mu.
1. Jenis-Jenis Serat Kapas Berdasarkan
Panjang Staple
Dalam dunia tekstil, kapas
diklasifikasikan berdasarkan panjang seratnya (staple):
· Extra Long Staple (ELS): Jenis ini merupakan kelas premium. Seratnya
panjang, halus, dan mengilap. Jenis ini dipakai untuk bahan premium seperti
baju tidur mewah, kain koshibo eksklusif, dan sering jadi bahan favorit untuk high-end fashion. Contohnya: Egyptian
Cotton, Supima Cotton (AS), Sea Island Cotton.
· Long Staple: Seratnya sedang, tetap berkualitas tinggi.
Umumnya dipakai untuk bahan pakaian sehari-hari, handuk hotel, atau seragam
yang butuh kekuatan dan kelembutan. Di Indonesia, banyak katun import dari
India dan China masuk kategori ini.
· Short Staple: Seratnya lebih pendek dan tebal, biasanya
dipakai untuk bahan dengan harga lebih terjangkau. Meski tidak sehalus ELS,
jenis ini tetap punya elastisitas. Cocok untuk kaos produksi massal, handuk
rumah tangga, atau bahan blacu printing.
2. Katun Premium Dunia yang Sering
Dibicarakan
Ada tiga nama yang sering jadi tolok
ukur kapas terbaik dunia:
· Sea Island
Cotton (AS & Karibia): Dianggap sebagai
kapas terlembut dan paling berkilau, tapi sangat langka — hanya 0,0004% dari
produksi kapas global.
· Supima
Cotton (AS): Merupakan jenis suprim dari
varietas Pima, Supima lebih kuat dan lebih tahan pudar, cocok untuk produk
fashion premium.
· Egyptian ELS
Cotton (Mesir): Giza 87 dan Giza 88 adalah salah
dua yang legendaris. Dipakai di sprei hotel bintang lima dan pakaian
berkualitas tinggi. Tapi hati-hati, banyak “Egyptian Cotton” yang ternyata
tidak murni ELS.
Di Indonesia sendiri, benang katun
dari pabrik lokal juga sudah sangat berkembang, apalagi dengan teknologi
pemintalan baru. Beberapa perusahaan spinning lokal bahkan mampu memproduksi
benang katun dengan kualitas ekspor untuk knitting, weaving, dan jacquard.
3. Kelebihan & Kekurangan Katun
Kelebihan:
· Daya serap tinggi
· Lembut & nyaman
· Tidak panas dipakai di iklim tropis
· Hypoallergenic (jarang menimbulkan alergi)
· Serbaguna: bisa dipakai untuk fashion, rumah
tangga, sampai dekorasi
Kekurangan:
· Mudah menyusut kalau tidak dicuci dengan benar
· Bisa kusut
· Warna bisa luntur saat pencucian pertama
· Tidak tahan lama jika tidak dirawat dengan
baik
4. Sisi Lain dari Industri Kapas
Meskipun katun adalah bahan populer,
ada beberapa kontroversi di balik produksinya:
· Konsumsi air
tinggi: Dibutuhkan lebih dari 20.000 liter
air untuk memproduksi 1 kg kapas. Untuk konteks, ini artinya satu kaos bisa
“meminum” air setara 270 kali mandi ember dirumah.
· Penggunaan
bahan kimia: Kapas adalah
salah satu tanaman paling banyak memakai pestisida dan pupuk kimia. Inilah
kenapa bahan seperti organic cotton makin populer di pasar global.
· Isu rekayasa
genetika (GMO): Sebagian kapas
ditanam dari benih GMO agar tahan hama, tapi hal ini juga memunculkan
kekhawatiran soal kelestarian lingkungan.
Sahabat bahankain, memahami jenis
kapas dan benang katun itu penting — bukan hanya untuk menghasilkan produk yang
nyaman, tapi juga untuk menyesuaikan dengan nilai brand dan segmentasi pasar.
Apakah kamu ingin menciptakan pakaian
premium berbahan Supima? Atau memproduksi kaos harian berkualitas dengan harga
terjangkau? Semua berawal dari pemahaman terhadap kapas yang kamu pilih.
Yuk, jadi produsen yang cerdas, bukan
cuma kreatif!